Prolog

35 10 6
                                        

Sekitar 30% remaja di Indonesia mengalami mental disorders. Penyebabnya beragam, bisa berasal dari teman, lingkungan, atau bahkan dari keluarga.

Parahnya kasus ini tidak hanya memberikan luka sikis dan fisik pada korban. Namun, bisa mengarah pada tindakan yang mengancam nyawa ....

❝Ini bukan cerita mereka, tapi secuil cerita yang mengingatkan dunia—bagaimana rasanya berada di posisi mereka.❞

•HAPPY READING•

Matahari sudah terasa hangat, kendaraan pun mulai memenuhi jalan. Seorang gadis melangkah dengan seragam putih abu-abu. Sepatunya nampak lusuh, tas yang di gunakan pun terlihat tak layak pakai.

Gadis itu adalah Revillia Leony, atau yang lebih akrab dipanggil Ily. Ia merupakan anak berprestasi yang secara terpilih mendapatkan beasiswa di Chords of Sains High School. Usianya baru menginjak 16 tahun, hari ini adalah hari pertamanya masuk ke sekolah elit yang terkenal di bidang sains itu.

~•••~

Baru saja ia masuk ke dalam kelas, seisi kelas nampak memperhatikannya dengan seksama ... ekspresi wajah mereka bervariasi, namun tidak ada satupun dari mereka yang menatap suka. Revillia tak lagi terganggu dengan hal itu, tatapan mata orang-orang saat ini—sama dengan tatapan mata teman-temannya dulu.

"Shutt, gembel dari mana tuh?" tanya seorang siswa laki-laki berperawakan tinggi dengan suara lirih, ia adalah Kenzo Aldier anak dari salah satu dari tiga pemilik saham Chords of Sains High School.

"Lo bego apa gimana? dia salah satu murid berprestasi yang dapet beasiswa dari bokap gue," jawab santai Richelle Demian, anak dari pemilik saham terbesar sekaligus anak dari kepala sekolah tersebut.

"Modelan kayak gitu bisa sekolah di sini?" sahut gadis lain yang duduk di atas meja, namanya adalah Monica Lee ... dan ya dia juga merupakan anak dari salah satu pemilik saham sekolah.

Ily melangkah mencari tempat duduk kosong. "Boleh gue duduk di sini," ucapnya datar pada salah satu siswa perempuan yang tengah sibuk bermain handphone.

"Eh sorry ya ... udah ada yang duduk di sini, orangnya belum datang. Mending lo cari tempat duduk lain," jawabnya sinis.

Revillia hanya mengangguk kecil lantas berjalan pelan ke belakang.

"Dim ...." Kenzo nampak mengode Dimas yang kebetulan berdiri di dekat Revina yang tengah mencari tempat duduk.

Brukkk ....

"Upss—sorry sengaja." Sontak orang-orang di dalam kelas menertawakan Ily.
Ia pun berusaha untuk berdiri, namun tiba-tiba saja Kenzo mendekat dan mendaratkan kakinya di punggung Ily.

"Heran, kok bisa ya sampah masuk ke sekolah ini," ucap Kenzo semakin menekankan kakinya di atas punggung Ily.

"Kalau dia sampah lo apa?" sahut siswa laki-laki dengan suara bass berdiri di depan pintu.

Semua orang menoleh menatap siswa laki-laki, dengan headphone yang melingkar di lehernya, tak terkecuali Kenzo.

Gian Adistra, statusnya sama dengan Revillia ... ia juga merupakan siswa berprestasi yang mendapat beasiswa untuk bersekolah di Chords of Sains High School.

Gian menghampiri Kenzo dan menarik kerah baju belakangnya. "Lo tau bangkai? nah sama kayak lo, sama-sama busuk," bisik Gian mendekat pada Kenzo, ia pun lantas menjauh dan membantu Revillia untuk berdiri. Namun Revillia menolak uluran tangan Gian, ia memilih untuk berdiri sendiri.

Sementara Kenzo menatap tajam ke arah Gian, tangannya menggenggam erat ... tanpa pikir panjang ia pun hendak memukul kepala Gian.

Bukkk ...

Dengan cepat Gian menangkis pukulan Kenzo dengan tangan miliknya.
"Mau duel? jangan di sini, gak enak di lihatin orang-orang." Gian menatap ke luar jendela.
"Di luar aja gimana?" bisiknya tersenyum kecil pada Kenzo.

"Lo nantang gue?" tanya Kenzo meraih kerah baju Gian.

"Ken, udah." Richelle menatap tajam ke arah Kenzo.

Kenzo pun melepaskan tangannya dari kerah baju Gian. "Gua lepasin lo hari ini, tapi lain kali ... habis lo!" Kenzo pun kembali duduk di samping Richelle.

"Lo tau gak sih Ken, cowok tadi itu Gian anak dari anggota dewan," bisik Monica pada Kenzo.

"What! anak dewan belagu amat." Kenzo membetulkan kerah bajunya dengan kesal.

"Lo itu goblok atau gimana sih, udah jelas lo baru aja cari masalah sama anak anggota dewan ... dan respon lo santai kayak gini?" ujar Monica memukul lengan Kenzo.

"Ck ... seterah, mau dia anak anggota dewan atau anak presiden sekalipun, emang gua perduli? dia sendiri yang udah cari gara-gara sama gua," sahut Kenzo menatap sinis ke arah Monica.

"Hufff ... kalo ada apa-apa jangan ajak gua." Monica pun kembali duduk di tempatnya.

Richelle nampak hanya diam melipat kedua tangannya di depan dada.

Sementara itu Gian terlihat berdiri di samping meja Revillia yang sudah mendapatkan tempat duduk. "Gua boleh duduk di sebelah lo?" tanyanya lirih pada Ily.

"Terserah," jawab Ily datar.

~•••~

Revillia membuka pintu rumahnya, ia tinggal hanya bersama sang ibu, di rumah kecil milik mereka.

Baru saja ia masuk, tak lama kemudian ibunya keluar dari dalam kamar. "Eh udah pulang, jangan lupa makan ... ibu mau pergi dulu," ujar wanita berusia 34 tahun bernama Erica itu.

Erica berjalan hendak membuka pintu rumah.

"Ibu enggak capek jadi pelacur? ibu enggak capek kasih makan Ily sama uang haram?" tanya Ily pelan, yang seketika menghentikan langkah Erica.

Erica menoleh menatap Ily. "Ngomong apa kamu?" tanyanya menatap sang putri.

Revina tersenyum getir ... ia pun menjawab, "Ibu enggak capek, jual diri ibu ke lelaki hidung belang di luar sana!? ibu pernah merasa jijik sama diri ibu sendiri enggak sih!?"

Plakkk ....

Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Ily. "Pantaskah, mulut kamu ngomong enggak sopan begitu sama orang tua!?" Erica terlihat marah dengan ucapan sang putri.

Lagi-lagi Ily tersenyum tipis, tangannya memegang pipi yang memerah akibat tamparan sang ibu. "Sekarang Revi tanya, pantaskah seorang ibu memberi anaknya makan dari hasil pekerjaan kotor?" Ily menatap wajah Erica dengan mata berkaca-kaca.

Plakkk! ... Plakkk! ....

Lagi-lagi Erika menampar keras pipi Ily. "Ternyata bener, kamu itu sama-sama bodoh kayak ayah kamu ... bukannya bersyukur karena ibu masih hidupin kamu sampai saat ini. Kamu malah hina pekerjaan ibu! mulai nakal ya kamu sekarang!" Erica menarik tangan Ily dengan paksa masuk kedalam kamarnya.

"Lepasin Ily Bu!!!" teriak Ily berusaha melepaskan cengkraman tangan sang ibu dari pergelangan tangannya. Ily tau hukuman mengerikan akan segera terjadi, Ily tau tubuhnya akan terluka lagi.

Revillia Where stories live. Discover now