Delta, seorang gadis berusia 15 tahun tengah dihadapkan sebuah kebimbangan ketika memilih untuk memberikan hadiah berkesan kepada sang kakek kesayangan yang akan berusia 78 tahun.
Mungkin sebagian besar orang menganggap memberikan sebuah hadiah ada...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Prolog
.
.
.
Kelereng gelap tanpa cahaya menatap kosong pada hamparan langit gelap penuh bintang. Bintang yang begitu banyak dan bersinar, cahaya nya tak kunjung sampai pada gemerlap netra yang dapat menceritakan segala hal lewat tatapan sendunya yang seolah tak bernyawa.
Rambut hitam sebahunya yang lepek bergerak mengikuti hembusan angin, beberapa helainya menyentuh pipinya yang terluka dengan noda darah yang mengering.
"Kau akan meriang jika duduk semalaman disini puteri Gwen," panggilan itu membuat mata indahnya berkedip dan kepalanya menoleh ke sumber suara.
"Tuan perawat?" Tangan hangat itu menggenggam tangan kecil wanita bernama Gwen.
"Kembalilah ke kamar mu, udara malam sangat tidak baik untuk kesehatan." Tutur sang perawat membuat Gwen melepaskan genggaman yang awalnya menghangatkan tangan dinginnya.
"Kesehatan ku memang sedang terganggu, tidak ada lagi yang perlu di rawat." Bibir pucat itu tersenyum dengan tatapan sendu yang menciptakan sedikit rasa bersalah pada tuan perawat yang juga menatap netra gelap wanita itu.
"Kau tau Gwen, jika seseorang sakit maka ia akan membutuhkan obat untuk sembuh. Dan kau sekarang membutuhkannya dengan cara menghindari penyebabnya." Tuan perawat menjeda ucapannya sembari mengalihkan tatapan dengan menatap langit gelap penuh bintang.
"Dengan beristirahat mungkin kau akan sedikit merasakan efek kelegaan dan itu sedikit membantu mu dalam masalah kesehatan," Gwen menghela napas lelah saat mendengar wajengan seorang pria waras yang tidak sadar ia berbicara dengan pasien RSJ yang mungkin saja tidak akan mengerti apa maksudnya. Pria ini selalu saja tidak memandang nya sebagai pasien dan sering berbicara hal yang wajar seolah Gwen pemilik kehidupan monoton.
"Tidak semua orang sembuh dengan obat. Angin malam tidak akan cepat membunuh ku, kau pernah melihat ku menikam perut ku sendiri kan? Dan apakah aku mati? Tidak." Ucap Gwen dengan sedikit tekanan disetiap katanya, dan perawat itu kembali menjadikannya atensi. Tatapan itu seolah tenang dan ingin mendengar keluh kesah Gwen lagi tanpa terpengaruh oleh kata-kata kasarnya.
"Takdir itu diatas segalanya. Sebesar apapun aku ingin mengoyak tubuhku hingga mati jika tuhan tidak sudi untuk memanggil ku aku tidak akan kembali kepadanya"
"Kau percaya Tuhan?" Pertanyaan perawat itu terlontar begitu saja membuat Gwen sedikit tertawa miris, setelahnya mata itu berkedip dan mengeluarkan linangan air mata yang dengan cepat di hapus kasar oleh Gwen sampai membuat pipinya sedikit memerah karena sebelumnya pipinya memiliki garisan luka yang mengering.
"Dulu tidak, tapi saat aku kehilangan sosok yang berharga untukku... Aku merasa Mungkin rasa sakit yang ku terima selama ini karena aku jauh darinya."
"Dulu aku takut mati, karena takut akan rasa sakitnya. Tapi saat aku baru mengingat Tuhan. aku percaya Tuhan tak akan memberikan rasa sakit tanpa alasan..."
"Apa hal yang paling kau percaya saat Tuhan saja mengambil sosok berharga bagimu?.... Apa kau masih percaya disaat jutaan rasa sakit yang kau rasakan, bukankah itu bentuk ketidakadilan hidup."
Entahlah Gwen merasa tidak keberatan saat seorang perawat yang seharusnya menenangkan pasien atau bahkan tak bertanya hal yang tidak menyinggung. Tapi perawat yang duduk disebelahnya ini entahlah, semua pertanyaannya tak pernah membuat Gwen merasa tidak nyaman namun sebaliknya.
"Kalaupun Tuhan tak memberiku kesempatan untuk menggenggam sosok berharga itu disaat ku hidup... Aku percaya, saat di akhirat nanti aku dapat memeluknya dengan erat." mata penuh luka itu memandang hamparan bunga liar sambil tersenyum tipis.
"Nanti, disaat Tuhan memanggil ku untuk beristirahat aku akanmenerima rasa sakitnya. Bukan seperti manusia yang akan memandang seseorang dari masa lalu. Tuhan itu pemaaf, seburuk apapun masa lalu ku dia akan menerima ku,"
~TBC~
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
.
.
.
Jangan lupa vote+komentar yahh☺️🙏🏻....
Cerita ini alurnya slow-burn... Dan agak berat... Tapi kedalaman karakter nya kuat.
Cerita ini memiliki alur pelik namun akan membawa pembaca untuk mengetahui arti penting kehidupan dari sisi setiap tokoh.