008. Sensor Tolol

670 47 9
                                        

WARNING 🔞🔞🔞🔞🔥🔥🔥🔥🔥


Pukul 01.43 dini hari.

Ia terbangun karena mimpi sialan.

Tangannya bergerak cepat ke laci bawah meja. Bukan untuk alkohol atau rokok. Tapi untuk sesuatu yang lebih personal.

Sebuah kotak kecil berlabel X-Eros Neuro, alat stimulasi saraf berbasis sistem yang dilarang untuk pemakaian personal tanpa pengawasan.

Tapi siapa yang bisa melarangnya?

Tidak ada.

Dengan satu sentuhan di lehernya, ia menonaktifkan chip keamanan internal.

Sistemnya berbunyi.
Warning: Biometric lock disabled.” Tapi ia tidak peduli. Tidak untuk malam ini.

Ia membuka pakaian pelan, bukan karena ingin tampil sensual, tapi karena tubuhnya butuh udara, rasa, dan sentuhan, bahkan jika hanya datang dari alat tolol.

Bra hitamnya dijatuhkan ke lantai, pelan. Tubuhnya terpampang di bawah cahaya merah yang seolah tahu kapan harus membisikkan godaan.

Ia berbaring di tempat tidur. Di tangannya, X-Eros/Neuro mulai aktif. Layar hologram kecil muncul dari alat itu, menampilkan simulasi pasangan yang bisa dipilih.

Tapi ia menolak semua.

Ia mengetik satu kata.

Seulgi.

Dan sistem menjawab, “Persona tidak terdaftar dalam basis data X-Eros. Apakah anda ingin mengonfigurasi secara manual?”

“ya.” Suaranya dalam dan serak.

Satu demi satu, ia menyusun profil digital Seulgi. Warna mata, bentuk tubuh, nada suara, suhu kulitnya.

Bahkan reaksi khas Seulgi saat kesal.

Senyum datarnya.

Sikap defensifnya.

Sampai sistem berkata, “Konfigurasi selesai. Simulasi neuro-sentuh siap".

Kemudian ia menempelkan alat itu di bagian dalam pahanya. Tak menyakitkan, tapi dingin. Menyerupai belitan lembut dari tubuh seseorang yang terlalu berani masuk ke zona personalnya.

Sistem mulai mengaktifkan respons saraf.

Dan ia mejerit pelan. Sangat pelan. Dan bukan karena kesakitan.

Tapi karena akhirnya sesuatu menyerupai Seulgi menyentuhnya di mana pun yang ia butuh disentuh.

Suasana kamar menjadi lebih panas dari ruang operasi terbakar.

Chip keamanan memang sudah offline semenjak ia menengguk Synthe Tears. Semua sensor kamar pintar pun sudah diatur ke mode privat.

Ia mulai melengkung di atas kasur. Tubuhnya menari, tapi ini bukan tarian untuk siapa pun.

Ini ritual.

Ini ibadah pada obsesi.

Tangannya menggenggam seprai, tubuhnya berkeringat seperti habis sprint.

Tapi napasnya justru semakin panjang, menginginkan lebih banyak udara untuk memenuhi kekosongan yang tak bisa diisi siapa pun selain dia.

“Sial...” desisnya. “Kenapa kamu tdiak bisa keluar dari kepalaku?”

Simulasi Seulgi menanggapi, dengan suara datar dan tenang. “Saya tidak pernah masuk ke dalam kepalamu. Kamu sendiri yang menciptakan versiku.”

Kalimat itu membuat tubuhnya semakin bergetar. Sekujur tubuhnya semakin tersengat.

She's The Craziest 21+ || Jaeyi SeulgiWhere stories live. Discover now