Megan, gadis cantik dan kaya raya, dijodohkan dengan Eiser-pria sederhana lulusan S2 arsitektur yang kini bekerja sebagai pekerja bangunan. Awalnya, Megan menolak keras pernikahan itu. Ia bersikap dingin, kasar, dan menjaga jarak dari suaminya. Namu...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Seminggu sudah berlalu.
Hari-hari Megan terasa suram. Ia tak hanya bad mood karena sedang menstruasi, tapi juga karena hal aneh yang terus terjadi: CD-nya hilang. Hampir setiap hari. Baik yang baru dicuci, yang masih di kamar, bahkan yang belum sempat ia jemur.
Awalnya ia pikir mungkin salah taruh. Tapi setelah dicek lebih teliti-semuanya benar-benar lenyap. Bahkan saat ia dan Eiser memeriksa rekaman CCTV, hasilnya nihil. Beberapa hari terakhir listrik sering padam di malam hari, membuat sistem CCTV tidak berfungsi.
"Kamu yakin nggak salah taruh, sayang?" tanya Eiser, duduk di sampingnya di ruang tengah, ekspresinya serius dan penuh perhatian.
"Yakin banget. Aku bahkan simpan satu di lemari yang dikunci. Hilang juga. Kuncinya gak rusak, gak ada bekas dibuka paksa," jawab Megan lirih, wajahnya mulai tegang.
Eiser menghela napas dalam. Matanya menatap ke arah jendela seolah mencari jawaban di luar sana. "Kalau bukan orang luar, berarti ada yang masuk dan keluar tanpa terdeteksi. Tapi siapa? Pagar udah digembok, alarm aktif..."
"Aku takut, sayang," ujar Megan akhirnya. Suaranya melemah, nada khawatirnya makin terasa. "Ini udah nggak wajar. Rasanya kayak... ada yang ngawasin aku terus."
Eiser langsung meraih tangan Megan dan menggenggam erat. "Tenang, aku di sini. Aku janji, kita cari tahu sampai ketemu. Kalau perlu, aku ganti semua kunci dan pasang CCTV pakai daya cadangan. Aku gak akan biarin kamu ngerasa terancam. Aku jagain kamu."
Megan menatap mata Eiser. Ucapannya mungkin sederhana, tapi keyakinan dan rasa aman yang terpancar dari pria itu membuat hatinya sedikit lebih tenang malam itu.
Di sisi lain...
Seorang pria duduk di kamar gelapnya yang dipenuhi benda-benda aneh. Di dinding tergantung beberapa lembar kain yang ia pajang layaknya koleksi pribadi. Semua berasal dari rumah Megan dan Eiser.
Wajahnya pucat, mata merah seperti tak tidur berhari-hari. Gerak-geriknya gelisah, sesekali menggumam pelan. Ia mencium salah satu cd Megan dengan ekspresi aneh-campuran kekaguman, obsesi, dan kegilaan.
"Sungguh nikmat. Aku ingin sekali merasakan milik kakak itu, tapi aku takut jika kak Eiser menghajarku habis-habisan jika tau aku terobsesi dengan istrinya yang cantik dan seksi itu." Ucapnya sambil ciumin cd-cd Megan, baik yang bersih maupun kotor.
Pria itu bernama Julian. Dulu ia tetangga biasa. Rumahnya di ujung belakang rumah Eiser, sebenarnya. Tapi setelah terjerumus dalam narkoba dan hidup terasing, pikirannya tergelincir. Ketika tahu Megan pindah ke rumah itu, obsesi lamanya yang tak pernah sembuh kembali muncul.
Ia mulai masuk diam-diam, memanfaatkan celah-celah keamanan, mengincar benda-benda pribadi Megan. Semua ia simpan seperti harta karun, tanpa ada niat berhenti.