"Sini ikut." Kyung mengajak Yeri dan Jaeyi untuk berjalan kebelakang panggung. Bertabrakan dengan setiap pundak yang memenuhi depan panggung, menarik nafas lega ketika mereka sudah keluar dari kerumunan orang-orang. Menghampiri dan memasuki satu tenda yang sedikit besar.

Kyung menepuk tangannya dengan semangat, senyuman lebar mengembang diwajahnya. "Good job! Seperti biasa, keren terus!" Hal tersebut disahuti dengan semangat pula dari orang-orang yang memenuhi tenda tersebut, yaitu band yang baru saja tampil tadi.

"Thanks to you, kita dapet kerjaan malam ini." Seseorang yang memegang bass berbicara.

"Namanya juga manajer, harus dapet kerjaan buat lu pada lah." Kyung menatap Yeri dan Jaeyi. "Oh iya, kenalin nih temen gue, suka sama band lu pada katanya. Ini Yeri, ini Jaeyi."

Saat Jaeyi bersalaman dengan Seulgi, dengan sengaja ia genggam sangat erat tangan tersebut. Tidak peduli jika Seulgi menyadarinya atau tidak, bodo amat, yang terpenting Jaeyi bisa merasakan rasa kulit tangan Seulgi yang sedikit kasar akibat bermain bass. Meskipun Jaeyi tahu ini bukan terakhir kalinya ia akan menyentuh tangan Seulgi, tapi tidak akan pernah ia lupakan rasanya.

"Jadikan kita makan-makan? Laper nih."

"Jadi dong, pada beres-beres deh lu pada. Gue tunggu di parkiran."

Yeri menyenggol lengan Jaeyi saat mereka bertiga menunggu di parkiran sebelah mobil Kyung. Alisnya bergerak naik-turun dengan ujung bibir yang terangkat sedikit. "Jadi gimana Seulgi?"

"Biasa aja."

"Biasa aja tapi diliatin terus sampe bola mata lu hampir jatuh gitu."

"Berisik ah." Jaeyi masuk ke dalam bangku belakang penumpang mobil, membiarkan pintunya terbuka mempersilakan suara tawa Yeri masuk dengan gampang ke dalam telinganya.

"Lu pada berlima plus alat musik pake satu mobil doang?!" Kuping Jaeyi menangkap suara Kyung yang sepertinya berbicara dengan anak-anak band. Mencoba tidak peduli, ia bermain ponselnya meskipun tidak ada yang menarik di sana.

"Satu orang ikut mobil gue aja, sebelah Jaeyi masih kosong." Perhatiannya teralihkan sebentar saat mendengar namanya disebutkan, tidak lama suara Yeri terdengar. "Seulgi aja ikut kita."

Tubuh Jaeyi kaku, dengan cepat ia masukkan kembali ponselnya ke dalam tas kecil miliknya. Duduk dengan tegap, matanya tetap fokus ke depan. Ia sama sekali tidak mau tidak sengaja menatap Seulgi, aroma parfume Seulgi perlahan masuk ke dalam hidungnya.

Yeri yang duduk di depan, berbalik menatap Jaeyi dan Seulgi yang duduk berdampingan dengan canggung. "Jaeyi suka loh sama kamu, Seulgi. Suka dalam arti dia kagum sama permainan gitar mu di atas panggung."

Jaeyi melotot, seperti laser menatap tajam kepada Yeri yang terlihat sangat bahagia. Ia tidak mau membuat Seulgi merasa tidak nyaman, dan ia juga tidak mau dinilai sebagai fans yang obses. Meskipun iya, Jaeyi sangat ingin menyembunyikan hal tersebut.

Sesampainya di restoran yang dituju tidak membantu sama sekali, Yeri dan Kyung meninggalkan Jaeyi berjalan berdampingan dengan Seulgi dibelakang. Tempat duduk sengaja bersebelahan karena ulah Yeri. Beberapa kali lengan mereka berdua saling bersentuhan, lutut dan pahanya pun bertabrakan di bawah meja. Bahkan terkadang Jaeyi tidak sengaja menginjak kaki Seulgi.

Sebagian besar makanan di atas meja sudah habis, hanya tersisa beberapa lauk. Seulgi berdiri dan berpamitan sebentar untuk keluar, katanya untuk menghirup udara segar. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan juga kode dari Yeri, Jaeyi ikut berpamitan menyusul Seulgi yang terlihat sedang merokok.

Jaeyi bersiul pelan, menarik perhatian Seulgi yang terlihat kaget. "Kamu gak keliatan kayak orang yang ngerokok." Dengan santai ia mengambil sebatang dan langsung menyalakan dengan korek milik Seulgi.

"Kamu yang keliatan kayak cewek baik-baik."

"Emang kalau ngerokok bukan cewek baik?"

"Kata orang-orang sih nggak."

Mereka berdua berdiri bersampingan sangat dekat, bahu mereka saling menempel. Sudah tidak ada rasa canggung diantara mereka.

"Omongan Yeri." Jaeyi bersuara tidak yakin, melirik dari sudut matanya ke arah Seulgi. "Jangan didengerin."

"Yang mana nih? Dia ngomongin banyak hal."

"Apapun yang ngebahas tentang aku, dia berlebihan kadang kalau ngomong."

"Oh ya? Padahal aku seneng banget kalau punya fans secantik kayak kamu."

"Gimana?"

Seulgi mematikan rokoknya dan bersandar di tembok, menatap wajah Jaeyi dengan teliti. "Kamu pikir aku gak notice kamu? Cafe, perpustakaan, kelas, festival, rumah sakit. Kamu di sana semua kan? Kamu ngikutin aku?"

Mulut Jaeyi terbuka kecil, tidak lama tawa keluar dari mulutnya. Tangannya mencoba menutup bibirnya, warna merah muncul di pipinya, menatap Seulgi tertarik. "So you know."

Jaeyi mendekatkan dirinya ke Seulgi. "Aku tertarik sama kamu."

"Siapa sih yang bakal nolak cewek cantik kayak kamu?"

"Cantik doang?" Jaeyi memainkan kerah jaket yang digunakan Seulgi, menatap dengan tatapan yang menggoda.

"Kita satu kelas, aku tau kamu pinter. Pretty, smart, and sexy? Gak mungkin aku sia-siain."

Dengan cepat Jaeyi menarik kerah jaket Seulgi, menyatukan bibir mereka berdua. Sadar masih di tempat umum, Seulgi menjauhkan wajahnya. "Tempat mu atau aku?"

"Aku aja, lagi kosong."

💙🤍💛

~ © t3hxozro_2nd ~

Every Universe | Seulgi X JaeyiWhere stories live. Discover now