Dengan keras berpikir menggunakan otaknya yang pintar, tapi tetap saja menurut Seulgi warna tersebut sama. "Dua-duanya cocok buat kamu, percuma juga kamu pake lipstick pas lagi sama aku." Bisik ditelinga Yeri. "Nanti juga hilang."
"Pervert." Yeri mendorong kenang tubuh Seulgi dan membuang mukanya yang sudah pasti merah seperti tomat.
Seulgi tertawa puas, kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celananya, mengekori Yeri dari belakang sembari terus memberi jawaban ketika Yeri menanyai masukan. Semua make up yang dicari sudah didapatkan, mereka berjalan ke kasir. Dengan cepat Seulgi mengeluarkan kartu kreditnya untuk membayar semua belanjaan Yeri yang banyak.
"Gak usah ih. Uang bulanan ku masih ada."
Tubuh Seulgi menghalangi Yeri yang ingin mendekati kasir. "Aman, kan aku yang ngajak kamu keluar."
"Tapi itu banyak."
Seulgi mengedipkan matanya ke Yeri. Tangan kanan memegang kantung belanjaan Yeri dan tangan kiri menggenggam tangan Yeri.
"Ada yang mau dibeli lagi? Baju?"
Yeri menggelengkan kepalanya. "Kamu udah makan? Makanan di kantin tadi gak enak."
"Belum, takut telat jemput kamu. Aku ikut kamu, lagi mau makan apa?"
"Lagi mau makan mie, Ikkudo Ichi?"
Tanpa menjawab, Seulgi menuntun Yeri ke tempat ramen yang dituju. Untungnya tidak harus menunggu, keadaan restoran lumayan sepi sehingga mereka berdua bisa langsung masuk mendapatkan meja.
Ditengah-tengah pembicaraan dan makan, ponsel Yeri bergetar.
Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
Merasakan mood Yeri berubah, Seulgi bertanya dengan hati-hati. "Ada apa?"
Yeri kembali menaruh ponselnya di atas meja, melanjutkan makannya. "Biasa lah, anak-anak, disuruh balik aku."