{19}: Epilog

53.6K 6.7K 462
                                    

Arga akhirnya merelakan rumah lamanya dijual oleh orangtuanya. Dan karena rumah itu ternyata sudah laku, maka Arga hari ini bertugas untuk membersihkan rumah pohonnya.

Ia sedang membersihkan lemari bukunya ketika selembar kertas terjatuh. Ia memungut kertas itu dan napasnya tersekat. Itu adalah kertas di mana dulu, ia dan Raga membuat perjanjian tentang cita-cita konyol mereka.

Cita-cita Raga: Kalau aku mati nanti, aku mau kata-kata terakhir aku ditujukan buat istriku, atau pacarku, atau orang yang aku sayang.

Cita-cita Arga: Kalau aku sih nggak mau yang serem-serem kayak Raga. Aku nanti mau minta Papa bikinin rumah pohon, terus nanti aku taruh dua kursi. Nggak ada yang boleh duduk di situ kecuali aku dan orang yang aku sayang. Raga juga nggak boleh!:p

Arga menghembuskan napasnya. Ia kemudian mendapat sebuah ide. Ia segera mengambil sehelai kertas kosong dan pulpen. Ia pun mulai menulis,

Hai Raga si kodok hamil:p,

udah dua bulan sejak lo pergi. Gue kesepian, nih. Nggak ada yang bisa gue recokin lagi kamarnya. HEHEHE. Oh iya, gue sudah mengadopsi sebagian novel-novel kesayangan lo, sebagian lagi gue kasih ke Luna.

Oh iya, ngomong-ngomong soal Luna, dia syok banget pas lo bilang kayak gitu, ya abis lo bilang lo sayang dia, eh abis itu lo-nya modar. Gue juga kaget banget. (Iya gue denger apa yang lo bilang. Abis lo bisik-bisiknya keras sih). Gue juga nggak ngerti gimana lo bisa sampe punya perasaan gitu ke Luna. Dia sempet apa ya, kacau selama beberapa hari. Gue hampir kacau, tapi gue tau kalau lo nggak pengen gue kacau. Lo pengen gue nginget lo dalam keadaan yang baik kan? Jadi, gue berusaha jadi yang paling bahagia selama beberapa saat. Mama sama Papa juga sempet drop banget. Parah lah pokoknya.Tapi sekarang semuanya udah hampir normal kok.

Oh iya, alasan gue nulis surat gaje macem cewek labil ini adalah, gue nemuin kertas tempat kita bikin perjanjian dulu. Ya, jadi surat ini ceritanya kayak penutup dari perjanjian itu. Ya, dengan surat ini gue mengatakan kalau kita berdua berhasil.

Tapi gue LEBIH berhasil dari lo. Tau nggak? Gue sebulan yang lalu nembak Luna dan gue diterima. Lo sih udah keburu modar, padahal gue pengen ngasih PJ ke lo, mumpung lagi ada duit. HAHAHA. Bercanda kok. Gue nggak pengen lo merasa bersalah karena udah pergi. Gue harap lo baik-baik aja di sana. Oh ya, kalau ada cewek cantik rambutnya panjang bajunya putih di sana jangan dilirik-lirik. Lo udah mati, kan ribet kalau dosa lo bertambah.

Ya udah ya, Ga. Gue mau beres-beres rumah pohon abis itu jalan sama Luna. Dadah.

Angkasa Arega Gentar.

Arga melipat surat itu bersama dengan surat perjanjiannya dulu. Ia kemudian turun dari rumah pohonnya dan mengubur kedua kertas itu di bawah rumah pohonnya.

"Kita bikin perjanjian di rumah ini," gumam Arga sambil bekerja. "Walaupun rumah ini nantinya udah jadi milik orang lain, tapi kenangan akan perjanjian kita akan terus ada di sini. Semoga lo seneng gue ngelakuin hal ini. Semoga lo seneng gue bareng Luna. Semoga lo seneng dengan keputusan gue. Semoga lo seneng di sana, Raga."[]

a.n aduhh ini alay banget ya? wkwk. Tapi aku udah ngebayangin endingnya emang bakal kayak gini sebelum cerita ini bahkan dibuat hhehehe jadi maafin aja deh kalau cerita ini tidak memuaskan atau apa hehe. ocehan selanjutnya + blurb dari cerita baru ada di chapter selanjutnya ya((:

BansheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang