Prolog

30K 990 12
                                    

Suasana malam di kota Southwark, London, selalu menjadi hal yang paling menyenangkan untuk dinikmati banyak orang. Distrik yang terletak di tepi utara Sungai Thames ini merupakan kawasan paling kuno dalam sejarah historikal kota London yang paling diminati. Beberapa orang berlalu-lalang dengan pakaian eksentrik mereka menyusuri jembatan.

Dari balik kaca ketinggian The London Studios, Erro menatap setiap aktifitas yang terjadi. Ada segerombol anak kecil yang berlarian di tepi sungai, ada pula yang mengantri cruise, dan ada juga yang menikmati malam dengan jalan-jalan santai mengitari London Bridge.

Erro tersenyum tipis. Pandangannya teralih pada hamparan Sungai Thames yang menyejukkan mata. Malam bermandikan cahaya di kota London menjadi salah satu hal yang paling disenanginya. Dari sini dia bisa melihat seluruh karikatur kota hebat tersebut. Mulai dari London Bridge yang menyala-nyala dengan terang, jam Big Ben London yang begitu besar kokoh menjulang, dan juga Buckingham Palace yang dari kejauhan terlihat mencolok.

Seruan kameramen membuat Erro kembali memfokuskan diri. Seorang keturunan Inggris berbaju kemeja santai menegurnya dengan seulas senyum dan jemari yang terus menunjuk tempat show.

Erro kembali tersenyum. Kali ini melangkah menuju panggung show dengan mantap dan penuh percaya diri. Cahaya blitz mulai menyambar ketika dia sampai di atas panggung. Sorot kamera tak melepas fokusnya sedikit pun.

"Well, here it's the success people for tonight." Jonathan, sang presenter talkshow tersenyum lebar. "Yeah, he is Arnaferro Angkasa, the best photographer from Indonesia. You can sit down, please."

Erro mendudukkan diri di sofa. Tepat di hadapan Jonathan. Masih dengan senyuman yang sama dia berucap. "Thank you Mr. Jo."

"No problem. By the way, you are so handsome today." Jonathan tertawa. Lalu mengarahkan wajah pada para penonton. "Hey girl, please send your profile to www.jonathan-talkshow.com if you want to be his wife."

Suara tawa terdengar memenuhi studio. Mau tak mau Erro ikut tertawa mendengar lelucon tersebut.

"Oh, Im just kidding." Jonathan kembali tertawa. "Okay, back to the topic. Well, Arnaferro, Im jealous with you. You still very young, but I can't imagine how many achievements do you reach so far. Wow, its amazing! Whats your secret so you can be like this? Can you share with the audience."

"I don't have secrets, Mr. Jo. Seriously, nothing. But-" Erro tersenyum sambil menatap lurus ke depan penuh percaya diri. "I've always believed there are no dreams and hope that really gone. They always be alived. No matter how hard you fall, how broken you are, and how poor your soul is. You still have them until the end of your life."

"Great!" Jonathan bertepuk tangan heboh. Lalu diiringi seluruh penonton di dalam ruang studio. "Until now, you still believed them?"

"Why not? Of course, I still believed."

Erro tertawa lalu mulai tersenyum. "Other side, the most important thing for your successful is trust. Trust from people around you. Of course from your parents, your brother and sister, your friend, and your love."

Seketika terdengar seruan kekecewaan dari para penonton.

"Your love? It seems like there are another purposes from this. Who is the luckiest girl?"

"Oh! She is my bestfriend, not my girlfriend."

"Just say it." Jonathan mengancam.

Erro tersenyum dan perlahan menjawab. Senyumannya penuh arti. "Her name is Fahrenza. Without her, I never be like this."

"Fahrenza?"

Lalu ketika Erro mendongak, cahaya kamera itu seperti melemparkannya. Pada suatu hari di mana hidup mulai memberinya harapan-harapan baru dalam setiap kehancurannya. Dan memori itu, seperti kaset rusak yang kini diputar kembali.
Tentang Fahrenza dan seluruh mimpi-mimpinya yang sempat pergi.

***

Imperfect Angel (Sudah Terbit) ENDWhere stories live. Discover now