Prolog

63 29 6
                                        

Untukmu wahai anak perempuan pertama,
Hiduplah dengan bahagia.

***

Shiomi Hana 26 tahun, tidak suka perjalanan panjang. Terlalu banyak waktu untuk berpikir. Terlalu banyak ruang untuk luka-luka lama menyusup masuk.

Sore itu, di Shinkansen menuju Tokyo, ia duduk diam di kursi nomor 12C. Tangannya dingin. Di luar, langit memudar ke warna kelabu.

"Maaf, saya pikir ini kursi saya,"
suara pria itu tenang, tapi yakin.

Hana mengangkat kepala. Pria asing berdiri di depannya. Blazer rapi, rambut agak acak, wajahnya tampak muda dan... terlalu percaya diri. Ia menunjuk kursi Hana dengan tiket di tangan.

Hana tidak menjawab. Ia hanya berdiri dan pindah ke kursi sebelah. Takut ribut. Takut salah. Takut dimarahi.

Beberapa menit kemudian, kursi barunya juga ditagih penumpang lain yang adalah seorang wanita tua.
Dan saat pria tadi akhirnya memeriksa tiketnya sendiri...
—barulah ia sadar.

"...Ah, maaf banget. Harusnya saya di 13C..." Dia berdiri keluar kursi lalu mwmbungkuk beberapa kali, merasa malu.

Hana menunduk.
Pria itu tampak canggung. Ia duduk tepat dibelakang Hana. Lalu tak lama kemudian dia menepuk pundak Hana, menyodorkan secarik kertas kecil ke tangannya.

"Maaf ya soal kursi.
Kalau ketemu lagi, aku bakal menebusnya..."

Hana tidak membalas. Ia melirik wajah pria itu yang tersenyum dan menunduk sesaat. Hana akan mengingat wajahnya, entah untuk apa.

Dan hari Senin, di kantor, ia muncul lagi.
Dengan senyum yang sama.
Sebagai manajer baru divisi strategi.

Namanya Koganei Eiji. Usia 29 tahun.
Dan begitu matanya menangkap wajah Hana di barisan karyawan, ia tersenyum lebar.

Setelah perkenalan, Eiji menghampiri Hana yang hendak duduk di tempatnya. "Tempat duduknya kali ini benar, kan?" katanya dengan suara pelan, cukup untuk membuat pipi Hana panas.

Ia tertawa. Hana tidak.

Tapi entah kenapa...
hari itu dunia terasa sedikit tidak sepi.

LangitWhere stories live. Discover now