[Mature Content] Sejak kecil, aku selalu melihat Sung Hanbin sebagai sahabat─Seseorang yang mengerti setiap canda, setiap luka, tanpa perlu banyak kata. Tapi entah sejak kapan, tatapanku mulai berubah. Senyumnya bukan lagi sekadar kebiasaan yang men...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
─── Entirely Different ───
Zhang Hao menelan ludah, mencoba memahami apa yang baru saja dikatakan Hanbin. "Karena aku tidak suka. Karena jika kau pergi dengannya nanti, ku pastikan akan membuat hal lebih gila dari sekedar menciummu seperti di toilet, Zhang Hao" Kata-kata itu menggema di kepalanya, membuatnya semakin bingung.
"Tapi… aku kan hanya pergi bersama Soobin. Itu bukan masalah besar, kan?" Zhang Hao berusaha tetap tenang, meskipun detak jantungnya mengatakan sebaliknya.
Hanbin mengetukkan jarinya ke meja, ekspresinya masih sama sekali tak bisa ditebak. "Itu masalah besar," gumamnya, suaranya nyaris seperti geraman pelan.
Zhang Hao mengerutkan kening. "Kenapa?"
Hanbin mengalihkan pandangannya, seolah enggan menjawab. Tapi akhirnya, dengan nada datar, dia berkata, "Aku tidak suka melihatmu bersama orang lain."
Sekali lagi, Zhang Hao dibuat terdiam. Ia membuka mulutnya, ingin membalas, tetapi guru sudah masuk ke dalam kelas, membuatnya terpaksa mengurungkan niat.
Sepanjang pelajaran, Zhang Hao nyaris tak bisa berkonsentrasi. Sekali-kali, ia melirik Hanbin di sampingnya, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya dipikirkan pria itu. Namun, Hanbin hanya fokus pada buku di depannya, seolah tidak terjadi apa-apa.
Ketika bel pulang berbunyi, Zhang Hao menghela napas panjang. Ia belum memberi jawaban pada Soobin. Apakah ia harus tetap pergi? Tapi mengingat tatapan Hanbin tadi…
Saat Zhang Hao hendak mengemasi bukunya, Hanbin tiba-tiba meraih pergelangan tangannya.
"Ayo," katanya singkat.
Zhang Hao menatapnya, bingung. "Ke mana?"
Hanbin hanya menatapnya tanpa ekspresi. "Bukankah aku sudah bilang, kau ada janji denganku?"
"Tapi aku belum menyetujui—"
Hanbin tidak membiarkannya menyelesaikan kalimatnya. Dengan satu tarikan kuat, ia sudah membawa Zhang Hao keluar kelas, tak peduli tatapan heran dari beberapa siswa yang masih ada di dalam.
"Soobin pasti menungguku di depan gerbang," protes Zhang Hao, mencoba menghentikan langkah mereka.
Hanbin berhenti, lalu menoleh dengan tatapan tajam. "Kau lebih memilih pergi dengannya daripada denganku?"
Zhang Hao tertegun.
Hanbin mendekat, nyaris membuat napas mereka bertaut. "Kalau kau benar-benar pergi dengan Soobin…" ia menurunkan suaranya, mengucapkan kata-kata itu tepat di telinga Zhang Hao, "Aku pastikan aku akan melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar menciummu seperti di bilik toilet."