[Mature Content] Sejak kecil, aku selalu melihat Sung Hanbin sebagai sahabat─Seseorang yang mengerti setiap canda, setiap luka, tanpa perlu banyak kata. Tapi entah sejak kapan, tatapanku mulai berubah. Senyumnya bukan lagi sekadar kebiasaan yang men...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
─── Cherished memory ───
Keesokan paginya, Zhang Hao sudah merasa jauh lebih baik. Kepalanya sudah tidak pusing, dan ia bisa bergerak tanpa merasa lemas. Namun, ada satu hal yang masih mengganggunya-Hanbin yang bersikeras menyuruhnya izin sekolah hari ini.
"Kau baru saja hampir pingsan kemarin," kata Hanbin sambil melipat tangan di depan dada. "Lebih baik kau istirahat sehari lagi."
Zhang Hao menghela napas, merasa sedikit kesal tetapi juga tersentuh karena Hanbin begitu peduli padanya. "Aku sudah baik-baik saja, Hanbin. Lagipula, kalau aku tidak masuk, nanti aku akan ketinggalan pelajaran."
Hanbin mendengus. "Aku bisa memberimu catatan."
Zhang Hao menatapnya sinis. "Catatan siapa? Kau bahkan jarang menulis."
Hanbin terdiam, lalu mengalihkan pandangannya sambil menggaruk tengkuknya. "Oke, itu benar... Tapi tetap saja-"
"Aku pergi ke sekolah, titik." Zhang Hao mengambil tasnya dan berjalan keluar rumah.
Hanbin mendesah panjang. Mau tak mau, ia hanya bisa mengikuti keinginan Zhang Hao. "Baiklah, kalau kau pingsan di sekolah, aku tidak mau repot-repot menggendongmu lagi."
Zhang Hao hanya terkekeh kecil sebelum menaiki motor Hanbin yang sudah diparkir di depan rumah. Hanbin segera memakai helmnya, lalu menyerahkan satu untuk Zhang Hao.
"Pakai ini," ucapnya singkat.
Zhang Hao mengambil helm itu dan memakainya dengan hati-hati. Setelah memastikan semuanya siap, Hanbin menyalakan motor dan menoleh sedikit ke belakang. "Pegangan yang erat."
Zhang Hao ragu sejenak sebelum akhirnya melingkarkan lengannya di pinggang Hanbin. Ia bisa merasakan detak jantung Hanbin yang stabil di bawah seragamnya, dan entah kenapa, itu membuatnya merasa nyaman.
Hanbin tidak mengatakan apa-apa, hanya langsung melajukan motor menuju sekolah. Angin pagi menerpa wajah mereka, membawa suasana yang tenang di antara keduanya.
Zhang Hao menatap punggung Hanbin, perasaan hangat menjalar di dadanya.
Seandainya Hanbin tahu...
Betapa ia ingin momen seperti ini berlangsung selamanya.
Sesampainya di sekolah, Zhang Hao dan Hanbin langsung menuju kelas mereka. Namun, begitu mereka masuk, suasana terasa lebih santai dari biasanya. Beberapa siswa terlihat mengobrol santai, bahkan ada yang sudah berbaring di meja mereka.
Matthew, yang duduk di dekat pintu, langsung menyambut mereka dengan senyum lebar. "Kabar baik, teman-teman. Hari ini full jam kosong."
Hanbin mengerutkan kening. "Hah? Kenapa?"
"Para guru sibuk rapat untuk menyiapkan keperluan anniversary sekolah," jawab Ricky sambil meregangkan tubuhnya. "Jadi, kita bebas."
Zhang Hao menatap Hanbin dengan tatapan 'lihat-kan-aku-bisa-sekolah-dengan-baik', sementara Hanbin hanya mendengus dan melempar tasnya ke kursi. "Kalau begini, lebih baik kita tidur di rumah saja."