Maryam Kaamilatul Muthmainnah. Umurnya sudah tiga puluh tahun tapi ia belum kunjung menemukan pelabuhan hatinya atau lebih tepatnya ia tak berkeinginan untuk melabuhkan hatinya pada siapapun.
Berbagai cara sudah dilakulan oleh orangtuanya dari mulai hanya mengenalkannya, menjodohkannya, bahkan sesekali dengan cara sedikit memaksa, yaitu dengan memberikan ancaman pada Kamila agar segera menikah, namun semua cara itu selalu gagal. Lamaran demi lamaran yang datang selalu ia tolak tanpa harus pikir panjang.
Kamila bukan gadis nakal. Yang sukanya hura-hura atau kelayaban malam-malam. Dia gadis baik-baik, malah mungkin dapat dikategorikan sebagai gadis sangat baik bahkan mungkin shalehah. Salatnya tak pernah bolong, puasa wajibnya selalu full dan terkadang perkara sunahpun selalu ia jalani seperti salat duha, salat malam dan puasa senin kamis. Ia pun berjilbab walaupun bukan jilbab lebar yang menutup dada, dia masih pakai jilbab yang menyekik leher.
Untuk tampang Kamila terbilang cantik walaupun belum termasuk ke dalam kategori yang sangat cantik, yang dapat membuat laki-laki mabuk kepayang. Wajahnya berbentuk oval, matanya tidak besar, tidak pula sipit, biasa saja namun ia memiliki bulu mata yang lebat dan lentik itu yang membuat matanya terlihat cantik meski tanpa bulu mata palsu, alisnya terbilang tipis jadi setiap berangkat kerja ia akan selalu menyempatkan dirinya untuk menggambar dulu alisnya, hidungnya minimalis yang artinya pesek tapi yang nggak pesek banget karena bingkai kacamatanya masih dapat nangkring cukup lama di hidungnya, dan pipinya sedikit chuby padahal berat badanyanya dibawah rata-rata. Bagaimana tidak dinyatakan dibawah rata-rata, tingginya mencapai 167cm tapi berat badannya hanya 45kg. Meskipun banyak makan tapi berat timbangannya tidak pernah bertambah.
Alasanya tidak mau menikah karena trauma di masa kecilnya. Dan trauma itu berhasil membangun narasi yang kokoh di hati Kamilaa kalau pernikahan hanya akan membuat hidup seorang wanita menderita.
****
"Lihat tuh Ina sudah punya dua anak. Kamu kapan?"
Kamila hanya diam mendengarkan celotehan Ibunya yang terus membicarakan tentang kehidupan Ina-- teman satu kampung Kamila yang kini tengah mengadakan syukuran aqiqah kelahiran anak keduanya dan ia mengundang Kamila dan keluarga untuk hadir di acara tersebut.
"Iya, kamu kapan mau nyusul." Bi Ipar-- adik Ibunya ikut nimbrung mengajukan pertanyaan yang sama dengan Ibunya.
Kamila tetap memilih diam. Mulutnya tak berhenti mengunyah berbagai macam kue yang disuguhkan oleh si tuan rumah.
Ibu dan Bi Ipar terus saja berceloteh tentang Kamila yang tak mau kunjung mau menikah seakan-akan Kamila yang mereka maksud tak berada di tengah-tengah mereka. Lama-lama kesabaran Kamila pun habis.
"Bu, Mila pulang duluan yah. Lupa belum nyetrika baju buat besok kerja." Ucapnya. Walaupun pada kenyataannya bukan kegiatan menyetrikalah yang hendak ia lakukan.
Si Ibu hanya mengangguk. Kamila bergegas pergi pulang untuk mengistirahatkan telinganya yang sudah kepanasan.
Dosa nggak yah kalau nggak nikah? Batin Kamila bertanya-bertanya saat sudah sampai di rumah.
Capek rasanya terus-terusan disuruh untuk segera menikah. Bukan hanya oleh Ibu tapi oleh saudara-saudaranya juga. Padahal hingga detik ini ia sama sekali tak berkeinginan untuk menikah karena menurutnya pernikahan beresiko tinggi akan membuat kehidupannya sulit dan tak bahagia.
***
10 Rabiul Akhir 1447H
3 Oktober 2025
Assalamualaikum... adakah yang kangen sama aku? Mudah2han banyak yah *sangatberharaphehe
Alhamdulillah aku bawa cerita baru lagi. Sebenernya cerita ini bukan cerita baru tapi cerita yang udah aku tulis hampir satu lalu dan udah beberapa part dipublish di karya karsa tapi berhubung di karya karsa rada ribet kalau mau publish kuputusakan bakal publish aja di wattpad... jadi insya Allah bakal dipublish saja di wattpad sampai end...
Semoga kalian suka yah sama ceritan.
Insya Allah cerita ini akan publish setiap hari jumat..
Jangan lupa baca Al Kahfi ^_^
VOCÊ ESTÁ LENDO
Kamila
EspiritualMaryam Kaamilatul Muthmainnah. Usianya sudah menginjak angka tiga puluh tahun. Lamaran demi lamaran telah datang padanya, namun ia selalu menolaknya. Tak ada sedikitpun keinginannya untuk menikah. Hal itu terjadi karena traumanya di masa kecil. "Pe...
