✯
“Sebel banget kalau di inget-inget,”
Ruby mengendus, mengaduk asal es teh tawar yang kini es nya sudah mengembun.
“Inget apa?” tanya Vera, lengannya mengambil kerupuk yang masih terbungkus.
“Ya itu, semua tentang kak Hagi. Apalagi yang nggak jadi balik bareng perkara di kacauin kak Rinika.”
“Asal lo tau—”
Rega memotong ucapan Vera, “Bersyukur aja, kalau hari itu lo jadi balik bareng Hagi, sekarang lo bakal sakit berdarah darah karena ngeliat gebetan lo yang katanya oke itu berduaan sama mantannya.”
“Woi kuda! Jangan asal potong ucapan gue dong! Belum selesai ngomong juga,” Vera protes, lantaran ucapannya yang di potong tak sopan oleh Rega. Si pelaku sendiri hanya mengangkat bahunya tak acuh.
“Ruby, lo inget gak, waktu lo cerita ada payung sama jas hujan pas lo selesai rapat OSIS?” tanya perempuan satu-satunya dimeja itu.
Ruby mencoba berfikir, menerawang ingatannya pada hari-hari lalu. Lalu ia teringat kala itu, hujan deras selepas rapat OSIS selesai, Ruby mengendarai motor hari itu, dia lupa membawa jas hujan maupun payung, saat masih berada di ruangan, Ruby sudah pasrah jika besok ia akan terkena demam lantaran menerobos hujan.
Namun, saat membuka pintu, Ruby menemukan sebuah payung hitam, juga jas hujan merah muda dengan tudung kepala ada cuping telinga kucingnya. Lucu. Batinnya saat itu.
Ruby membawa jas hujan itu, berkatnya Ruby selamat sampai rumah tanpa basah sedikitpun. Meninggalkan sebuah payung hitam yang teronggok mengenaskan.
“Oh! Inget, kenapa?”
“Salah satu antara payung sama jas hujan itu, ada Hagi yang ngasih diem-diem,” perkataan Vera membuat Ruby terkejut, ia tak menyangka bahwa Hagi seperhatian itu padanya.
“Hagi yang naro payung, atau jas hujan?” tanya si cantik.
“Tebak, lo pasti tau jawabannya,” jawab Vera dengan nada jail.
“Pasti Hagi yang naro jas hujan itu..” gumam Ruby, yang masih bisa di dengar oleh kesua temannya ini.
“Correct! 100 buat lo!”
“Terus, yang naro payung itu siapa?”
“Siapa lagi kalau bukan orang yang sering pulang belakangan selain lo.”
Ruby asik dengan pikirannya sendiri, dia tahu kok sosok yang naro payung itu siapa. Namun, Ruby tak ambil pusing, yang saat ini ia pikirkan adalah, bagaimana caranya ia mengembalikan jas hujan milik Hagi. Karena saat itu ia hendak mengembalikan pada pemiliknya namun ia tidak tahu siapa dia. Dan sekarang saat sudah tahu, Ruby resah sendiri.
“Eh mau kemana?”
Buyar sudah lamunan Ruby kala Vera bertanya pada Rega yang beranjak pergi.
“Toilet,” Rega menjawab seadanya.
Vera tersenyum miring, menumpu kedua tangannya lalu menaruh dagunya disana, “yakin? Gamau denger siapa orang selanjutnya yang suka Ruby?”
Ruby sendiri hanya diam, menatap keduanya dengan tatapan polos. Sedangkan Rega berdecak kala mengetahui bahwa perempuan ini sedang menggodanya lagi.
“Gue mau beli minum, bentar, tungguin,” finalnya.
Vera tertawa melihat tingkah Rega, Ruby bingung, karena dia sadar bahwa Rega saat ini seperti sedang menahan kesal, tapi dia tidak tahu apa penyebabnya.
“Rega kaya bete gitu, ya ga sih, Ver?”
“Hm keliatan banget.”
“Kenapa ya? Apa kita ada salah kata yang bikin dia kesinggung?”
“HAHAHA! Ruby lo ini beneran gak peka ya, pantes aja gak sadar lagi banyak yang naksir,” Vera gemas dengan Ruby, dia mencubit pipi seperti mochi itu pelan.
“Loh, apasih? Makin gak ngerti aku.”
Vera tak menjawab, lantaran dia melihat Rega yang berjalan menuju mejanya dengan sebuah jus alpukat ditangannya.
Saat Rega sudah duduk dengan tenang Vera melanjutkan ceritanya, “udahkan? Gue mulai yang ke dua, ya?”
“Mantan lo, Kak Raiden Artha Dewangga.”
✯
Made with love, by MILO.
ESTÁS LEYENDO
Ruby Effect - Woncentric
FanfictionPerjalanan Vera dalam meyakinkan Ruby bahwa temannya ini sedang disukai oleh 6 orang sekaligus dalam satu waktu. woncentric, alias all memb x won! © mauvelf
