Prolog

605 85 13
                                        


2025 ... please be nice to us! hahaaha. Semoga idenya lancar yaa. Oh ya kemarin sempat ketukar antara Andara dan Adelia, hihii. Maaf ya, jadi tuh Andara dan Adelia, keduanya sama2 tokoh di Scars dan aku sering ketuker. Yang kemarin udah aku edit ya.

Selamat bacaaa, teman-teman. Muach.

***


Sebagai anak pertama yang memiliki adik laki-laki, hidup Adelia cukup aman meski sang ayah sudah berpulang belasan tahun lalu. Dia, adik dan Ibunya cukup beruntung karena ada bisnis garmen yang ditinggalkan Ayah untuk melanjutkan hidup mereka.

Namun ternyata rasa aman yang dia miliki ada batas waktunya. Suatu malam, sang adik menjemputnya ke kantor, mengajaknya makan malam di Plataran

"Aku mau ngelamar Sienna..."

Mata bulat Adelia membesar melihat wajah Emir yang canggung. Dia dan Emir ini hanya berjarak Emir empat tahun. "Kamu yakin?" tanya Adelia sambil menggulung mie di piringnya. "Ini menikah lho, Mir. Butuh kesiapan, bukan cuma cinta aja."

"Kalau nggak yakin, ngapain aku ngajak kamu dinner di sini," sahut Emir dengan sedikit kesal.

Sejujurnya Adelia cukup terkejut saat Emir meneleponnya tempo hari dan menanyakan kapan ada waktu kosong untuk mereka bertemu. Dia menarik napas, mulai memahami kalau situasi ini serius.

Adelia menaruh garpunya, dan mengalihkan tatapnya pada wajah dewasa Emir yang tampan dan mirip sekali dengan Ayah mereka.

Sebagai dua orang saudara, mereka cukup dekat. Waktu Emir memutuskan kuliah di Bandung, Adelia selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Emir minimal sebulan sekali, dan kalau jadwalnya sedang padat dia akan menelepon untuk tahu kabar Emir.

Setelah Emir lulus dari ITB, adiknya langsung mendapat pekerjaan di perusahaan energi milik negara. Adelia masih ingat saat dikirimi sejumlah uang. "Buat nonton konser," begitu isi caption pada slip transfernya. Adelia tahu, Emir baru mendapat gaji pertamanya.

Adelia berdehem, dia mengambil gelas berisi gabungan sereh, jahe dan air jeruk untuk membasahi tenggorokannya. Menikah ... langkah besar yang Adelia pikir butuh beberapa tahun lagi bagi Emir.

"Ibu udah tahu?"

Emir mengangguk.

Berarti di antara mereka bertiga, dia adalah orang terakhir yang tahu tentang rencana Emir. "Ibu nyuruh kamu, biar aku juga cepat-cepat menikah, ya?" tebak Adelia.

"Sebagian benar dan sebagian salah."

"Maksudnya?"

"Ibu memang mau Kak Iya menikah, tapi yang nggak nyuruh buru-buru juga."

Adelia tertawa, bulan lalu Ibu juga sempat menelepon. Dia ingat tepatnya di hari Sabtu malam saat dia tengah dikejar projek tayangan program salah satu kementrian, karena sudah mendekati deadline untuk preview sebelum tayang. "Lagi di mana, Kak?"

"Kantor, Bu."

"Hari sabtu, nggak ada yang ngajak jalan, Kak?"

"Jalan ke mana sih, Bu? Aku lagi di studio nih."

"Oh masih kerja?"

"Iya, Bu..." jawab Adelia sambil sesekali menyimak Bang Dennis yang menunjuk beberapa adegan. "Bu, nanti aku telepon balik ya."

Adelia baru paham dengan pertanyaan Ibu waktu itu. Ternyata masalah jodoh ini, sudah menjadi masalah bersama untuk keluarga mereka! Sejujurnya dia merasa tidak nyaman.

"Aku nggak masalah kok dilangkahi," kalau seandainya Emir butuh kata-kata itu darinya. Tadi memang dia cukup kaget tapi rasanya tidak ada hal yang bisa menghalangi rencana Emir.

"Bukan itu, tapi Kak Iya sama Ibu yang jadi pikiranku."

Kening Adelia mengernyit. Kenapa aku dan Ibu?

"Siapa nanti yang jagain Kak Iya dan Ibu?" Emir membuang pandangannya. "Aku dan Siena lulus beasiswa ke Jerman ... dan—" dia menjeda sesaat. "Aku rasa, akan lebih baik jika ada lelaki selain aku yang bisa menjaga kalian."

"Aku bisa jaga diriku sendiri, dan kamu nggak perlu khawatir. Aku juga bisa jaga Ibu," jawab Adelia tanpa berkedip, karena dia yakin ... air matanya pasti akan menetes kalau kelopak matanya bergerak menutup.

Emir tertawa. "Aku nggak minta Kak Iya menikahi sembarang laki-laki, aku cuma berharap Kak Iya bisa memikirkan perkataanku."

***

Me: Chan, kamu mau nikah kapan sih?

Chandra: Lima tahun lagi.

Me: Nggak bisa dicepetin?

Chandra: KPR belum lunas, Sayang.

Chandra: Kenapa malam-malam begini, ngomongin nikah?

Me: Tiba-tiba kepikiran aja gitu...

Chandra: Pikirin yang lain aja, emang nggak ada yang bisa dipikirin?

Chandra: Kerjaan kamu, gitu? Katanya lagi dikejar deadline?

Me: Tadi udah beres, kok.

Me: Kalau aku bantu lunasin KPR kamu, gimana?

Chandra: Nggak ya. Kita udah pernah bahas ini.

Chandra: Lima tahun nggak lama, kok!

LIMA TAHUN NGGAK LAMAAAA??? Kata siapa, hah? Adelia menggerutu sendiri sambil memandangi layar handphone-nya. Sekarang usianya 29 tahun, kalau dihitung-hitung berarti dia akan menikah di usia 34! Sementara nanti mungkin anak Emir sudah TK.

Ya Tuhan!

***

The Only OneWhere stories live. Discover now