"Lalu bagaimana?" Ucap Chaeyoung ikut bingung.
Disaat mereka sedang frustasi Jennie tiba-tiba bersuara.
"Aku bisa mengatur sesuatu," kata Jennie. "Bagaimanapun, aku punya alasan profesional untuk berada di sana."
.......
..
.
Saat mereka masih berdiskusi, bel apartemen Jisoo berbunyi.
"Siapa itu?" tanya Chaeyoung.
"Entahlah. Aku tidak mengundang siapa pun," gumam Jisoo. Ia berjalan ke pintu, membuka sedikit, dan melihat seorang pria dengan map cokelat di tangannya.
"Apakah ini apartemen Nona Kim Jisoo?" tanyanya.
Jisoo menyipitkan mata. "Iya. Ada apa?"
Pria itu menyerahkan map tersebut. "Ini kiriman dari seseorang yang meminta saya menyampaikan langsung ke tangan Anda. Isinya tentang... Lee Kang Ho."
Sebelum Jisoo sempat bertanya lebih jauh, pria itu pergi begitu saja.
Lisa melompat dari sofa saat Jisoo kembali dengan map di tangannya. "Apa itu?"
Jisoo menatap map itu dengan keraguan. "Aku tidak tahu. Tapi ini tentang Lee Kang Ho."
Jennie mengambil map itu dan membuka isinya. Beberapa lembar dokumen keuangan berisi transaksi mencurigakan antara perusahaan Appa mereka, Lee Kang Ho, dan ibu tiri mereka, Han Yujin.
"Ini bukti bahwa Han yuji terlibat dalam manipulasi keuangan perusahaan Appa." gumam Jennie.
"Tapi siapa yang memberikan ini pada kita?" tanya Chaeyoung.
Lisa menyipitkan matanya. "Mungkin seseorang yang ingin kita tahu kebenaran."
Namun, sebelum mereka bisa mencerna semuanya, telepon Jisoo berdering. Sebuah nomor tak dikenal.
Jisoo ragu sejenak sebelum menjawab.
"Kim Jisoo." Suara pria di seberang terdengar tenang, tapi dingin. "Sebaiknya kau berhenti bermain dengan api. Kau tidak akan suka dengan akibatnya."
Mata Jisoo menajam. "Siapa kau?"
"Nama tidak penting. Tapi mungkin aku bisa memberimu petunjuk..." Suara pria itu berubah menjadi nada mengejek. "Kau dan adikmu terlihat bagus di rekaman CCTV semalam."
Mata Jisoo melebar. Dia menatap Lisa, yang tampak tegang.
"Kau pikir kau bisa menyelinap ke gedung tua itu tanpa ada yang tahu?" Pria itu tertawa kecil. "Seseorang selalu mengawasi, Jisoo-ssi."
Sebelum Jisoo bisa membalas, panggilan terputus.
Ruangan sunyi..
"Kau pikir... dia serius?" suara Chaeyoung bergetar.
Jisoo menggenggam ponselnya erat. "Mereka tahu kita menyelidiki. Mereka tahu kita ada di gedung tua itu."
Lisa mencengkeram tangannya. "Eonni... kalau mereka punya rekaman kita, berarti mereka bisa melacak kita."
"Kita harusnya lebih hati-hati." Ucap Lisa menutup wajahnya frustrasi.
"Tenang," Jennie mencoba berpikir logis meskipun jantungnya berdetak kencang. "Jika mereka ingin menyerang, mereka pasti sudah melakukannya. Ini hanya ancaman."
Jisoo menatap ponselnya dalam-dalam.
"Kita butuh bantuan seseorang." katanya akhirnya.
Lisa menegakkan punggungnya. "Maksudmu Kang Jiho?"
Jisoo mengangguk. "Dia detektif yang bisa kita percayai. Jika ada yang bisa membantu kita menganalisis dokumen ini, itu dia."
---
Di tempat lain, di dalam rumah mewahnya, seorang wanita paruh baya sedang menyesap anggurnya perlahan.
Di depannya, seseorang berdiri dengan ekspresi datar.
"Bagaimana perkembangan mereka?" suara wanita itu terdengar lembut, tetapi ada bahaya yang tersembunyi di baliknya.
Pria itu adalah pria yang mengantarkan map ke apartemen Jisoo, ia tersenyum licik.
"Mereka mulai menyadari sesuatu, tapi masih belum cukup."
Dia menyandarkan tubuhnya. "Bagus. Biarkan mereka berpikir mereka menang. Mereka telah mencari masalah dengan Han yuji." Ucapnya menyeringai.
Pria itu mengangguk sebelum berbalik dan berjalan keluar.
Saat pintu tertutup, Han Yujin menatap foto keluarga yang tergantung di dinding.
"Sayang sekali..." bisiknya pelan, jemarinya menyusuri wajah Jinyoung dalam foto itu.
"Kalian hanya menggali kuburan sendiri."
.
.
.
.
.
.
Saat malam semakin larut, Chaeyoung memandang Jennie dengan ragu.
"Eonni, menurutmu apa Han yuji benar-benar tahu apa yang dia lakukan?"
Jennie mengangkat bahu. "Kita tidak tahu pasti. Tapi aku tahu satu hal kalau dia bukan wanita yang naif."
Lisa yang biasanya tenang tiba-tiba berkata, "Jika dia memang terlibat, kenapa dia masih bertahan di sini? Bukankah lebih mudah baginya untuk kabur saja ketempat yang jauh?"
"Karena mungkin dia merasa posisinya aman," jawab Jisoo datar. "Atau dia berpikir kita tidak akan pernah berani menggali lebih dalam."
***
Jangan lupa vote.....
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Ties That Bind
FanfictionIkatan darah tak pernah mudah diputus, meskipun waktu dan luka memisahkan mereka. Empat saudara yang membawa beban masa lalu kini harus kembali bersama untuk menghadapi kenyataan yang tak terhindarkan.
The Strings of Deception
Mulai dari awal
