part 7

1.6K 84 5
                                        

Arina POV

Tanganku terus menggenggam tangannya. Dia berbaring tak berdaya dengan bantuan oskigen di hidungnya, beberapa perawat di dalam ambulan terus mengontrol keadaan Reyhan. Sedang aku, bibirku tak hentinya mengucap do'a. hanya itu yang bisa ku lakukan sekarang.

"Kumohon, kuatlah untukku. Aku janji, tidka akan mengacuhkanmu lagi. Kumohon..." lirihku yang terus memandang wajah pucatnya.

__oOo__

Author POV

"Pergi!! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi! Tolong, pergi dari hadapanku sekarang juga!" bentak wanita yang masih berbaring di atas ranjang di ruang rawatnya.

"Tidak, Arina! Maafkan aku, aku..." pria yang sudah penuh lebam di wajahnya itu masih berusaha mendekati. mengetahui putrinya keguguran karena menantunya, membuat Ayah Arina memukul habis-habisan Reyhan. akibatnya, pria itu babak belur sekarang.

"AKu tidak butuh penyesalanmu, sekarang jangan pernah temui aku lagi. Pergi..." teriak wanita bernama Arina itu. ia sudah murka, seolah tiada ampun lagi kepada pria yang notabene adalah suaminya.

beberapa jam lalu, dokter mengungkapkan hal yang sulit ia terima. suatu informasi yang hampir membuatnya mati seketika, ya janin di dalam kandungannya dinyatakan gugur. dia kegugura dengan usia kandungan yang baru menginjak dua bulan.

"Arina.. aku minta maaf, maaf atas semua kesalahanku padamu selama ini, terutama tas kehilangannya anak kita." pria itu berdiri dengan jarak yang agak jauh agar tidak lagi diteriaki isterinya. sayang, perkataannya sama sekali tidak digubris. arina, sibuk mengelusi perutnya bah orang depresi. tidak salah, dia memang depresi.

"Aku memang bodoh... aku bodoh." lirih wanita itu seraya meremas perutnya yang sudah tak terisi janinya. tangisnya kembali meledak, entah apa yang ada dipikirannya. ia sangat merasa bersalah juga.

"Aku mencintaimu." dua kalimat yang sempat ia dengar samar-samar dari arah kananya sebelum ia kembali pingsan.

__oOo__

satu jam

dua jam

waktu berlalu dan Arina masih belum beranjak dari depan ruang operasi. kedua tangannya saling bertaut sesekali meremas. dia berada di tingkat kecemasan yang tinggi. pikirannya beradu, di satu sisi ia ingin menelepon sanak keluarganya, tetapi di sisi lain ia tidak ingin membuat yang lain sama cemasnya dengannya. apalagi, mertuanya. oh, baiklah dia masih boleh memanggil orangtua Reyhan dengan sebutan 'mertua' setahunya surat cerai yang dia ajukan tidak ditandatangani Reyhan. tapi itu dulu, tidak tahu sekarang.

apa ia merasa menyesal sekarang? jujur, dia sangat mneyesal. tapi, semua sudah terjadi. dia bisa apa? berharap adanya mesin waktu? tidak, dia hanya berharap pada keajaiban. ya, hanya itu.

tet

kepalanya mendongak ketika lampu menyala tanda pelaksanaan operasi telah selesai. tubuhnya yang masih gemetar dipaksa berdiri, memperhatikan pintu ruangan yang belum juga ada tanda-tanda dokter keluar dari sana. kekhawatirannya smeakin menjadi mendengar suara ramai dari arah dalam ruangan.

beberapa menit menunggu, akhirnya seornag dokter keluar di dampingi perawat.

"Dokter, bagaimana keadaannya?" tanya Arina pada dokter itu.

"Operasi dibagian tulang belakangnya berhasil. mungkin butuh beberapa jam saja untuk ia sadar dari koma. paling lama satu hari." jawab dokter itu ramah. hembusan nafas lega keluar dari bibir Arina.

"Terimakasih, Dok."

__oOo__

Arina, masih mengenakan seragamnya setia menemani Reyhan di ruang rawatnya. alat bantu pernafasan masih terpasang di bagian tubuh pria itu, namun  Arina masih terus berharap pria itu akan kembali seperti semula. ia berjanji akan memaafkan semua kesalahan Reyhan di masa lalu, ia tidak akan mengungkit lagi masalah itu. ia ingin membuka lembaran baru bersama pria yang selama ini masih tersimpan di lubuk hatinya.

meskipun usahanya untuk menghilangkan lebih lagi membenci pria itu, tetapi di hatinya masih ada tempat kecil untuk Reyhan.  terkadang, hal itu yang membuatnya masih terbayang wajah Reyhan disaat ia tidak ingin mengingatnya lagi. pria yang meninggalkan trauma di kehidupannya, dialah pria yang ia cintai hingga saat ini.

"Kak Reyhan... cepet bangun. Arina disini, Arina gak akan pergi lagi. Arina akan terus memegang tangan kakak. jadi, cepatlah siuman. Arina... mencintai kakak."

__oOo__


kira kira endingnya bakal gimana yaa? sad/ happy? hihihi

makasih untuk vomennya, smeoga makin bertambah yaa..

see you ^^

IntrovertWhere stories live. Discover now