setelah kejadian di malam itu dua bulan yang lalu, kini aku dengan Kak Reyhan tidka lagi bertunangkan, melainkan menikah. ya, setelah malam itu terjadi, keesokannya kedua orangtuaku memergoki kami tidur dalam satu ranjang. bahkan dengan keadaan yang tidak pantas untuk dilihat. karena itulah, pernikahan segera kami lakukan atas perintah kedua orangtuaku.
kedua mataku menyisiri apartemen namun sama seperti hari kemarin-kemarin. tak ku temukan pria itu, pria yang sudah dua bulan ini menjadi suamiku. sungguh, tidak ada keinginan lagi dalam diriku untuk menikah dengannya. tetapi, mengapa malah terjadi?
ku lirik jam yang menggantung di dinding. sudah waktunya aku pergi ke rumah pengajarku. Setelah menikah, keluarga memintaku untuk home schooling.
Hari ini memang tidak ada jadwal, tetapi ada yang ingin ku tanyakan pada guruku karena itu aku harus ke rumah beliau sekarang. terpaksa harus menaiki kendaraan umum lagi. mengetahuia jarak antara apartemen ini dengan sekolah cukup jauh, memakan waktu setengah jam. itupun kalau tidak ada kemacetan.
saat hendak membuka pintu, aku dikejutkan oleh berdirinya seseorang dengan tubuh yang sempoyongan.
"Ya ampun!" pekikku seraya memeluk tubuhnya yang hampir ambruk. bau alkohol menyeruak masuk ke rongga hidungku.
"Kaka mabuk?!" dengan cepat ku bawa dia masuk dan membaringkannya ke sofa.
"Arrhhh.. bukan urusanmu...hussss.." dia mendorongku dengan kakinya yang terangkat.
"Kasih tau, kaka habis minum dimana?" aku kembali mendekatinya. tidak ada balasan, yang ada hanya dengkuran halus darinya.
"Ka?" panggilku dengan suara parau. aku tidak kuat melihatnya yang seperti ini. aku ingin menangis sekarang juga. betapa sakitnya melihat orang yang ku cintai tersiksa karena diriku.
tangisku tak bisa dibendung lagi, sambil memeluk tubuhnya aku menangis keras. masa bodoh jika ia terbangun. aku ingin mengeluarkan semua beban ini meski dalam tangisan yang panjang.
__oOo__
Ting Tong Ting Tong
bel apartemen membuatku terbangun. masih diposisi yang sama. aku tertidur sembari duduk dan memeluk tubuh yang tergolek lemas di sofa. dia, Reyhan.
Ting Tong Ting Tong
aku berjalan cepat menuju pintu.
"Ya?"
"Permisi." sambut seorang dari luar. dia wanita....
"Aku tidak akan lama-lama. hanya ingin memberikan ini.." Namanya Alleina. dia kekasih Reyhan selama ini. aku tahu itu.
dia datang kesini hanya untuk memberikan sebuah lukisan. lukisan dengan gamabr dirinya yang sedang tersenyum manis sekali, rambut panjang nan hitam nya tampak seperti tertiup angin. bahkan dalam lukisan pun kecantikannya begitu mengaggumkan.
"Kamu.. isterinya kan? Arina?" tanyanya, masih senyum itu menghiasi bibirnya yang merah. aku mengangguk singkat.
"Maaf kalau selama ini aku mengganggu rumah tanggamu. Aku sadar dengan kesalahanku ini, karena itulah berikan lukisan itu pada Reyhan. Katakan, aku tidak bisa lagi bersamanya. dan, hari ini juga hari terakhirku berada di negara ini, aku akan pergi ke Amerika untuk melanjutkan study ku. jadi, maafkan aku selama ini, Arina." ujarnya tulus. dia menggenggam tanganku. merengkuhnya hangat kemudian membawa tubuhku yang lebih kecil darinya ke pelukannya.
"Dia pria yang baik, mungkin saat ini dia belum mencintaimu, tetapi aku yakin suatu hari ia bisa menerima keberadaanmu disisinya. buatlah dia mencintaimu, Arina. dia butuh seseorang disisinya sekarang. ku harap, kamulah seseorang itu."
__oOo__
setelah kepergian Alle, aku masih belum beranjak dari tempat. Aku yang seharusnya bahagia karena tidak ada lagi pengganggu dalam hubungan ini, malah sebaliknya. Aku takut disalahkan lagi. Jangankan perpisahan, mereka bertengkar saja aku yang menjadi tujuan kemarahannya.
"Apa itu?" sebuah suara dari belakang, mengagetkanku.
"I-ini.."
"Berikan!" dia mengulurkan tangannya, memintaku untuk menyerahkan lukisan ini.
"Dari Alle." akhirnya aku memilih jujur. Ia sempat kaget, namun kembali fokus pada lukisan ditangannya. dibaliknya lukisan itu dan.. dia melihat gambarnya.
"Kapan dia kesini?" tanyanya tanpa menatapku. Tatapannya masih nyalang pada lukisan itu. aku bisa melihat jemarinya yang meremas kuat papan kanvas tersebut.
"Dia masih belum jauh.." secepat kilat ia berlari menuju pintu utama, tetapi segera ku cekal tangannya.
"Lepas!" tekannya keras. aku masih menahannya. Yang ada dipikiranku, aku tidak mau dia kembali mengejar cintanya. wanita itu sudah melepaskannya. aku tidak ingin di pergi untuk mengejar wanita itu.
"Arina!!"
"Dia sudah pergi. dia sudah mengakhirinya. Dia tidak ingin melanjutkan hubungannya." kataku lantang. mata kami bertatapan, sorot matanya memandangku penuh amarah.
"Lepas atau.."
"Ngga! AKu gak mau kamu pergi untuk menahannya. aku ingin kamu melepaskanya!! Please, jangan siksa aku seper.."
"Arggghh hentikan omong kosongmu!!" sekuat tenaga dia melepaskan cekalan tanganku di lengannya, membuat tubuhku terhuyung ke belakang tanpa bisa ku kontrol.
Duggg
"Akkhhhhh!!" jeriku ketka perutku mengenai ujung nakas. sakit sekali. rasanya seperti ditusuk dan diremas dalam waktu yang bersamaan.
"Jangan pernah....Darah?" aku membuka mataku pelan. ekspresi wajah Reyhan tampak tegang, dia kemudian menatapku dengan alis bertaut.
"K-Kau.. berdarah." ucapnya lirih. tak ku hiraukan lagi dia, aku terus merintih sambil memegangi perutku yang semakin sakit. hingga ku rasakan basah di bagian ujung dress ku.
Darah.
dress ku sudah berlumuran darah, bahkan lantai di dekatku pun sudah terkena darahku. aku menangis tertahan melihat darah yang terus mengalir ini. Ku harap, dalam kondisi seperti sekarang, calon bayi di dalam rahimku masih bisa dipertahankan.
__oOo__
huhu... masih flasback yaa..
okee makasih vommennyaa, support teruss yaa... See Youu ^^
YOU ARE READING
Introvert
Romancekejadian di masa lalu membuat Arina Putri Zurivea, gadis berusia 17 tahun itu menjadi sosok introvert. Bertolak belakang sekali dengan sifatnya dahulu, sosok yang periang. lalu, masa lalu seperti apa yang membuat ia berubah 180 derajat menjadi priba...
