Episode 4: Audisi Impian

13 3 0
                                        

Wong Rim, salah satu perusahaan elektronik terbesar di Korea, membuat gebrakan baru. Tidak hanya sukses dalam teknologi, perusahaan ini juga merambah dunia desain interior untuk kantor-kantor cabangnya yang tersebar di seluruh negeri. Berita tentang audisi desain interior yang diadakan perusahaan itu dengan cepat menjadi sorotan.

Di sebuah kafe kecil di sudut Seoul, Jung Ha Eun duduk di meja dekat jendela, matanya terpaku pada poster digital di layar ponselnya.

"Audisi Desain Interior Wong Rim: Peluang emas bagi desainer pemula untuk bekerja sama dengan perusahaan ternama!"

"Jung Ha Eun = Ini kesempatan yang nggak boleh aku lewatkan..." bisiknya, penuh tekad.

Sementara dia menyesap kopi hangat, di kursi lain, seorang wanita dengan rambut pendek bergelombang dan aura percaya diri yang memikat memandang poster yang sama di ponselnya. Dia adalah Go Hye Jin, sahabat lama Kang Ji Ho yang baru saja kembali ke Korea.

Go Hye Jin tersenyum kecil. "Ini bakal jadi pengalaman menarik," katanya pada dirinya sendiri. Hye Jin bukan hanya sahabat Ji Ho, tapi juga desainer interior profesional yang pernah bekerja dengan nama-nama besar di Amerika.

Di markas besar Wong Rim, Kang Ji Ho mengamati persiapan audisi dengan senyum puas. Dia berdiri di depan layar besar yang menampilkan nama-nama peserta yang sudah mendaftar.

"Ji Ho, audisi ini ide yang brilian," ujar asistennya, Park Dae Hyun, sambil menyerahkan berkas peserta. "Kita nggak hanya bakal dapat desain yang fresh, tapi juga bisa menemukan bakat baru di industri ini."

Ji Ho mengangguk. "Aku ingin kantor cabang baru kita bukan cuma sekadar tempat kerja. Aku ingin tempat itu punya jiwa, seperti cerita yang bisa dirasakan setiap orang yang masuk."

Mata Ji Ho menatap layar berisi daftar nama peserta. Salah satu nama menarik perhatiannya, tapi dia hanya mengernyit, merasa itu hanya kebetulan. Jung Ha Eun.

"Jung Ha Eun..." Ji Ho mengulang pelan nama itu di pikirannya. Sebuah bayangan masa kecil tiba-tiba melintas, namun dia menggeleng kecil. "Pasti banyak nama yang mirip di Korea," gumamnya.

Hari audisi akhirnya tiba. Aula besar Wong Rim dipenuhi oleh para desainer interior muda dengan karya terbaik mereka. Jung Ha Eun berdiri di sudut ruangan, memegang map berisi sketsa dan portofolionya. Tangan kecilnya sedikit gemetar, bukan karena takut, tetapi karena gugup memikirkan ini mungkin langkah besar dalam hidupnya.

Di sisi lain ruangan, Go Hye Jin melangkah percaya diri. Setiap orang yang melihatnya langsung merasa terintimidasi oleh auranya yang penuh pengalaman dan karisma.

Mereka tidak tahu bahwa jalan mereka perlahan akan bersinggungan.

"Peserta nomor 17, Jung Ha Eun, silakan maju ke ruang presentasi," suara panitia memanggil. Ha Eun menarik napas panjang, lalu melangkah masuk ke ruangan di mana panel juri sudah menunggu.

Di ruang lain, Kang Ji Ho memantau audisi lewat layar kamera. Namun, untuk beberapa alasan, dia tidak berada di ruangan juri hari itu.

"Ji Ho, kamu nggak masuk ke sesi presentasi?" tanya Park Dae Hyun.
Ji Ho hanya tersenyum kecil. "Aku lebih suka melihat hasil akhirnya. Biarkan mereka yang memilih kandidat terbaik."

Dia tidak tahu, seseorang dari masa lalunya sedang berusaha keras di ruangan itu, membawa semua harapan dan mimpinya.


When We Meet Again 다시 만날 때Where stories live. Discover now