"Alasan apa?? Emang dasarnya kalian aja yang gk mau punya kami di keluarga kalian kan"
"Lagian tiba-tiba banget juga kalian datang ke kehidupan kami. Padahal kehidupan kalian udah sempurna tanpa kami" sendunya.
Pria paruh baya itu menangis melihat bulir-bulir air mata sang anak nya. Memang kesalahan dirinya, ia akui dirinya terlalu takut bertemu dengan anak nya, karena hal yang paling ia takutin adalah kebencian dari anaknya dan itu telah ia dapatkan.
Sedangkan disisi lain, gadis itu terus berlari keluar dari rumah mewah itu. Dengan tangisan nya dan kekecewaan nya.
Ia terus berlari hingga keluar dari pekarangan rumah itu, tidak peduli dengan apapun. Yang ia inginkan hanya menjauh dari rumah dan rasa sakit itu.
"Hikss hikss hikss... Mama" gumamnya lirih.
Dadanya sesak dengan sesenggukan ia menangis. Hingga sampai ia dibawah sebuah pohon besar yang rindang.
Ia terduduk dengan pasrah, menyembunyikan wajah nya dibalik tekukan kaki dan tangan. Senggukan dan air mata yang berderai.
Ia sedih, ia juga ingin mengetahui wajah sang mama. Ia juga ingin di manja oleh sang ayah. Ia juga ingin sukses seperti sang kakak. Tapi apalah daya nya, bahkan keluarga nya sendiri membuangnya.
"Mama, aku capekk" lirihnya.
"Aku capek ternyata aku yang terlalu berharap mama hiks hikss..."
"Aku iri sama abang, aku mau disayang juga. AKU CAPEKKK!!" Teriaknya dengan penuh keputus asa an.
"AKU CAPEKK MAMA HIKSS HIKSS... aku capek" sendunya di akhir ucapan.
"Huhuhu... Hikss... Mama, aku udah berusaha kuat didepan adik. Aku udah berusaha buat tetap bertahan hidup. Bahkan walaupun aku harus jadi pemulung selama 4 tahun" sendunya.
Hatinya benar-benar capek, mentalnya benar-benar lelah. Kepada siapa lagi ia mengadu, tidak mungkin ia menunjukkan kelemahannya didepan sang adik.
Wajah cantik bagai pahatan luar biasa itu memerah, bahkan kedua matanya telah bengkak karena terlalu lama menangis.
"Mama, kalau aku nyusul mama. Apa mama bakal bahagia? Mama gk pernah datang kedalam mimpi ku. Tapi aku yakin mama sering datang kedalam mimpi adik kan" lirih nya.
Ruby mendongak dengan keputus asa annya. Menatap langit cerah disiang hari. Hembusan semilir angin menerpa wajah merah nya.
"Aku sakit lagi" gumamnya.
Setiap kali ia kebanyakan menangis, dengan keadaan mental down dan fisik down. Ia akan langsung sakit, dan terkadang parah seperti demam tinggi.
"Hahhh" hembusan nafas lelah. Ia selalu berharap dan bermimpi memiliki keluarga utuh yang bahagia.
Seperti pemandangan yang sering kali ia lihat sepulang sekolah. Pemandangan seorang anak yang bermain dengan kedua orang tuanya.
Atau seorang adik yang bermain dengan kakak dan adiknya. Ia selalu mengharapkan hal itu terjadi. Tapi, saat itu masih bisa makan nasi dengan lauk telur saja ia udah merasa sangat bahagia.
Makanan yang sangat sederhana, tapi ia sering kali menantikan makanan itu saat di panti asuhan dulu.
"Mama, bahkan kamu gk mau datang kedalam mimpi ku yaa" lirih Ruby.
Nafasnya mulai tak beraturan seiring suhu tubuhnya yang meningkat. Mata nya yang sembab dan wajahnya yang memerah.
Padahal cuaca sangat cerah, tapi kenapa kehidupan dia di hari ini tidak secerah itu. Ia selalu merasa sangat menyedihkan.
Menyembunyikan semua rasa sakit dibalik wajahnya yang cantik dan diminati banyak orang.
Bahkan jika ia harus memilih, lebih baik dirinya pergi dari keluarga itu dari pada harus kembali tapi menjadi asing.
Ruby merogoh sakunya, berharap ia masih menyimpan handphone nya. "Huftt... Untung aja" gumam nya.
Ia menekan nomer Chelsea, memintanya untuk menjemput dirinya di lokasi yang telah ia bagikan.
Ruby perlahan mencoba berdiri menyeimbangkan tubuhnya dan memperkuat kesadarannya. Walaupun matanya membengkak, ia masih bisa melangkah menyusuri hutan.
Hingga ia menemukan jalan sedang ber aspal. Ia membagikan lokasinya lagi pada Chelsea. Kali ini, ia menekadkan dirinya untuk pergi sementara.
Hingga mentalnya memulih, hingga semuanya dapat ia terima kembali. Karena keinginannya telah terpenuhi, mempertemukan adiknya dengan keluarga kandungnya.
Setidaknya jika ia pergi, ia bisa tenang karena sang adik telah berada di keluarganya kembali.
Lupakan saja tentang dirinya, lupakan saja tentang keberadaan nya. Karena dari awal kehidupannya memang tak seharusnya ada, baginya.
~There's no choice for the Human are meaningless~
"Aku tak peduli dengan keberadaan kalian--
"Bahkan jika aku bilang ini demi kebaikan kalian"
"Aku tak peduli, Jelaskan itu saat ada kak Ruby juga, aku gk mau mendengarkan omong kosong kalian" acuhnya.
Vino beranjak dari ruangan tadi, meninggalkan tatapan sendu padanya. Vino beralih ke kamar sang kakak.
Saat pemuda itu membuka pintu, hal yang pertama ia lihat adalah kasur kosong.
Tak ada keberadaan sang kakak, ia mengernyitkan dahi. Mengedarkan pandangan nya. Tak melihat ada tanda-tanda seseorang yang menculiknya.
Lalu dimana kak Ruby, ia berlari membuka semua bagian yang tertutup. "KAK RUBY!!" Teriaknya dengan wajah panik dan pucat pasinya.
"Kenapa? Adik ada apa?" Tanya pria paruh baya itu. Begitu mendengar teriakan dari anak keempat nya, ia segera berlari keruangan sebelah.
"Dimana kak Ruby!? Kalian yang menculiknya tadi DIMANA DIA SEKARANG!!?" Bentak Vino dengan amarahnya.
"Adik, tenang dulu. Tadi Chelsy kan tidur di kamar ini"
"Coba cari di seluruh mansion, panggil semua pelayan" saran pria berkacamata tersebut.
Setelah semua pelayan dikumpulkan diruang tengah lantai satu, pria paruh baya itu mulai menanyakan keberadaan sang Ruby.
"Kalian yakin gk lihat seorang gadis yang keluar dari rumah ini?"
Seorang pelayan wanita paruh baya mengangkat satu tangannya. "Sa-saya ada lihat tadi, nona lari keluar tuan" ucapnya sembari menundukkan kepala.
"Keluar rumah?"
"Bagaimana bisa? Bukan kah sudah ku katakan untuk menguatkan penjagaan"
"Maaf tuan, ta-tadi saya kira. Nona itu adalah wanita biasa yang tuan panggil karena mirip dengan mendiang nyonya" ucap bodyguard dengan tatto dilehernya penuh.
"Sialan!"
"Cari! Cari gadis itu sampai ketemu, gk mungkin ia secepat itu menghilang CARI DISEMUA TEMPAT!!" Titahnya dengan penuh emosi.
Tapi, yang paling emosi adalah Vino. Fakta terbaru lagi, sangat mengecewakan memiliki keluarga gk punya hati seperti mereka, pikir nya.
Apapun itu, ia gk mau kehilangan sang kakak. Kak Ruby, kakak yang paling ia sayang dan paling ia lindungi.
Semua kekecewaan dari keluarga ini, ia yakin. Kak Ruby lah yang paling kecewa. Banyak hal yang membuat dirinya mengetahui bahwa selama ini, kakaknya terus berpura-pura kuat. Demi dapat membuktikan pada dirinya bahwa, dunia sang kakak masih terus berjalan disekitar nya.
YOU ARE READING
Never Stop Obsessing
RandomSeorang gadis, dengan segala rasa sakitnya. Berjuang sendiri melawan trauma dan terus berdiri tanpa tumpuan untuk sang adik yang jatuh sakit dirumah sakit. Hingga pada akhirnya ia diusir dari rumah keluarga angkatnya. ~~~~~~~~~~~ Tengah malam yang...
~~••••23••••~~
Start from the beginning
