~~••••23••••~~

432 38 2
                                        

"waahh selamat untuk kalian karena telah menemukan kami. Meskipun semua udah terlambat" cibir Vino.

Ia tak ingin kegiatan tidur kakaknya terganggu. Jadi ia memilih pindah keruangan sebelah untuk berbicara lebih jelas kepada 'keluarga' nya.

Menjelaskan situasi nya yang memang telah terlambat, tak ada hal yang bisa diperbaiki.

Berbicara dengan keempat pria yang seharusnya adalah ketiga kakaknya dan ayahnya. Tapi, apa yang harus ia lakukan. Bahkan Ruby saja enggan memiliki keluarga seperti mereka.

"Kami benar-benar minta maaf terlambat menemui kalian, aku--

"Kalian gk terlambat kan" potong Vino dingin.

"Kalian gk terlambat, tapi memang kalian yang memperlambat" lanjutnya.

Sorot mata dingin dan acuh tak acuh ia tujukkan pada keempatnya. Ia mengetahui beberapa fakta, fakta yang tak bisa di singkirkan. Fakta yang telah lama ini ia ketahui dan oleh sebab itu kenapa ia gk berharap pada keluarga nya.

"Kalian sudah menemukan kami, dari lama. Tapi memang kalian aja yang gk mau bertemu kami"

"Apa yang terjadi? Apa salah kami hingga kalian membiarkan kami di panti asuhan itu?"

"Fakta bahwa kalian yang mensponsori panti asuhan itu tepat setelah satu bulan kami berada disana"

"Segitu bencinya kah kalian dengan kami? Iri sekali aku melihat ketiga pria didepan ku yang sebagai abang diatas kertas, sukses banget ya kalian. Lebih sukses daripada kak Ruby" kecewanya.

Vino benar-benar mengeluarkan semua sindiran dan kekecewaan nya pada keluarga nya.

"Keluarga kaya tapi gk punya hati" cibir nya.

Bahkan tanpa mereka ketahui, Ruby mendengar semuanya dari balik pintu. Mata nya telah berlinang sedari tadi. Hatinya sakit mendengar fakta yang baru saja ia ketahui.

Jujur, ia baru mengetahui fakta bahwa keluarganya sendiri yang mensponsori panti asuhan tempat ia tinggal dulu. Ia yang kerja part time saat SMP untuk bisa menabung membangun usaha.

Apalah dayanya ternyata keluarganya sendiri yang menelantarkan nya. Ia benar-benar kecewa, hatinya hancur mendengar hal itu.

"Untung mama gk tau yaa.. kalau sampai mama tau, aku yakin kalian udah diusir dari dulu" celetuk Vino.

Yaa.. memang, mama gk ada. Pantas saja gampang hancur keluarga ini. Coba saja mama ada, semuanya pasti bisa utuh dari dulu.

Tik...

Rintikan air mata tak dapat terbendung lagi. Kepalan tangannya semakin kuat hingga kuku-kuku memutih. Emosinya tak dapat tertahan lagi. Hatinya nyeri setiap mengingat hal itu. Sangat menyakitkan.

"Sakit" lirih nya.

"Kalau kalian membenci ku, jangan menelantarkan kak Ruby juga. Sakit tau jadi kak Ruby, lewatin semua badai demi bisa bersatu sama adiknya lagi"

Air mata itu semakin mengalir deras, lirihan dan ketidakberdayaan di diri Ruby semakin membuat nya hancur.

"Aku benci kalian, karena kak Ruby juga membenci kalian" tutur nya.

"Kami, punya alasan kenapa kami harus--

"APA!! APA ALASAN KALIAN!!?, ALASAN BABI APA YANG KALIAN MILIKI HINGGA MENELANTARKAN KELUARGA SENDIRI HAH!!? ALASAN APA SIALAN!!" Bentak Vino.

"Hikss.. hikss" tangisan Ruby semakin pecah, hatinya hancur. Mendengar bentakan ke kecewaan dari adiknya. Bahkan Vino juga tak dapat membendung emosinya, membuat setiap bulir-bulir air mata jatuh tak terbendung.

Never Stop Obsessing Where stories live. Discover now