Asahi mengerjap. "Oh.. itu obat anti depresan, Ren." Asahi menjawab enteng dengan hati yang tidak tenang, tetapi berusaha tersenyum. "Salah ini harusnya enggak aku minum sekarang."
Sementara Jaehyuk mencelos. Apa tadi? Dia tidak salah dengar? Pemuda itu menatap gerak-gerik Asahi yang meminum obatnya satu per satu kecuali antidepresan itu.
"Kenapa? Kaget, ya?" tanya Asahi enteng. Dia tersenyum tipis sambil membereskan obat-obat yang ada di meja.
Dia memutuskan untuk jujur saja kepada Jaehyuk. Toh, keduanya sekarang sudah resmi menjalin hubungan. Walaupun baru berjalan sehari saja, tetapi tidak ada salahnya untuk saling terbuka bukan? Asahi juga percaya bahwasanya Jaehyuk akan menjadi tempatnya untuk berkeluh kesah dan bercerita setelah sebelumnya hanya Yuta yang bersedia mendengarnya.
"Nggak ada yang tau kalo aku udah separah ini. Tiap bulan aku harus kontrol, harus minum obat, dan sejujurnya Ren aku udah bosen. Tapi mau gimana lagi?"
Sementara Jaehyuk masih mematung di tempat. Lalu dengan langkah pelan pemuda itu mendekati Asahi dan memeluknya. Membuat sang kekasih terkejut setengah mati. Untungnya rumah sedang sepi jadi Asahi tidak perlu repot menolak agar tidak terlihat oleh Yuta.
"Makasih." Jaehyuk berujar pelan, menenggelamkan kepalanya ke ceruk leher Asahi yang lebih rendah.
"Buat apa, Ren? Gue yang harusnya—"
"Makasih udah bertahan sampai detik ini, Sa. Aku tau pasti kamu udah banyak ngelewatin hal yang sulit apalagi pas habis putus dari Kak Yoshi." Dia menjauhkan diri dari Asahi. "Tapi mulai saat ini kita bakal ngelewatinnya bareng-bareng. Kamu nggak sendiri, kamu sekarang punya aku."
Jujur Asahi terharu. Tangan Jaehyuk mengusap pipinya, turun ke pergelangan tangannya. Mengusapnya penuh afeksi seolah Jaehyuk tahu jika ada banyak bekas luka melintang di sana yang dia buat secara sengaja. Lalu Asahi mengangguk.
"Makasih, Rendra."
"Aku ngga suka kamu nyakitin diri," ujar Jaehyuk dengan nada rendah sambil mengusap luka Asahi yang masih terasa kasar. "Jangan pernah lagi, ya. Kalau mau, lakuin di depan aku."
Asahi mengangguk. "Iya."
***
"Yah, Ren lama loh. Aku pulang sendiri aja nggak papa. Kak Nathan juga udah lepas tangan, kok. Ini tanganku udah nggak papa. Lihat," ujar Asahi sambil menggerakkan tangannya yang sempat patah tulang karena kecelakaan.
"Ya aku maunya nungguin kamu. Nggak papa juga aku pulang sore asal sama kamu." Jaehyuk berkata sambil memasang wajah manyun sontak membuat Asahi nyaris menyambitnya.
Yang bertanya kekasih ini sedang meributkan apa? Jawabannya adalah Asahi yang ingin mengikuti ekstrakurikuler seperti biasanya, tetapi Jaehyuk memutuskan untuk menunggunya. Sebelumnya karena Asahi masih belum bisa menggerakkan tangannya jadi untuk sementara dia libur sejenak dari klub seni rupa dan baru mau melanjutkannya sekarang.
Asahi merasa tidak enak jika Jaehyuk harus menunggunya karena biasanya klub seni akan selesai berkegiatan saat menjelang hampir maghrib. Namun, kekasihnya ini tampaknya memang manusia santai yang tidak peduli waktu atau rasa bosan. Biasanya jika Jaehyuk yang sedang melakukan latihan band Asahi akan langsung pulang saja karena takut Jaehyuk terlalu lelah jika harus mengantarkannya pulang terlebih dahulu.
"Pulang aja sana, mandi, makan. Kamu bau asem!" ujar Asahi lagi masih membujuk Jaehyuk untuk pulang. "Emang mau ngapain, sih?"
"Ya nganter kamu pulang lah, pake nanya," ujar Jaehyuk sambil mencubit hidung Asahi membuat pemuda itu memprotes keras. "Udah sana, kamu ini ngeyel banget dibilangin. Kalau udah selesai langsung telfon aku aja."
YOU ARE READING
Maybe If [Jaesahi]
Fanfiction"Ren, jangan gini." "Gue tau, Sa. Gue tahu persis kita nggak akan pernah bisa sama-sama." Mereka berdua tau bahwa sebenarnya hubungan ini tidak akan pernah bisa dilanjutkan. Namun, keduanya memutuskan untuk saling mencintai. Kelak akan saling bertan...
![Maybe If [Jaesahi]](https://img.wattpad.com/cover/354023340-64-k63655.jpg)