Jaehyuk sama sekali tidak melepas gandengan tangannya. Dia masih bisa merasakan Asahi yang menggenggam tangannya dengan erat seakan takut dilepaskan. Walaupun Jaehyuk tidak tahu apa hubungan antara Asahi dan Yoshi, setidaknya dia hanya ingin membantu Asahi yang tampak tidak nyaman di dekat Yoshi itu.
"Ren—"
"Yosa!" teriak seseorang dari belakang. Yoshi mengikuti mereka berdua, menarik Asahi. "Kita perlu bicara."
Asahi menepis tangan pemuda itu, menatapnya penuh kebencian dan rasa takut. "Nggak ada yang perlu diomongin, Kak."
"Ada, makanya lo harus dengerin gue dulu," balas Yoshi berusaha menahan Asahi. "Rendra, gue mau minta waktu buat ngomong sama Yosa."
Jaehyuk menatap seniornya. "Yosanya nggak mau ngomong sama lo, Kak. Harusnya dengan otak lo yang pinter itu tau kalo ditolak ya jangan maksa." Entah keberanian dari mana Jaehyuk bisa berkata seperti itu.
Yang lebih tua tersulut emosi, mendorong Jaehyuk sedikit kasar. Wajahnya tampak angkuh, seperti yang dibicarakan orang-orang ketika melihat Yoshi. "Lo siapanya Yosa, sih? Jangan ikut campur kalo lo nggak tau apa-apa."
Benar. Jaehyuk juga tidak tahu kenapa hatinya merasa harus berada di sini untuk melindungi Asahi. Jika memang Asahi tidak nyaman seperti ini, harusnya dia dapat mengambil kesimpulan bahwa sesuatu yang buruk sudah terjadi di antara keduanya.
"Yosa nggak mau, Kak! Jangan paksa dia!" Jaehyuk tidak segan menaikkan suaranya. Raut wajah Yoshi tampak lebih keras. "Lewatin gue dulu kalo lo emang mau ngomong sama Yosa!" Jaehyuk maju satu langkah, menantang seniornya.
"Ren, udah pulang aja." Asahi menarik Jaehyuk, berusaha melerai. Dia tidak ingin ada sesuatu yang lebih buruk dari ini.
Lalu Asahi menatap Yoshi sekilas. "Kak Yoshi, gue udah pernah bilang terakhir kali kita nggak usah ketemu lagi. Anggap gue nggak kenal sama lo, Kak begitu juga sebaliknya. Gue muak Kak sama lo."
***
"Makasih," ujar Asahi menerima minuman dari Jaehyuk.
Keduanya saat ini di depan supermarket untuk menenangkan diri. Asahi yang bergetar ketakutan dan Jaehyuk yang tersulut emosi bukan sesuatu yang baik sehingga mereka memutuskan menepi daripada melanjutkan perjalanan dengan kondisi emosi yang tidak stabil.
"Nggak papa, 'kan?" tanya Jaehyuk memastikan. Asahi mengangguk di sebelahnya. "Gue tau ini bukan urusan gue, tapi ... kayaknya gue perlu tau, deh lo ada apa sama Kak Yoshi biar gue nggak kelihatan sok tau sama masalah kalian." Jaehyuk meneguk minumannya.
Asahi menoleh, lantas menatap minuman yang ada di genggaman tangannya. Menimang haruskah dia bercerita. Namun, keterlibatan Jaehyuk terhadap masalahnya sudah cukup menjadi alasan Asahi harus bercerita. Tidak mungkin dia terusan minta tolong seperti tadi kalau Jaehyuk tidak tahu apa-apa soal mereka.
"Gue ... mantannya Kak Yoshi."
"Uhuk— apa? Uhuk!" Asahi menyesali kenapa dia harus bersuara saat Jaehyuk sedang minum, jelas dia akan terkejut. "Gimana?"
Asahi mengacak rambutnya. "Iya, gue mantannya Kak Yoshi. Kita pacaran diem-diem selama masih satu sekolah, waktu Kak Yoshi kelas dua belas. Dengan banyak yang nggak suka sama gue waktu itu, Kak Yoshi pengen pacaran secara diem-diem aja."
Jaehyuk menganga, tidak percaya. "Lha terus? Kan udah jadi mantan?"
Asahi mengangguk. "Kita putus secara sepihak. Gue yang mutusin hubungan kita karena— ya kalo lo tau soal kita ngamar." Kali ini dia menunduk. "Sorry, Ren. Lo nggak berhak tau lebih lanjut dari ini. Lo cukup tau Kak Yoshi nggak terima kalo dia diputusin secara sepihak."
YOU ARE READING
Maybe If [Jaesahi]
Fanfiction"Ren, jangan gini." "Gue tau, Sa. Gue tahu persis kita nggak akan pernah bisa sama-sama." Mereka berdua tau bahwa sebenarnya hubungan ini tidak akan pernah bisa dilanjutkan. Namun, keduanya memutuskan untuk saling mencintai. Kelak akan saling bertan...
![Maybe If [Jaesahi]](https://img.wattpad.com/cover/354023340-64-k63655.jpg)