"Loh, Sa, kok nangis?"
Jaehyuk langsung panik. Pasalnya tangisan Asahi sudah mulai menarik perhatian pengunjung lain sedangkan dia tidak tahu kenapa Asahi menangis.
"Sakit? Maaf maaf kalo sakit. Lo jangan nangis, dong. Banyak yang ngelihatin, nih," ujar Jaehyuk khawatir.
Asahi masih menunduk, isakannya masih terdengar walaupun mulai mereda. Jaehyuk sudah selesai mengganti plester di dahi Asahi. Tangannya bergerak ragu untuk mengusap punggung Asahi yang masih bergetar.
"Lo kenapa?" ujarnya pelan.
Asahi masih diam, tetapi tangisannya sudah reda. Jaehyuk menghela napas, membiarkan Asahi menunduk di sebelahnya tanpa mengucapkan sepatah kata. Bahkan saat makanan pesanan mereka datang, keduanya memutuskan diam.
Membiarkan Asahi menikmati makanannya walaupun banyak pertanyaan yang disimpan. Biarlah, Asahi sudah mau makan sekarang setelah dari tadi pagi menolak makanan yang Jaehyuk berikan.
"Sa, minum obat dulu."
Asahi mengangguk, menerima beberapa obat yang diberikan Jaehyuk dan meminumnya. "Makasih," ujarnya.
Jaehyuk mengangguk. "Udah? Mau pulang sekarang apa nanti?"
"Sekarang aja."
Di perjalanan keduanya memilih diam. Jaehyuk yang sudah tidak ingin tahu lagi dan Asahi yang sudah mengantuk karena efek obat. Sebelumnya Jaehyuk sudah memberikan beberapa patah kata untuk Asahi. Dari jangan melewatkan jam makan sampai jangan lupa minum obat.
"Makasih, Ren," ujar Asahi setelah sampai di rumahnya.
Tanpa menunggu jawaban dari Jaehyuk, Asahi langsung masuk ke dalam rumah. Membuat Jaehyuk menghela napas dan entah kenapa membuat dia tertarik untuk mencari lebih dalam tentang teman sebangkunya itu.
"Yosa, i will remember you."
***
"Gunting weh gunting!"
"Tadi solasinya mana?"
"Ih, lagi gue sapu jangan lo injek anjir!"
"Ya maaf!"
Ini sudah H-3 hari sebelum acara inti dies natalis. Seluruh siswa sudah mulai menghias kelasnya masing-masing dengan tema yang disesuaikan. Jaehyuk dan yang lainnya juga demikian bahkan dia dan Junkyu izin tidak latihan band agar bisa mengawasi kelas. Takutnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Di kelas Jaehyuk, siswa laki-laki menyeret-nyeret meja menjadi kelompok-kelompok kecil. Membersihkan debu dan memberinya taplak meja agar corat-coret di atasnya tidak terlihat. Sedangkan yang perempuan menyapu, ada juga yang membuat dekorasi bunga-bunga lantas ditempel di dinding.
Karena tembok mereka masih terlalu polos, mereka memutuskan menggambarnya. Hanya dengan cat air seadanya yang disumbangkan oleh siswa kelas. Ada Asahi di salah satu siswa tersebut. Karena Asahi pernah bergabung di klub seni sebelumnya, dia punya bakat untuk melukis dan semua teman sekelasnya diam-diam mengagumi hasil karya yang selalu dibuat Asahi.
"Um, Sa lo ke kantin nggak?" Jaehyuk berjongkok di samping Asahi.
"Eh? Itu—nggak, deh gue mau nyelesaiin ini dulu tanggung."
"Oh, oke."
Asahi mengangguk, kembali melanjutkan kegiatannya dan Jaehyuk segera meninggalkan kelas yang sudah lumayan sepi itu. Dia melihat-lihat kelas lain yang juga sama sibuknya.
Setelah sampai di kantin, dia segera pergi ke stand roti bakar. Meskipun ramai dan desak-desakan, dia tetap rela mengantri demi makanan favoritnya di sekolah. Secara memang roti bakar selalu menjadi favorit di sekolah ini karena harganya yang murah dan varian rasanya juga banyak. Tak heran dari tahun ke tahun stand itu yang paling jarang sepi.
YOU ARE READING
Maybe If [Jaesahi]
Fanfiction"Ren, jangan gini." "Gue tau, Sa. Gue tahu persis kita nggak akan pernah bisa sama-sama." Mereka berdua tau bahwa sebenarnya hubungan ini tidak akan pernah bisa dilanjutkan. Namun, keduanya memutuskan untuk saling mencintai. Kelak akan saling bertan...
![Maybe If [Jaesahi]](https://img.wattpad.com/cover/354023340-64-k63655.jpg)