Taak...
Ruby enggan menoleh, ia tau seseorang masuk kedalam ruangannya tapi, dirinya enggan menoleh kebelakang.
Ia lebih memilih menghadap jendela yang memperlihatkan hutan dengan cuaca yang terang.
"Chelsy" suara berat yang terdengar lemah memanggil namanya. Di pangkuannya, kedua tangan nya terkepal kuat. Seolah menahan semua perasaan bercampur yang membuncah hebat.
"16 tahun, 16 tahun kalian tak pernah mencari keberadaan kami" ucap Ruby dengan nada rendah nya.
Pria itu terdiam dengan badan yang membeku. Hatinya mencelos sakit, perasaan sedih dan terluka kembali hadir dari hatinya.
"Apa yang anda inginkan dari saya? Tuan Elfio yang terhormat" kata Ruby dingin.
Tersentak, pria itu kembali sedih, panggilan yang sama sekali tidak ia inginkan dari anak kandungnya yang terpisah.
"Jangan, jangan memanggilku seperti itu" lirih pria paruh baya itu.
Gadis yang terduduk dengan tatapan dingin pada jendela itu hanya terdiam. Hatinya benar-benar gusar. Ia kalut dalam pikiran dan rasa sakit.
"Kami, sudah mencarimu. Kemana pun bahkan sampai negara terjauh pun, kami sudah mencari kalian" lirih pria itu diakhir kata.
"Aku tau aku gagal mencari kalian lebih cepat. Ta-tapi percayalah, aku sudah mengerahkan semuanya untuk mencari kalian"
"Lalu apa yang kalian dapatkan? Ampas? Orang gila? Atau angin?" Ucapan dingin dan acuh tak acuh Ruby keluarkan.
Pria itu kembali tertegun, tetes demi tetesan turun dengan cepat. Hatinya sakit melihat ucapan dingin sang anak.
"Maaf, maaf kan aku. Maafkan aku" tangisnya.
Ruby kian mengepalkan tangannya kiat dengan gigi yang bergemeltuk. Dalam pantulan jendela kaca, samar-samar ia dapat melihat bagaimana kondisi pria dibelakangnya.
Bahkan setiap buliran tetesan airmata yang turun, ia dapat melihatnya. Membuat hatinya kembali nyeri. Apakah ini perasaan sakit dan sedih saat melihat orang tua kita menangis dihadapan kita.
"Aku tidak ingin bicara omong kosong tapi, jangan mencari ku. Harusnya anda mencari adikku lebih dulu, karena dia yang bungsu"
"Keluarkan aku dari sini" dengan tatapan dingin nya. Walaupun jarak masih membatasi mereka, tapi secara gk langsung mereka seperti saling berhadap-hadapan.
Hatinya sakit melihat secara langsung wajah ayah kandungnya menangis dengan wajah yang basah dengan air mata. Walaupun dipermukaan dia berusaha terlihat seperti seseorang yang tak menyukai sang ayah.
Pria itu menggeleng pelan, "maaf, aku gk bisa. Aku ingin bersama dengan mu aku gk mau kalian pergi lagi" lirih nya.
"Heh, tidakkah ini terlalu terlambat? Lagian mana istri barumu?? Anda sudah memiliki kekasih kan" sinis Ruby.
Pria itu kembali menggeleng dengan wajah sendunya. "Tidak, tidak ada yang kedua. Chelsy aku mohon maaf kan aku" lirih nya.
Pria itu mendekati dirinya, dengan tubuh yang saling berhadapan. Tatapan keduanya sangat berbeda dengan rasa sakit di keduanya.
"Maafkan aku Chelsy" simpuh pria itu. Hal itu membuat Ruby tersentak dengan pandangan kaget.
Tapi, sesaat setelahnya. Emosi memenuhi relung hatinya. Tangannya yang terkepal kuat berusaha menggapai pria yang terlihat sangat berantakan dan memohon.
"Jangan pernah lakukan hal ini!!" Kesal Ruby.
Gadis itu memaksa pria itu agar kembali berdiri. Tapi, pria itu kembali menggelengkan kepala nya dengan air mata yang terus mengalir turun.
BINABASA MO ANG
Never Stop Obsessing
RandomSeorang gadis, dengan segala rasa sakitnya. Berjuang sendiri melawan trauma dan terus berdiri tanpa tumpuan untuk sang adik yang jatuh sakit dirumah sakit. Hingga pada akhirnya ia diusir dari rumah keluarga angkatnya. ~~~~~~~~~~~ Tengah malam yang...
~~••••💧22💧••••~~
Magsimula sa umpisa
