twenty two

28 1 0
                                        

"Jadi apa maumu repot-repot menemuiku di sini?" Tanya Jesko berjalan mendekat ke sofa yang ada di kamar hotelnya sambil membawa minuman alkohol berdosis tinggi. 

Sudah sebulan ini, Jesko melihat Amara bolak-balik ke bar hotel miliknya, berusaha untuk menemuinya meskipun sudah beberapa kali ia menghindar, sengaja. Malam ini, ia menemui Amara yang mencarinya di bar dan mengajaknya ke kamarnya untuk membuat Amara mengakui semuanya. Jesko menuangkan minuman alkohol itu ke dalam gelas yang ada di depan Amara dan juga gelas yang ada di depannya. 

Amara yang menatapnya dengan tatapan kesal mengambil gelas itu dan meminumnya sampai habis dengan cepat. Jesko menaikkan satu alisnya. Dia bahkan tak sadar kalau minuman alkohol yang dia minum itu berkadar tinggi? Jesko menyenderkan punggungnya di sofa, menyilangkan kaki serta tangannya di dada, menunggu jawaban Amara. 

Lima belas menit, Amara tak bersuara apa-apa kecuali tangannya yang sibuk mengambil botol di depannya kemudian ia minum langsung tanpa ia tuang ke gelas. Jesko berdecih pelan, mengalihkan pandangannya ke arah lain sebentar. "Kau kan sudah tahu kalau aku tak melakukan apa-apa. Aku sudah tak lagi mengacaukan bisnismu." 

"Kau pikir aku percaya?!" Tanya Amara dengan nada bicara tinggi. 

"Si hebat Amara Jens ini pasti sudah mengecek semuanya. Ku rasa kau juga menyuruh orang untuk mengikutiku, memperhatikan semua gerak-gerikku, kan? Kau kesal karena kau tak menemukan apa-apa selain fotoku dengan Sera—"

"Diam!" Amara kembali menenggak minuman alkohol itu langsung dari botol. 

"Bagaimana menurutmu? Aku dan Sera cocok sekali, kan?" Goda Jesko sengaja membuat Amara semakin kesal.

"Aaah! Kau ini banyak tanya sekali, sih?!" Geram Amara yang meminum alkohol itu untuk kesekian kalinya. "Sekarang gantian aku yang bertanya!"

"Hmmm." Respon Jesko dengan menggumam.

"Kau mengikutiku kemarin saat aku menemui—"

"Ya." Sergah Jesko sebelum Amara menyelesaikan pertanyaannya. "Aku mengirimkan mata-mata untuk mengawasimu."

"U-Untuk apa?" Amara mulai cegukan karena terlalu banyak dosis alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya. Pandangannya pun mulai kabur dan cara Amara melihat Jesko sedikit tak fokus. Jesko mengambil kesempatan ini untuk mengorek semua informasi dari Amara.

"Awalnya aku kesal sekali karena kau memprovokasiku dan mempermainkanku. Hari itu, momen malam panas kita terus menghantuiku. Karena kesal, aku menyewa orang untuk mengikutimu. Namun, rasa kesalku kemudian menjadi gusar karena orang suruhanku mengirimkan fotomu menemui si brengsek itu. Aku tidak ingin melihatmu dengan laki-laki lain selain aku. Apalagi si brengsek itu yang kau temui." Jawab Jesko acuh. "Lagipula, kita baru saja  menghabiskan malam bersama. Bagaimana bisa kau bersikap seperti tak terjadi apa-apa dan cepat sekali kau bertemu dengan lelaki lain?!" Jesko sengaja memberitahu pada Amara karena Jesko yakin saat Amara sudah sadar, Amara tak akan mengingat apa yang sudah ia katakan. Jesko berdecih. "Saat aku menyuruh orang untuk mengikutimu, ku kira kau juga akan bernasib sama denganku. Sulit untuk fokus bekerja. Tapi kau malah menemui si bajingan itu."

"A-aku tak ada a-apa-apa dengannya." Amara kembali cegukan. "Aku mengajaknya bertemu untuk mengobrol tentang b-bisnis." 

"Benarkah?" Tanya Jesko memastikan. 

"I-Iya." Amara menunjuk Jesko. "L-Lalu, bagaimana denganmu? U-Untuk apa kau m-menemui wanita itu? Memangnya kenapa kalau aku? A-Apa aku tak menarik untukmu?"

Jesko tersenyum senang mendengar pertanyaan Amara. "Untuk bisnis, tidak lebih. Yah, sekalian membuatmu cemburu."

"K-Kenapa tidak b-bekerjasama denganku?! AJ Grup kan—"

The Wrong Apple He Bit (18+)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora