Ketukan langkah sepatu pantofel yang menggema di lobby hotel besar dan megah itu terdengar oleh karyawan. Semua karyawan menunduk menyambut bos besar mereka, Jesko Jardin, yang baru saja pulang meeting bersama salah satu investor di luar negri. Paras lelaki tinggi 190 sentimeter yang gagah nan tampan, mata berwarna coklat muda, alis yang tebal, dan juga rahang yang tegas, membuat beberapa karyawan wanita mencuri-curi pandang dan menahan senyum.
"Saya sudah mendapatkan semuanya, Tuan." Ujar sekretaris yang dipercayainya, Romario Aldine, berbisik sedikit. Mereka berdua naik menggunakan lift khusus ke lantai paling atas, menuju ruang kerja milik Jesko.
"Bagus." Jesko tersenyum lebar. Romario membuka pintu ruang kerja Jesko, mempersilahkan bosnya untuk masuk lebih dahulu, kemudian kembali menutup pintu. Di sana, hanya ada mereka berdua. Saat melihat bosnya sudah duduk di sofa, Romario memberikan tablet pada Jesko yang berisi info yang sudah ia dapatkan selama seminggu.
Jesko mengambilnya dan membacanya satu-persatu. "Hanya ini saja?"
Romario mengangguk. "Tidak ada informasi selain itu, Tuan." Jawabnya.
"Kerja bagus." Ucap Jesko sambil membaca tablet tanpa menatap Romario.
Romario kemudian pamit ke luar meninggalkan bosnya di ruang kerja. Sudut bibir Romario naik, tak sabar untuk segera menjalankan misinya. "Jadi wanita ini yang bernama Amara Jens?" Amara tidak pernah muncul dan tersorot media. Foto yang didapat oleh Romario pun foto lama. Mulai dari sekolah, hingga beberapa pencapaian Amara yang dikumpulkan oleh Romario ada di tablet yang Jesko baca. "Cantik. Tapi sayang, bukan dirimu yang ku inginkan, sayang."
Romario mengetuk pintu ruang kerja Jesko. Jesko mempersilahkannya masuk. "Pak, dua jam lagi ada jadwal interview dengan salah satu stasiun televisi." Romario mengingatkan.
"Baik. Aku akan segera bersiap." Ujar Jesko menaruh tablet di atas meja dan beranjak dari duduknya, mencari cermin. Melihat dirinya di cermin, merapikan kemeja dan juga dasinya, Jesko tersenyum puas. Ia keluar dari ruangan bersiap untuk jadwal selanjutnya.
-
"Pencapaian luar biasa kembali anda dapatkan. Mulai dari mengelola perusahaan milik keluarga dari umur dua puluh tahun, lalu menjadi keluarga terkaya, hingga menguasai dunia bisnis. Lalu langkah apa selanjutnya yang ingin anda lakukan? Apakah ada pencapaian yang ingin anda raih, seperti menikah?" Ucap wanita yang bertanya pada Jesko dan mendapat senyuman manis dari Jesko.
"Pencapaian selanjutnya?" Jesko terdiam sebentar. "Tidak ada yang spesial. Saya hanya ingin terus menjadi yang terbaik." Senyuman Jesko kembali muncul di wajahnya.
"Apa pendapat anda tentang pernikahan? Sesungguhnya, semua orang tertarik dengan kehidupan percintaan anda. Apa anda memiliki kekasih saat ini?"
Jesko menggeleng, terkekeh pelan sambil mengepalkan tangannya di depan bibir. "Saya tidak memiliki kekasih dan tidak memiliki rencana untuk menikah dalam waktu dekat. Yang saya pikirkan hanya mengurus bisnis milik orang tua saya agar terus maju."
Amara duduk di sofa. Ia berada di ruang tamu penthouse miliknya, menyeringai menatap wajah Jesko di televisi. "Mengurus bisnis katanya?" Amara tertawa pelan. Ia menatap sekretarisnya, Anne Linzel, yang berdiri di sampingnya. "Kau sudah melakukan apa yang ku suruh, kan?"
"Sudah, Nona." Sekretarisnya menunjukkan tablet pada Amara. "Saya sudah mengganti semua profil anda yang tersebar di internet. Saya juga sudah mengganti foto anda dengan foto saya sesuai dengan permintaan anda."
"Bagus." Amara mengembalikan tabletnya pada Anne. "Kalau begitu, kita bisa langsung menjalankan taktik kita." Amara mengedipkan matanya pada Anne. Anne membungkukkan badannya kemudian pergi menjauhi Amara. "Kita lihat saja nanti, apa senyuman itu masih bisa kau tunjukkan nantinya." Amara mengambil remot televisi dan mematikannya.
-
Amara datang ke kantor dan duduk di ruangannya sambil tersenyum senang. Anne mengetuk pintu, membawa es kopi susu pesanan miliknya serta tablet hitam untuk dia berikan pada Amara. Amara tersenyum sambil mengambil es kopi susu dari tangan Anne, meminumnya. Kemudian ia mengambil tablet dan membaca laporan yang sudah Anne buat.
"Batal?" Tanya Amara pada Anne yang mendapat anggukan dari Anne sebagai respon.
"Semua sesuai dengan apa yang Nona perkirakan. Proyek pembangunan hotel di West Linux, tidak ada satu investor yang ingin bekerja sama dengan kita karena mereka memilih untuk bekerjasama dengan JJ Grup."
Amara menaruh es kopi susunya di atas meja, ia menyisakan setengahnya. Ia berkedip pada Anne. "Kau tahu kan, langkah selanjutnya apa?" Ucap Amara memakai kaca mata hitamnya, memutar kursi kerjanya menatap gedung-gedung pencakar langit dari kaca transparan. Ruang kerja Amara berada di lantai 61. Saat ini ia berada di hotel Myraline, hotel yang keluarganya bangun lima belas tahun yang lalu.
JJ Grup dan AJ Grup bukan rival seperti yang dipikir oleh orang. JJ Grup fokus pada teknologi, sedangkan AJ Grup fokus pada hiburan, seperti hotel, pusat perbelanjaan, taman bermain, dan juga klub olahraga. Namun semenjak Jesko Jardin menjadi ahli waris, JJ Grup mengikuti jejak AJ Grup. Ia melebarkan sayapnya ke dunia hiburan. JJ Grup saat ini sudah memiliki hotel, pusat perbelanjaan, taman bermain, dan juga klub olahraga. Hal ini membuat Amara sedikit kesal melihat parasit yang mencoba untuk mengambil alih tempat kekuasaannya.
Suara langkah kaki hak tinggi milik Anne terdengar semakin jauh dari telinga Amara, diikuti dengan suara pintu yang tertutup rapat. Amara tersenyum, kemudian tertawa kencang yang hanya ia sendiri bisa mendengar. "Jesko Jardin." Ia terkekeh. "Jesko Jardin, huh?" Amara kembali tertawa. "Untuk bisa membuatmu bertekuk lutut padaku, aku juga harus melakukan sesuatu, kan?" Amara memutar kursi kerjanya, menghadap meja kerja. Ia mengambil es kopi susu, kemudian kembali memutar kursi kerjanya menatap gedung-gedung pencakar langit. "Hal licik memang harus dibalas dengan hal licik, bukan?" Amara meminum habis es kopi susu itu lalu membuangnya ke tempat sampah. Ia menatap kotak sampah itu lama, sambil menyeringai. "Aku tidak sabar sekali untuk menyingkirkanmu seperti aku menyingkirkan plastik murahan itu."
--
hai, semuanya!!
ini cerita 18+, enemies to lovers trope, akan dipublish di wattpad sampai tamat seperti biasa yang dipublish di sini hanya rating 15+, rating 18+ bisa cek karyakarsa ya.mulai diposting bulan oktober awal, jadi ditunggu aja ya!!terimakasih ((((:
ВЫ ЧИТАЕТЕ
The Wrong Apple He Bit (18+)
Любовные романы[rated 19] JJ Grup saat ini masih menguasai dunia bisnis. Siapa yang tidak tahu JJ Grup? Jesko Jardin, yang sekarang menjadi ahli waris JJ Grup, tersenyum senang di meja kerjanya sambil menonton televisi yang terus menyoroti dirinya dengan segudan...
