Semua berawal dari Gistara yang ketangkap basah melihat Sean secara diam-diam waktu upacara. Sebenarnya kelas 10 MIPA 2---kelas Gistara, ke MIPA 4---kelas Sean itu ya tidak begitu dekat. Apalagi posisi Gistara yang berdiri di barisan depan nomor 3, sedangkan Sean ada di barisan terakhir kelasnya. Cowok itu terlihat berdiri diam, menatap gadis di depannya yang mungkin sedang mencari cara berlindung dari teriknya matahari, tentu saja itu Natasha meski waktu itu Gistara belum kenal Natasha. Gistara tidak ada alasan untuk terus menatap Sean, karena dari barisan Gistara ketika gadis itu menoleh ke belakang Sean lah yang pertama kali terlihat oleh manik matanya. Awalnya, Sean tidak melihat Gistara. Sampai pada saat amanat kepala sekolah, pemuda itu tidak sengaja menatapnya, juga.
Gistara yang gelagapan reflek mengalihkan pandangan ke depan lagi. Gadis itu menghembuskan nafas pelan. Gistara seperti seorang penguntit yang ketahuan target.
"Ra, habis ini ke kantin ya. Gue lupa gak bawa minum!" Bisik Lily yang di balas anggukan oleh Gistara
***
Sial.
Gistara bertemu lagi dengan Sean. Tepat di sampingnya pula. Gistara tidak tahu harus apa selain memainkan jarinya berharap agar es pesanannya cepat di buatkan. Pemuda itu begitu tinggi hingga Gistara seperti rumput yang tumbuh di samping pohon kelapa.
Sebenarnya Gistara tidak tahu banyak tentang Sean, waktu itu. Gistara hanya tahu dia adalah Seanno sang pangeran es yang sangat di gandrungi gadis-gadis. Siapa sih di sekolah yang tidak mengenal Sean? Seluruh penghuni sekolah tahu. Sean terkenal ganteng, seperti seorang vampir, kulitnya juga putih bersih. Wajahnya saja sudah mampu mengundang kaum hawa memujanya, ditambah Sean ini langganan olimpiade basket sekolah bersama timnya. Hanya sekedar itu yang Gistara tahu.
"Gistara?!"
Dug!
Gistara menoleh pada Sean yang tak sengaja tersenggol lengannya. Gara-gara Lily mengagetkannya hingga Gistara tersentak dan tidak sengaja menyenggol lengan Sean. Gadis itu segera mendongak dengan wajah tidak enak, takut dikira modus.
"Maaf, gak sengaja!" Sean waktu itu menunduk sejenak sebelum mengangguk tanda tidak mempermasalahkan hal itu
"Apa sih, Li?" Tanya Gistara kesal
"Cepat, keburu pak Surya datang!"
"Sabar dong, antri!"
"Gue tunggu di depan!"
"Iya bawel!"
Gistara kemudian tersenyum cerah ketika sebuah minuman terulur untuknya.
"Maka---"
"Itu pesanan gue!"
Suara berat itu membuat Gistara menoleh kaku. Terlihat Sean sedang menatapnya datar. Suara itu adalah milik Sean.
"Enak aja, ini punya gue!" Gistara menjawab dengan suara yakin
"Gue yang pesan lebih dulu!" Sean tetap ngeyel bahwa itu adalah minuman pesanannya
"Apa sih, orang ini punya gue. Iya kan, pak?" Gistara bertanya pada si penjual
"Maaf mas, ini vanilla latte punya mbaknya. Punya mas yang ini!"
Sean mengambil minuman itu dan menatap pada Gistara yang sedikit lebih pendek darinya. Tangannya menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Mungkin merasa malu.
"Makan tuh malu!" lirih Gistara, yang sayangnya bisa didengar Sean
Gistara pergi meninggalkan Sean yang belum sempat meminta maaf.
YOU ARE READING
NOT PRIORITY
Teen FictionKarena meski faktanya Gistara adalah pacar Sean bukan berarti Gistara menjadi prioritas utama Sean.
