Disana, badan kekar Calvin terpampang jelas. Dengan senyuman manisnya tak lupa tatapan nya yang selalu memerangkap.
"Cal-- Calvin... A-- Aku habis ada urusan kemarin" tergugu Ruby.
"Benarkah? Kenapa tidak memberitahu kami?? Kamu pergi ke jakarta kan kemarin?" Perkataan Calvin yang santai itu justru membuat Ruby keringat dingin.
Walaupun wajah Calvin tersenyum lebar, tapi seakan ia tau jika itu bukanlah senyuman asli. Yaa.. itu seperti topeng.
Thea berdiri dan beranjak, melindung Ruby dengan tubuhnya.
"Apa urusannya sama lo? Mau dia pergi ke Singapore pun bukan urusan kalian yaa" kesal Thea. Ia paling gk suka sahabatnya tersayang diintimidasi oleh iblis seperti mereka.
"Lo gk usah ikut campur Thea"
"Lo yang gk perlu ikut campur! Perlu gue tekan kan LO BUKAN SIAPA-SIAPA RUBY!" Tegas Thea.
Calvin melunturkan senyuman nya dan menatap tajam gadis pemberani didepannya.
"Kalo lo bukan sahabatnya Bunny, lo pasti mati habis ini" desis Calvin. Ia berpaling dan duduk ditempat duduknya.
Tangannya masih terkepal kuat dibawah meja. Hal itu jelas terlihat pada urat lehernya yang keluar. Pria itu tidak senang, sangat tidak senang mendengar penuturan fakta dari Thea.
Jika memang dia bukan siapa-siapa Ruby, tapi tetap saja. Keinginannya yang egois terus meronta-ronta ingin jika gadis imut itu menjadi miliknya.
Pacarnya, kekasihnya, belahan jiwa nya atau bahkan istrinya. Ia terus bergumam sialan dengan perasaan dongkol.
"Bunny! Kamu kembali!!" Teriak Felix didepan pintu.
Ia segera berlari hendak memeluk Ruby tapi terhalang oleh Thea yang maju menjadi penghalang.
"Minggir lo" kesal Felix.
Ia sudah senang mendengar gosip bahwa gadisnya kembali, walaupun cuma gk ketemu sehari tapi, rindunya amat teramat sangat banyak.
"Gk usah lebay lo" kesal Thea.
"Gue mau ketemu Ruby, bukan hama kek lo" dingin Felix.
"Ruby yang gk mau ketemu lo" balas Thea tajam.
"Bunny, kamu gk kangen aku hm?? Aku pingin peluk kamu" pinta Felix. Wajah penuh harapnya itu, seakan memberi tahu jika Ruby harus meng iya kan perkataan nya.
"Gk ketemu sehari aja loh Felix, gk lebay kamu" ucap Ruby. Hal itu membuat Thea tersenyum penuh kemenangan pada Felix.
"Enyah lo!" Kesal Thea, ia mendorong tubuh Felix menjauhi dirinya dan Ruby.
"Sialan" desis Felix kesal. Ia berjalan cepat duduk disamping Calvin.
Ia melihat senyum miring Calvin dengan bingung. Sedetik kemudian ia baru menyadari nya. Ternyata dirinya bernasib sama seperti Calvin.
"Bunuh aja dia" celetuk Calvin.
"Lo aja yang bunuh" sahut Felix.
"Dih, ogah gue berurusan sama tokek mandarin"
"Lo kira gue mau? Nope!" Tekan Felix.
Mereka melipat kedua tangan di depan dada dengan perasaan yang sama-sama kesal dan sama-sama dongkol.
Bel berbunyi pelajaran pertama dimulai. Ruby dan Thea belajar dengan khidmat, walau sekali-kali mereka tertawa karena kerandoman teman kelas nya yang lain.
Hingga jam kedua dan jam ketiga berakhir, istirahat siang pun tiba. Ruby mengemasi barang-barangnya dan Thea juga.
Setelahnya mereka pergi ke kantin bersama. Walau begitu mereka menyadarinya Calvin dan Felix mengikuti mereka dibelakang.
YOU ARE READING
Never Stop Obsessing
RandomSeorang gadis, dengan segala rasa sakitnya. Berjuang sendiri melawan trauma dan terus berdiri tanpa tumpuan untuk sang adik yang jatuh sakit dirumah sakit. Hingga pada akhirnya ia diusir dari rumah keluarga angkatnya. ~~~~~~~~~~~ Tengah malam yang...
~~•••••17•••••~~
Start from the beginning
