1: Unexpected Assignment

Começar do início
                                        

Setelah keluar dari ruangan Melinda, MJ kembali ke mejanya dengan kepala penuh pikiran. Tidak lama kemudian, rekan kerjanya, Amanda, mendekatinya.

"Eh, gue denger lo yang ke Miami sekarang buat interview Jeff Gautama." ujar Amanda dengan nada penuh antusiasme.

"Kok lo udah tahu sih, Man?" MJ menatapnya terkejut.

Amanda mengedikan bahunya dan tertawa. "The gossip spread so fast. Mbak Mel kayaknya udah ngomong-ngomong ke yang lain. Tapi gila loh lo bakal interview Jeff, cowok itu susah banget diapproach,"

MJ hanya mengangguk. "Ya, it's kinda overwhelming. Padahal gue tadi udah nyebut nama lo ke Mbak Mel. You're a big F1 fan, that would be nice to see you there,"

Amanda tertawa. "Gemeees banget masih mikirin gue. Gue udah tahu sih Mbak Mel akan pilih lo. Lo lebih tahu dunianya. Jeff kan teammatenya adik lo. Itu udah step forward banget dibanding kita yang cuma tahu dia dari TV dan berita."

MJ menghela napas panjang. "It's gonna be awkward."

Amanda mengerutkan keningnya. "Tapi bukannya kalian udah kenal sejak kecil? Keluarga kalian kan lumayan dekat, ya kan?"

"Iya, keluarga kita memang dekat, tapi gue sama Jeff nggak pernah ngobrol banyak. Dia selalu sibuk sendiri, fokus sama balapan, sementara gue lebih sibuk dengan fashion dan dunia jurnalistik. Our paths never really crossed, except through Oliver."

Amanda menatap MJ dengan ekspresi penuh perhatian. "Well, kalau menurut gue, ini bisa jadi kesempatan bagus buat lo reconnect sama F1. You have the knowledge, you have the connections dan lo tahu gimana caranya menghadapi pembalap. You used to date one, right?"

Ucapan itu langsung mengingatkan MJ pada Arlo. Mantan pacarnya yang juga seorang pembalap Formula 1. Meski hubungan mereka sudah lama berakhir, perasaan sakit yang Arlo berikan masih bersisa, terutama karena Arlo sekarang menjalin hubungan dengan Eleanor, yang dulunya adalah sahabat MJ. Semuanya terasa sangat berantakan dan itulah salah satu alasan kenapa MJ berusaha menjauh dari dunia Formula 1.

"Yeah, but that was a long time ago," jawab MJ singkat, berharap Amanda tidak membicarakan topik ini lebih jauh.

Amanda menepuk bahunya, "Don't worry too much. Lo pasti bisa handle ini, Michelle. And who knows, mungkin Jeff bakal jadi lebih ramah daripada yang lo kira."

MJ tertawa kecil, walau di dalam hati dia masih merasa cemas. "Let's hope so. Karena kalau nggak, gue akan kena bencana besar dari Mbak Mel."

***

Setelah hari yang melelahkan di kantor, MJ akhirnya duduk di sebuah restoran kecil di kawasan Senopati bersama sahabatnya, Gemma Roberts. Restoran ini sudah menjadi tempat favorit mereka sejak dulu, tempat di mana mereka berdua biasa makan sepulang sekolah. Malam itu, Gemma baru saja kembali dari London, dan MJ sudah tidak sabar untuk mendengar ceritanya.

"So, how was London? Tell me everything," MJ membuka percakapan sambil menyeruput jus lemon dingin.

Gemma tersenyum lebar, matanya berbinar. "Oh my God, it was amazing! The show was... exhausting, but so worth it. You know how nerve-wracking it is performing at the Royal Opera House, right? But everything went perfectly. I couldn't have asked for a better performance."

"I'm so proud of you," kata MJ sambil memegang tangan sahabatnya. "Royal Opera House? That's insane, Gems. You're literally living your dream!"

Gemma Roberts adalah seseorang yang selalu membuat MJ merasa kagum. Gemma, sahabatnya sejak mereka masih remaja, berhasil meraih impian masa kecilnya menjadi seorang balerina profesional. MJ selalu teringat bagaimana Gemma mendedikasikan seluruh waktunya untuk latihan, tanpa henti, tanpa mengenal lelah. Kini, Gemma adalah bintang di panggung internasional, tampil di berbagai negara dan mendapatkan pujian dari kritikus seni. Namun, di balik semua gemerlap itu, Gemma tetaplah Gemma yang MJ kenal—penuh semangat, ceria, hangat, dan selalu tahu cara membuat MJ tersenyum.

Gemma tertawa ringan. "Yeah, it still feels surreal sometimes. Tapi gue seneng banget bisa pulang. London is great, but nothing beats Jakarta, you know? Gue kangen makanan di sini, suasananya, dan of course, hanging out with you."

MJ tersenyum dan mengangguk. "I get that. Emang lidah Indonesia nggak bisa bohong ya Gems. So, gimana kabar Jacob? Lo sering ketemu dia nggak? I saw his post on Instagram, the one that's partnering with Tommy Hilfiger. Dia kayak part-time driver full-time model sekarang."

"Oh, Jacob. That guy. I saw it, and I was like, 'Are you sure he's still racing?'. I swear, he spends more time posing for cameras than driving." katanya sambil memainkan garpunya di atas piring. "Tapi, nggak bisa nyalahin juga, he looks ridiculously good in those clothes. Gue jarang ketemu dia, nggak pernah dapet waktunya. Setiap dia di London, gue lagi nggak di London."

MJ tertawa. "Ah, I see. Dua orang sibuk, susah sih pasti. Tapi gue seneng sih lihat Jacob. Sponsor timnya dia cocok banget sama penampilan dia."

"Well, I think he enjoys the fame more than anything else."

MJ hanya mengangguk, membayangkan Jacob yang selalu suka jadi pusat perhatian. "Speaking of F1, gue ada kabar gila."

Gemma langsung menoleh, menatap MJ dengan penuh antusias. "What? Spill!"

MJ menghela napas, lalu berkata, "Gue harus ke Miami tiga hari lagi."

Gemma hampir tersedak minumannya. "Wait, what? Miami? Why?"

"I got assigned to replace Vanya, rekan kerja gue. Dia nggak bisa pergi karena adiknya kecelakaan. So, I have to go interview Jeff Gautama."

Gemma menatap MJ dengan mata melebar. "Jeff Gautama? The Jeff Gautama? Oh my God, MJ! That's insane! Do you know what people are saying about him right now?"

"Gosip apa lagi?" tanya MJ, sedikit penasaran.

"Katanya dia susah dideketin banget apalagi sama media. He's so private, even more than most drivers. But also, there are rumors about him being linked to some Hollywood actress. And now you're gonna meet him? This is huge!"

MJ tertawa kecil, meskipun agak gugup. "Ya, gue tahu. Gue nervous banget, sumpah. Udah lama banget gue nggak berurusan sama dunia F1. Gue lebih familiar sama runway dibanding paddock sekarang."

"Ya, tapi lo pasti bisa lah. You know F1 and Jeff knows your family, kan? Plus, lo kakaknya Oliver."

MJ tersenyum tipis. "Yeah, but that doesn't make it any less awkward."

"Gue jadi penasaran, gimana kalau lo ketemu Arlo sama Eleanor di sana?" tanya Gemma dengan nada waspada.

MJ terdiam sejenak. Nama Arlo Ramirez—mantan pacarnya, dan Eleanor Kartatmodjo—mantan sahabatnya yang sekarang pacaran dengan Arlo, selalu membuat suasana jadi sedikit canggung. "Gue nggak tahu... gue nggak mikirin mereka, kalau boleh jujur. Kalau ketemu ya udah, gue bakal act normal."

Gemma mengangguk pelan. "I get it. They don't deserve any space in your head, anyway."

"Thanks, Gems," kata MJ dengan senyum lembut.

Gemma menepuk tangan MJ dengan lembut. "You'll be fine, Mici."

Rule Number Five [TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora