03.6 | Jajabang Mawinga-winga

2.5K 186 25
                                    

03.6
Jajabang Mawinga-winga*)



Wonosari, Gunungkidul
Sekitar bulan Februari 2009


Apa yang kita tunggu-tunggu di masa depan?

Hari berlalu begitu cepat. Yang beberapa saat lalu ditinggal orang yang paling penting dalam hidupnya kini telah kembali menemukan kebahagiaannya di antara teman-temannya. Ia berhasil mengalahkan dirinya sendiri, sisi tergelapnya, dan sepertinya, menemukan sumber kebahagiaan masa remajanya. Ada satu lagi seseorang yang masih tak berani mengungkapkan perasaannya pada seseorang yang telah ia tatap bertahun-tahun lamanya. Tak ada yang tahu juga mengapa ia dapat bisa begitu bertahan menyimpan perasaannya itu, tanpa membicarakannya dengan orang lain. Sementara, yang dipuja, telah lama patah hati dan sepertinya berusaha untuk menggerakkan hatinya ke arah lain, tetapi masih tak sadar ada seseorang yang terus menatapnya di sampingnya. Sedang, ada saja satu orang yang semakin hari semakin tenggelam dalam perasaannya yang meluap-luap, tapi ia tetap tak mau bergerak. Yang lainnya, sungguh bebal hingga tak menyadari perasaan satu orang di sekitarnya, mungkin, masih saja dibayangi perasaan-perasaan dari masa lalu. Dan dua orang lainnya, seolah tak pernah terusik kehidupan pribadinya, terus saja, diam-diam mengamati apa yang terjadi diantara mereka berdua, sembari menginisiasi sebuah konspirasi.

Hari-hari di kelas tiga terasa membosankan bagi semua orang. Pelajaran yang semakin sulit. Ditambah lagi dengan pelajaran tambahan sepulang sekolah sampai sore tiba. Dan juga, les-les bagi beberapa siswa. Ekstrakurikuler ditiadakan bagi siswa-siswa yang akan mengikuti ujian nasional. Hari-hari semakin cepat.

Kelas mereka pindah ke lantai dua, di ujung lorong paling dekat dengan kantin dan perpustakaan. Jendela-jendela besar mengisi penuh dua sisi dinding yang saling berseberangan. Jendela-jendela itu lebar, berteralis besi dengan daun jendela yang terbuka keluar. Tirai-tirai dibuka, dan kelas itu akan bermandikan cahaya matahari. Angin semilir masuk, seolah meninabobokan murid-murid yang bosan di akhir jam jam les yang itu itu saja.

Ketika istirahat tiba, murid-murid itu memilih untuk duduk di depan kelas, memanjang memenuhi lorong di depan kelas mereka. Tak ada yang terganggu, tak ada yang protes pada sosok-sosok yang kadang bergelimpungan untuk tidur siang di sana. Beberapa memang saling berkumpul berdiskusi soal-soal les. Beberapa malah hanya ngobrol sembari bermalas-malasan. Beberapa tertidur lelap. Beberapa bermain gitar sambil menyanyi sendu. Kian hari, mereka semakin kompak saja.

Rutinitas basket mereka, sudah terhenti sekitar satu semester ini. Sejak Jay kehilangan kakaknya, ia jadi harus pulang lebih awal untuk mengurus kedua adik kembarnya, meski, ada rewang yang membantu mengurusi keperluan keluarga mereka. Lintang, Kikan, Pram dan Janu pergi les 4 kali seminggu. Sedang, Tama dan Anggit ikut program tutor sebaya yang dilaksanakan oleh sekolah, sebagai siswa pintar yang memberikan bantuan belajar kepada siswa yang kurang dalam hasil-hasil try out. Dan tersisalah Surya, yang tiap sore tidak melakukan apapun kecuali diajak main basket oleh adik-adik kelas.

Hari yang biasa. Siang di bulan februari. Udara terasa gerah. Jendela-jendela kelas dibiarkan terbuka. Beberapa anak duduk di dekat jendela untuk mencari angin. Separuhnya berhamburan keluar untuk makan siang diantara istirahat jeda jadwal pelajaran dan juga jadwal les persiapan ujian nasional. Beberapa lagi, bergelimpungan di belakang kelas, tidur siang. Ada Pram dan Janu diantaranya. Jay telah kabur keluar kelas, entah pergi kemana. Mungkin ke perpustakaan yang lebih dingin karena ber-AC. Surya duduk di bangku paling dekat dengan jendela. Ia berkutat dengan buku soal-soal. Sambil sesekali membenarkar kerah kemejanya. Udara yang panas membuatnya gerah. Ia membuka kancing kemeja kedua paling atas. Kaos putih yang selalu ia pakai di bawah kemeja seragamnya terlihat jelas. Sementara itu, Anggit duduk bersandar pada teralis jendela, di bangku di depan Surya, sembari menatap orang-orang di kelas mereka.

JARAK [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang