"Aku akan mengantarkanmu."

"Dasar tidak tahu diri, ku bilang...Akhhh!! turunkan!! turunkan aku!!!" tanpa aba-aba, tangan Reyhan bergerak cepat melepas rengkuhan lengan Richo di bagian bahu Arina, kemudian membawa pergi gadis itu dengan menggendongnya di bahu. membiarkan Arina yang terus berontak. dia butuh bicara pada Arina. dia tidak mau menunggu lebih lama lagi.

yah, sejak hari dimana Arina begitu murka padanya, dia menyesali perbuatannya. dia tersadar atas perlakuan buruknya kepada isterinya, sampai sekarang pun dia belum menandatangani surat perceraian yang diberikan Arina. bahkan, isterinya itu langusng menghilang ketika... kandungannya dinyatakan gugur.

bukankah dipertemukan kembali dengan Arina itu sebuah mukjizat Tuhan? karena itu, Tuhan memberinya kesempatan untuk meluruskan semua dan memperbaiki masalahnya. setiap orang pasti pernah khilaf kan? tapi tidak ada salahnya jika dia meminta maaf sekarang daripada tidak sama sekali.

__oOo__

"Minumlah." setelah berhasil memasukan Arina ke dalam mobilnya, Reyhan memberi kesempatan Arina untuk bernafas teratur, begitu juga untuk dirinya.

"Biarkan aku pergi." bentak Arina, air matanya membasahi pipi. rasa bersalah Reyhan semakin mnejadi melihat air mata itu.

"Please, aku mau memperbaiki semuanya." Reyhan mencoba memberi pengertian tetapi Arina terus menolak.

"Gak ada yang perlu diperbaiki. semuanya sudah terjadi. mau apa lagi? kamu udah puas kan? mana sifat aroganmu? mana sifat tidak pedulimu? tunjukan sekarang dan biarkan aku pergi!" sungguh, Reyhan mendesah nyeri melihat sorotan dari mata Arina. wanita itu benar-benar membencinya.

"Tidak bisakah kamu maafin aku? aku udah berubah. aku tidak mau emnjadi Reyhan yang dulu lagi."

"Terlambat. sekarang, tidak ada artinya penyesalan kamu itu. aku udah cukup bersabar, hingga aku mengandung benih dan berakhir kehilangannya.." Arina kembali terisak sedih mengingat masa kelam itu.

"Pikirkan, bagaimana perasaanku ketika mengetahui hal itu? sakit.. kamu tidak hanya melukai ibunya, tetapi.. janin yang ada di dalam kandunganku." tubuh Arina bergetar hebat. sesuatu yang sudah ia coba untuk melupakannya, kembali teringat. bayangan ketika melihat darah mengalir deras, dan pada saat dia dinyatakan kehilangan janinya yang baru berusia dua bulan.

Reyhan tampak berkaca-kaca, ia ingin memeluk tubuh Arina, tetapi wanita itu menjauhinya. menolak uluran tangannya. apa yang harus dia lakukan sekarang? dia begitu kejam, dia pria yang kejam.

Klik

pasrah, Reyhan menekan tombol kunci mobilnya.

"Rasanya, kamu memang benar. orang sepertiku tidak cukup hanya meminta maaf, bahkan mendapat maaf. sikapku terhadapmu sudah keterlaluan, kau berhak atas pendirianmu itu. aku menyerahkan semuanya padamu. tapi, sekali lagi aku minta maaf. maaf sudah menyakitimu, sudah membuat hidupmu menderita, aku akan menyerah. apapun yang kau inginkan, akan ku lakukan. termasuk, melepasmu." terangnya tanpa memandnag ke arah Arina yang terdiam mendengar penjelasan pria di sampingnya. isakannya tanpa sadar berhenti.

"Kamu boleh pergi kalau berada di dekatku akan membuatmu semakin sakit." Reyhan mempersembahkan senyum terkahirnya kepada Arina. dia membiarkan Arina keluar dari mobilnya.

ada rasa kecewa di hati Arina. entah kenapa bisa begitu, tapi dia tetap keluar darisana. dia tidka mau terbawa suasana.

sekeluarnya Arina, Reyhan terus memandangi wanitanya dari dalam mobil, berjalan lamban dan terus menunduk. hingga, kedua matanya membulat saat  wanita itu berjalan miring sampai berada di tengah jalan. Awalnya, Reyhan tampak biasa saja karena jalanan yang sepi, tetapi, dari jauh terlihat sebuah truk dengan kecepatan tinggi melaju berlawanan dengan Arina.

Anehnya, truk tidak berusaha untuk menghindar, melainkan hanya bunyi klakson beberapa kali terdengar. cepat-cepat Reyhan keluar dari dalam mobilnya. bibirnya terus-menerus mengucapkan nama Arina.

"Arina!! arina!!" sosok yang dipanggilnya malah menoleh bukan menghindar, hingga ia harus berlari mendorong tubuh ringkih Arina, dan...

Brakkk

"A-arina.." tubuh Reyhan dan Arina menggelinding di jalan aspal. Reyhan masih memeluk erat tubuh Arina.

"K-Kakak!! kak Reyhan!!" merasakan bau darah di bagian kemeja seragamnya, Arina menyadari kalau itu darah Reyhan. pria yang kini berada di bawahnya, masih merengkuh tubuhnya erat.

"Hmm... K-kau tidak apa-apa?" ujar Reyhan terbata, disaat parah dia masih menyunggingkan senyumnya kepada Arina. sedangkan Arina, dia nangis tersedu sambil berteriak-teriak meminta bantuan.

"Maafin Arina, kak. tolong, bertahan buat Arina." katanya disela tangis yang membuncah. Reyhan tak menjawab, kedua matanya yang sduah hampir tertutup ia paksakan untuk memandangi wajah Arina dnegan senyum yang tak hilang di bibirnya.

"A-rina. Ka-kakak...men-cin..akhhh...mencintaimu."

__oOo__

woahh,, sinetron kah? wkwkk, biarlah. pengennya gini.. kkkk~

makasih vomennta yaaa, dituggu vomen di part ini ^^ see You...

__oOo__


IntrovertWhere stories live. Discover now