Exchap 3 : Tragedi Hingga Keegoisan

Start from the beginning
                                        

Perlahan buliran mata bening turun di salah satu kelopak matanya. Dia menutup pelan penutup kain itu dengan kepala yang tertunduk dalam, dan gigi yang menggertak melampiaskan rasa kesal dan sedih.

"Sialan lo, Keshan Hyunjin Danendra."

Dia menghapus air mata yang ada disebelah kelopak matanya. Dan beralih melihat jasad terakhir. Perlahan dia berjalan menuju jasad itu. Jantungnya berdetak tak karuan. Dia berani membuka penutup jasad kawan-kawannya. Tapi apakah dia siap melihat jasad yang ada di hadapannya saat ini?

Tangannya bergetar untuk membuka kain yang menutup wajah dari jasad di hadapannya. Perlahan, dan perlahan wajah dari jasad itu pun mulai terlihat. Matanya membulat sempurna, bahkan tidak berkedip untuk beberapa saat. Rasa kehilangan kawan-kawan telah dikalahkan saat melihat wajah dari pemilik jasad di hadapannya. Wajahnya berubah gelap, bersamaan dengan mengeratnya genggaman pada kain itu. Tubuhnya bergetar hebat disaat melihat sosok dari jasad yang ada di hadapannya.

Sang pemilik senyum yang indah bagaikan malaikat. Dia lah Alasannya bertahan di dunia yang tak pernah berpihak padanya sejak dia dilahirkan. Tempat dia berpulang dan berkeluh kesah akan lelahnya dia pada dunia yang begitu kejam. Separuh jiwanya, yang sangat dia cintai bahkan melebihi rasa sayang pada sang orang tua angkatnya.

Anak kecil manis yang secara tiba-tiba menjadikan dirinya saudara tertua di hidupnya. Yang memberikan dia keluarga, teman, dan warna dalam hidupnya. Namun kini seolah warna itu telah rusak oleh tinta hitam yang berserakan hingga menutupi warna cerah dalam hidupnya.

Dunianya hancur. Mata indah itu kini tidak lagi melihatnya dengan teduh dan penuh kasih sayang. Senyuman manis tidak lagi terlukis di bibir merah muda yang telah berubah pucat keunguan. Tubuh hangat itu telah mendingin sedingin dirinya yang saat itu menangis pilu ditengah hujan deras yang menimpa. Kedinginan yang begitu dia benci.

Dan kini dia telah membenci rasa dingin yang baru. Dia telah kehilangan sosok yang membesarkannya hingga membuatnya bertemu orang baik ini. Tapi kenapa orang baik yang dia temui juga menyusul sosok yang menjadi cinta pertama namun bukanlah ibunya?

"Ini semua bohong kan?"

Dia melihat tepat pada wajah yang telah terbujur kaku di hadapannya. Bibirnya menggertak. Berulang kali dia meneriakkan dalam hatinya, jika itu mustahil terjadi. Namun nyatanya, inilah kenyataan yang harus dia terima.

Jika dia... telah kehilangan sosok yang menjadi alasan dari kebahagiaannya di dunia.

Lidahnya kelu, seolah bisu. Ingin berbicara, namun air mata malah mendahului lisannya. Perlahan buliran bening itu turun setetes, demi setetes. Hingga mengeluarkan lebih banyak air mata. Tangan yang bergetar itu akhirnya memberanikan diri memeluk jasad sang sahabat sekaligus adiknya. Ya. Adik kesayangan Haekal Chandraditya.

"Bilang ke Echan kalau ini bohong Nana. Bangun. Ini prank kan? Nana mau ngasih kejutan besar buat Echan kan?" namun sama sekali tidak ada jawaban dari raga yang dia peluk.

Air mata semakin banyak keluar dari manik jelaganya. Dia memeluk erat jasad itu sembari mengigit bibirnya hingga kemerahan.

"Nana udah janji ngasih kejutan sama Echan! Bangun! Bilang kalau ini semua bohong!" Dia menangis terisak-isak dengan pelukan yang tak dia lepaskan dari jasad sang adik.

"Baru kemarin Na, baru kemarin kamu berjanji membuat Haechan bahagia. Baru kemarin kita deeptalk membahas masa depan kita."

"Dari yang awalnya, jika Haechan menang lomba ini. Hingga masa depan cerah kita nanti. Kamu belum jadi Dokter Bedah, Na! Jadi ayo bangun dan stop drama prank ini!"

Tapi percuma Haechan. Dia tidak akan bangun. Adikmu tidak akan bisa menggapai mimpinya bersamamu. Karena faktanya, dia telah pergi. Mendekap kebahagiaan abadi di dunia yang lebih luas dari jangkauan dunia buatanmu di cerita milikmu, Haekal Chandraditya.

New Universe : TransmigrationWhere stories live. Discover now