Chapter 12

15.1K 567 20
                                    

Special Part for pradityaramaa a.k.a kakak saya:v dan para my lovely readers yang telah mencapai 5.3K Readers:v love you guys -Orang yang lagi galau:v

-------

Aku terdiam membisu, terdiam sembari menatap Melanie yang tengah berbaring dengan wajah pucatnya. Sekali lagi dalam hidupku, tidak ini sudah sekian kali aku menyakitinya dan mungkin ini adalah finalnya. Hatiku nyeri, bak ditusuk-tusuk oleh beribu jarum yang begitu tajam. Tanganku begitu dingin, mengusap kaca yang menjadi penghalang bagi kami berdua. Wajahnya begitu damai dan membuat diriku merasa begitu bersalah selama ini. Apakah tuhan masih memberiku kesempatan untuk membahagiakannya sekali lagi? Aku mengusap wajahku kasar dan mengepalkan tanganku.

"Keluarga Melanie?" seorang dokter yang telah terlihat lanjut usia menatap kami dengan tatapan iba yang membuatku kesal,sialan. Aku melirik keluarga Melanie, ah ya Ibu dan Ayahnya yang tengah menatapku beserta Dokter itu dengan datar. Tetapi tentu saja aku bisa melihat jika sedari perjalanan mereka telah menangis histeris.

Aku maju dan memaksakan untuk tersenyum kecil "Aku suaminya" Aku bisa mendengar dengusan dari Chrissy yang terdengar tak setuju dan aku tahu, ini semua salahku.

"Alangkah baiknya jika kita kekantor saya untuk membicarakan semuanya" Aku menganggukkan kepalaku dan tersenyum sebelum suata Mr.Stone-ayah Melanie. Meminta untuk dibicarakan didepan mereka semuanya yang membuatku menelan air liurku sendiri, Aku tak siap. Entah Kenapa.

"Baiklah, begini hal yang ingin kukatakan adalah jika Jika Melanie itu depressi selama kehamilannya dan itu tentu saja tak baik, jadi menurutku, alangkah baiknya jika setelah ia bangun dari pingsannya nanti ia kita operasi. Ini untuk kebaikan dirinya dan anaknya." semua sunyi, ayah dan ibu menatapku penuh tanda tanya. sedangkan Mr dan Ms.Stone menganggukan kepalanya mengerti seolah-olah ini adalah hal biasa.

"Ia tidak bisa lahir normal?" Pertanyaan Chrissy dengan suara begitu pelan membuat Dokter itu menggelengkan kepalanya pelan dan berpamitan untuk masuk ketempat Melanie, Aku bisa mendengar suara isakan Chrissy bersama dengan ibuku. Aku masih membisu. Tidak tahu harus melakukan apa. "Padahal ia begitu ingin lahir dengan normal" tubuhku seketika kaku begitu saja, ia tak pernah mengatakan ini kepadaku. Ia selalu mengiyakan apa yang aku katakan.

Beberapa menit kemudian beberapa suster berlarian dan memasuki ruangan milik Melanie, jantungku berdegup kencang yang membuat diriku berdiri dengan tegap. Aku mendekati kaca dengan langkah ragu, beberapa menit kemudian satu suster keluar dan mengatakan jika Melanie ingin bertemu dengan kedua orang tuanya beserta Chrissy.
Aku terdiam tanpa membantah, ia tak menginginkan aku berada didekatnya dan mengetahui kesimpulan yang kubuat sendiri, hatiku dan tubuhku merasakan nyeri yang begittu dalam. Sial, dengusku dalam hati. Aku menatap dirinya yang tengah melihat sekeliling sebelum dirinya menatapku, terjadi kontak mata yang begitu serius. Jantungku berdetak lebih kencang, matanya begitu sayu dan wajahnya terlihat lebih pucat. Ia menggerakkan bibirnya tanpa suara, I love you. Aku menunduk, bukan bukan untuk tidak menjawab perkataanya. Tetapi ini begitu menyakitkan, Melihat dirinya terduduk dikasur rumah sakit dengan wajah begitu pucat membuatku merasa begitu bersalah.

Aku kembali menatapnya yang rupanya masih menatapku, wajahnya terlihat lebih kecewa dari tadi pagi dan seketika itu pula aku menyimpulkan jika dirinya mengartikan yang salah. Aku mencintainya, aku begitu mencintainya.

Aku berjalan ketempat duduk dan menutup mataku, berharap jika aku membuka mata, aku akan mendapati Melanie tengah tidur disebelahku atau apapun. Tetapi pemikiran itu malah tambah membuat tubuh ini terasa begitu nyeri, ditambah saat Ms&Mr Stone beserta adikku keluar dengan wajah yang memerah. Beserta pengakuan Dokter jika Melanie siap untuk dioperasi sekarang, sekarang juga.

*****

45 menit telah terlewatkan, Operasi yang katanya hanya berjalan 30 menit membuatku gusar dan tidak bisa diam sedari tadi. Apa yang terjadi?Apakah Melanieku baik-baik saja? Bagaimana keadaan bayi kami? Wanita atau lelaki? Hatiku terasa nyeri beserta seluruh anggota tubuhku. Masihkah aku bisa mengatakan jika dirinya adalah Melanieku?

2 Suster berlarian keruang Operasi Melanie dan dokter keluar dari tempat sialan itu, wajahnya terlihat begitu kelelahan. Ia menatap kami satu persatu dan setelah itu ia menatapku dengan tatapan sedih yang membuatku bertambah gusar.

"Anaknya perempuan" ucap sang dokter, helaan nafas terdengar dari seluruu orang yang didekatku. "Tetapi Melanie" perkataannya terpata saaat aku menatapnya bingung, "Maaf kami sudah melakukan semampu kami, tetapi dia tidak bisa diselamatkan." Dan setelah itulah hatiku terpecah menjadi seribu, kemungkinan jika aku tidak ada tulang diseluruh tubuhku. Aku akan terjatuh dan mati begitu saja.

"Melanieku"ucapku bergetar, wajahku memerah menahan tangis. Diriku terasa begitu nyeri. Mataku terlihat kabur karena cairan yang keluar tanpa permisi,Aku bisa mendengar suara isakan dari seluruh orang yang sekarang berada didekatku. Aku berteriak, menarik seluruh rambutku. Melampiaskan semua kebodohan yang telah kulakukan selama ini.

"Tidak mungkin, tidak mungkin" Aku mendekati dokter yang menatapku kasihan "Kembalikan Melanie, kumohon. Tolong aku kumohon, aku masih membutuhkan dirinya." ucapku bodoh, aku berlutut dihadapan dokter yang malah membuat sang dokter menatapku iba.

"Dokter kumohon, aku masih membutuhkannya" ucapku, tetapi dokter itu hanya meminta maaf membuatku kesal. Aku berdiri dan memukul dinding rumah sakit ini dengan kesal, melampiaskan rasa sesalku kepada dinding ini. Aku berteriak kesetanan ditengah sela tangisan Ibu ataupun Ms.Stone serta Chrissy. Apa yang harusku lakukan tanpa Melanie? bulir-bulir air mataku tanpa henti keluar begitu saja, nafasku tak beraturan membuatku seperti kehabisan nafas dan Jantungku berdetak begitu cepat.

"I love you Christian, my man my husband" suara Melanie terdengar diindra pendengaranku, suaranya yang pelan. Aku berhenti memukuli dinding dan berteriak. Aku menatap Chrissy yang tengah memberikan handphonenya kepadaku, Aku diam. Kata-kata tadi berulang-ulang kali terdengar membuat suhu tubuhku kembali menghangat, Aku menarik nafasku pelan dan menghembuskannya. I love you Christian, my man my husband.

"Tuan ini malaikat kecilmu" Dengan ragu aku membalikan tubuhku dan menatap bayi kecil yang sekarang berada ditanganku, ia mengeluarkan lidahnya yang membuatku entah kenapa terkekeh pelan.

"Waverly."ucapku pelan "Waverly Johnson, my daughter" tambahku sambil tersenyum dan anakku membalas senyumanku sebelum ia tertidur, aku membalikkan tubuhku menatap semua keluargaku yang tersenyum disela tangisan mereka.

Aku menatap suster yang tengah membicarakan tentang Melanie, ia mempersilahkan kami untuk menemui Melanie untuk terakhir kalinya. Aku menggelengkan kepalaku pelan dan tersenyum tipis.

"Aku mohon kalian saja yang menemuinya, Aku... Aku tak sanggup" ucapku pelan dan segera semua orang mengangguk dan meninggalkanku sendiri didepan ruang operasi ini, Aku mencium pipi anakku dan tangisan pelanku pecah.

"Jika Mom ada, kau tidak akan dipelukkan Dadmu dulu. Kupastikan dirinya yang ingin pertama sekali memeluk ataupun menciummu"gumamku berbicara sendiri, ia tersenyum. Aku artikan jika senyumnya adalah senyuman menandakan jika ia baik-baik saja dengan semua ini. Aku kembali tersenyum dengan lebar.

Mungkinkah ini jalan terbaik yang telah diberikan Tuhan? Aku yang ditinggalkan oleh Melanie dan menjaga anak kami sendiri? Jika iya, Melanie ketahuilah. Aku akan menjaga anak kita dengan baik, sebaik-baiknya. Akan kupastikan itu.

Dan Melanie, Sampai kapanpun. Aku sangat Mencintaimu, dan maafkan semua kesalahanku kepadamu selama ini.


Another Place.


"Lanie, kau yakin akan melakukan ini semua? Kau tak kasihan kepadanya?"lelaki bertubuh tegap itu mengangkat tubuh mungil wanita itu kemobil dan segera memasuki peralatan mereka dengan cepat kedalam bagasi mobil.

Wanita itu terdiam dan mendesah pelan. "Ini yang terbaik dan ini yang dinginkannya Dev, biarkan ini terjadi"ucap Wanita itu,

Ia tak tahu jika Lelaki yang ia maksud tengah menangisi dirinya didalam rindu, merindukan semua tentang wanita itu sembari menjaga anaknya.

Ia tak tahu, ia benar-benar tak tahu jika lelaki itu begitu mencintainya dan menyesal begitu dalam.

I'm Not HER!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang