"Lalunaaa gue bawa nasi gorenggg~"
Pekikan nyaring yang datang dari Miselia yang baru saja masuk kelas disambut dengan senyum sumringah dari Laluna. Temannya itu baru kembali dari kantin dengan membawa dua piring bento berisi nasi goreng yang ia pesan dari sana.
Katanya, mereka tidak perlu menghabiskan waktu dan tenaganya untuk berjalan ke kantin saat istirahat. Jadi Miselia memutuskan untuk memesan makanan untuk keduanya, lalu makan bersama di ruang kelas yang kosong.
"Makasih banyak, Miselia cantik~" kata Laluna dibalas kekehan dari teman sebangkunya itu.
Keduanya menikmati makanannya dalam senyap. Wajar, ini sudah jam makan siang dan mereka sudah menahan lapar sejak sejam yang lalu.
Miselia diam-diam melirik ke arah Laluna yang mulai menyantap nasi gorengnya tanpa masalah. Ia menghela nafas pelan. "Mulai sekarang, lo absen aja praktek olahraga, oke? Entar gue yang minta izin ke Pak Bambang."
"Iyaa Miseliaa, lo udah bilang itu tadi," balas Laluna sambil tetap menyuapkan nasi gorengnya tanpa merasa terganggu.
Tidak tahu saja dia bahwa Miselia terus-terusan menghela nafas berat. Sebenarnya alasan ia melarang Laluna ke kantin dan absen praktek olahraga bukan hanya karena Laluna sedang sakit. Tapi ia sedang mencoba sebisanya untuk mencegah Laluna bertemu Ricky.
Tadi saja, pemandangan pertama yang Miselia temukan saat ia ke kantin adalah Ricky yang menguasai satu blok kursi kantin seorang diri seperti yang ia lakukan di hari-hari sebelumnya. Apalagi kalau tidak menunggu Laluna? Untung saja ia sudah mencegah temannya itu tidak turun ke kantin.
"Eh lo tau gak sih," Miselia teringat sesuatu. "Gue sama Tim Pers bakal bikin film pendek lagi tahun ini!"
Laluna menutup mulutnya terkejut. Ia menjerit kegirangan sambil menggenggam tangan temannya itu dengan bangga. "Gila emang keren banget temen gue ini oii!"
"Tebak gue ambil posisi apa!" Miselia mengancungkan telunjuknya semangat.
"Sutradara!" Laluna menjentikan jarinya, menebak dengan semangat. Melihat Miselia terkejut membuatnya tersenyum arogan. "Gitu doang mah elah, semua orang juga tau Miselia Brenda itu selalu jadi sutradara di setiap film pendek sekolah!"
Bukan, Miselia bukan terkejut karena Laluna menebak dengan benar. Ia terkejut karena Laluna masih mengingat jelas bahwa ia adalah sutradara di setiap film pendek yang dikerjakan sekolah. Hatinya terenyuh haru, namun rasa penasaran tiba-tiba hinggap di kepalanya.
"Lun, mau nanya lagi deh,"
"Apa?"
Miselia mengubah posisi duduknya menjadi lebih serius, juga memelankan suaranya. "Gue boleh tau gak apa yang lo lupain?"
Laluna terkekeh renyah. "Gue aja lupa, Miselia. Gimana lo mau cari tau?"
Miselia mengibaskan tangannya tanda ia tak memperdulikan ucapan temannya itu. Ia kembali melayangkan pertanyaan interogasinya. "Lo masih ingat gak, kita dulu kelas 10 sekelas gak?"
Laluna menggeleng. "Gue dulu IPA 3, lo IPA 4,"
Jawabannya cukup membuat Miselia bungkam. Memori sejauh itu, Laluna masih mengingatnya. Miselia tak menyerah, ia masih punya stok pertanyaan.
"Mantan gue tahun lalu?"
"Ricardo anak IPS,"
"Mantan lo kelas 10?"
"Gue gak pacaran kelas 10, Sel..."
Miselia spontan menepuk jidatnya membuat Laluna menggelengkan kepalanya tak heran.
YOU ARE READING
Tolong, Pulang
Teen Fiction"Lo kenapa baik banget? Apa kita pernah kenal sebelumnya?" "Lebih dari kenal. Gue pernah jadi rumah lo. Rumah yang kehilangan pemiliknya." --- Laluna Jihan Wiranata, gadis remaja yang mengalami Amnesia Lakunar akibat kecelakaan yang terjadi padanya...
