Fang tidak bisa membalas apapun. Ia diam seribu bahasa semenjak Hali menunjukkan betapa frustasi dirinya.
Selama ini, Fang mengenal Hali dengan tingkah cuek dan pemarahnya. Meski begitu, terdapat perasaan tulus yang tidak pernah Hali tunjukkan. Yang paling biasa menarik perhatiannya adalah tampang keren yang bahkan muncul ketika Hali tidak melakukan atau mengusahakan apapun.
Hali secara alami sudah menarik, Fang iri padanya. Fang ingin menjadi Hali yang dilirik banyak orang.
Melihat Hali yang seperti kehilangan akal sehat tentu saja membuatnya keheranan. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Fang tidak tau apa yang sebenarnya terjadi pada Hali.
Perusahaan mencatat jelas rencana pengunduran diri tanpa surat yang membuat nama Hali menjadi tercoreng begitu saja.
Sebenarnya, namanya tidak seburuk itu karena ia hanya melakukan satu kesalahan. Namun, rumor pengiriman uang dari bank yang merajalela disaat ia tak bisa dihubungi membuat orang-orang mempertanyakan maksud Hali.
Bisa dibilang, banyak orang berpikir ia berusaha mengkhianati dan mempermainkan perusahaan.
Berbagai rumor tak mengenakkan pun terdengar dan sulit dielakkan, membuat nama Hali semakin redup setelah setahun lamanya menghilang.
Hali membiarkan beratus pesan tak terbaca, meninggalkan harapan yang sirna dimakan waktu. Itulah juga yang membuat orang-orang termakan hati.
Hali memandang ke bawah, lalu menarik lambang petir merah pada bajunya dan melempar lambang itu sekeras mungkin ke lantai. Ia tidak lagi senang melihatnya.
Bukannya Hali ingin menyerah, hanya saja ia sudah tak bisa lagi menjadi pahlawan seperti biasanya.
"Kenapa kau buang?"
"Sial, kau kira aku bisa apa?" Suara Hali meninggi, tidak terima dengan pertanyaan yang Fang berikan terhadap hal yang sudah jelas.
Fang kembali tak berani menjawab.
Kemarahan Hali yang menggebu-gebu tidak bisa diselamatkan. Hali mungkin bisa tenang dengan sendirinya, tetapi tidak bisa dipungkiri jika ia merasa tak nyaman.
Hali memandangi pergelangan tangan yang sudah setahun ini tanpa jam kuasa.
Ia takkan bisa meminta yang baru. Kembalinya Hali ke rumah saudaranya pun ia tebak tak akan berjalan mulus.
Hali tidak akan disambut.
Hali merasa hubungannya dengan saudaranya tidak begitu bagus. Mereka selalu melihatnya dengan pandangan tak nyaman karena tingkat kepedulian yang ia tunjukkan begitu rendah. Padahal, nyatanya tidak seburuk itu.
Ia mengingat kembali pada hampir setahun yang lalu. Hali memandangi pria yang telah menghancurkan hidupnya itu tengah melakukan penyalahgunaan pada ponselnya.
Tanpa harus diceritakan oleh Kaizo pun, Hali sudah tau bahwa pria itu mencuri uangnya dan menghancurkan reputasinya tanpa menyentuh.
Hali tidak bisa membayangkan lebih jauh.
Hali menoleh pada Fang yang masih berdiri di dekatnya dengan gemetar. Tanpa basa-basi, Hali pun langsung pergi masuk ke ruangan yang sudah dipersiapkan khusus untuknya tanpa mau mendengar ucapan apapun lagi dari Fang.
Hali merasa ada keharusan untuk berterima kasih pada Kaizo karena bisa mengerti dengan keadaannya dan langsung siap memberikan bantuan tanpa meminta imbalan. Meskipun di lubuk hatinya ia masih merasa sangat terganggu dengan keberadaan Kaizo.
Pintu itu pun terhempas, membiarkan Fang sendirian di luar. Fang lantas menutup wajahnya sebagai respon alami setelah dibiarkan kehilangan kata-kata.
"Aku mengerti, tetapi seperti masih tidak terlalu mengerti ..." ucap Fang tanpa ada siapapun yang mendengar. Ia kira begitu, tetapi ada Kaizo yang dari tadi memperhatikan mereka.
YOU ARE READING
My Unread Messages
FanfictionKesulitan mengetahui keadaan yang jauh di sana hingga tidak ada kabar melebihi rencana membuat rasa khawatir bergejolak. Padahal, sudah ada harapan besar untuk berjumpa lagi dengannya. Data yang anonim dan informasi dari kemungkinan terburuk pun sek...
