"S-sial..."
Hali sudah tidak lagi di pantai.
Ketika merasakan tubuhnya semakin melemah, Hali berusaha keras berjalan menuju ke rumah sakit. Namun, belum juga sampai, kakinya sudah tak berteman.
Hali malah terhenti di lorong sepi yang menghubungkan ke jalan utama.
Beberapa langkah lagi saja ke jalan utama.
Hali membungkuk penuh keterpaksaan.
Rasa sakit itu semakin menjalar kemana-mana. Ia tidak pernah menyangka sihir yang meredam itu malah membuat tubuhnya semakin tak bisa diajak kompromi.
Inikah yang selalu penjahat itu inginkan?
Rasa sakit yang sejak awal Hali hadapi hingga saat ini sebelum ia akan mati dengan sendirinya.
Apakah ini rencana terpendam penjahat itu?
Efek berangsur-angsur pada tubuhnya tak kunjung mereda. Ia seperti ditusuk pedang dari berbagai arah.
Hali kembali memuntahkan darah yang tidak sedikit.
Ia sudah tak bisa lagi mengangkat tubuhnya. Rasa pusing menekan kepalanya ke lantai.
Memang salahnya tidak langsung pergi ke rumah sakit dari awal.
Setelah menolak ajakan Kaizo beberapa kali, tubuh Hali mulai semakin bereaksi.
Bukannya menerima ajakan terakhir, Hali malah memilih untuk pergi ke rumah sakit sendiri. Namun, rencana itupun pupus atas keinginannya untuk meraih ketenangan tanpa bantuan serta datang ke pantai terlebih dahulu, tepatnya di hari ini.
Merasa dapat melakukan semuanya sendiri tanpa memikirkan kondisi tubuh sekaligus perasaan orang lain yang telah mempercayainya benar-benar membuat Hali menjadi sosok yang egois dan keras kepala.
Bukankah kini Hali lah tersangka utama?
Lihat lah bagaimana Hali berusaha keras bertahan hidup disaat ia bisa meminta pertolongan siapapun.
Pada detik terakhir, ia baru mengingat satu dari mereka dan membiarkan tubuhnya hampir membiru.
Hali mensia-siakan segala kesempatannya.
Berada di lorong sepi ini sungguh membuat Hali semakin berada dalam bahaya.
Hali tidak tau di mana ia berada sekarang.
Ia tidak hafal sama sekali.
Ia bahkan tidak ingat jalan dari kediaman Kaizo ke area pantai tadi.
Ingatannya sudah tidak sebaik dulu.
Sampai akhirnya, ketika Hali sudah tak mampu bertahan hingga tubuhnya jatuh pingsan dengan darah berceceran di dekatnya, sosok pemuda tinggi memberikan telapak kaki yang tertutupi sepatu sebagai sandaran kepala. "Apa Solar tidak mencarinya? Tidak mungkin.."
Memperhatikan notifikasi yang masih bertengger di lock screen ponselnya, pemuda itu menghela napas. "Kak Hali sudah gila."
Sekian lama, tepat 11 hari sejak kejadian itu, kelopak mata Hali perlahan terbuka.
Ini pertama kalinya Hali tidak sadarkan diri lebih dari seminggu. Perubahan buruk ulah sihir yang menipis. Keadaan normal manusia mulai mengikat dirinya.
Ia menatap samar pada langit-langit ruangan.
Netra Hali pun mulai memandang sekeliling, tetapi ia tak dapat menebak di mana ia sebenarnya berada.
Tempat yang begitu membosankan. Hanya terdapat lemari, kursi panjang khusus tamu, gorden, dan sejumlah alat medis.
"Huh?"
YOU ARE READING
My Unread Messages
FanfictionKesulitan mengetahui keadaan yang jauh di sana hingga tidak ada kabar melebihi rencana membuat rasa khawatir bergejolak. Padahal, sudah ada harapan besar untuk berjumpa lagi dengannya. Data yang anonim dan informasi dari kemungkinan terburuk pun sek...
