15. Terungkap

484 36 6
                                    

Setelah datang ke Sky Blue, Clarissa dan juga Samuel tak menemukan Damian di apartemen sana. Tujuan pertamanya nihil membuat perempuan 25 tahun itu mendesak kekasihnya lagi untuk mencari ke tempat lain agar bisa menemukan Damian dimanapun dia berada sekarang.

"Gak mau tau, telepon dan tanya dia dimana sekarang. Pokoknya aku harus ketemu sama si berengsek itu sekarang juga."

Samuel pun juga ketar ketir lantaran Clarissa yang enggan sabar dan terus membuatnya terdesak dengan sebuah kesalahan yang bukan ia lakukan itu.

"Teleponnya gak diangkat dari tadi Yang. Aku juga udah telepon ke rumah orang tuanya, kata mereka Damian gak ada di sana."

"Ya terus kemana? Kamu kan sahabatnya harusnya tau dong, kalau gak ada di apartemen atau rumah orang tuanya sekarang itu dimana lagi?"

Sejenak Samuel terdiam karena ia harus berpikir jernih untuk menebak keberadaan sahabatnya tersebut. Ia sendiri juga tidak yakin lantaran keduanya sudah nyaris loss contact sejak satu minggu lalu karena urusan dan kesibukan masing-masing.

"Kalau di club kayaknya gak mungkin karena Damian sempet bilang di kampus lagi hectic, gak akan ada waktu. Tapi kalau—oh my God."

"Apa? Udah tau dimana?" timpal Clarissa memberondongi.

"Aku hampir lupa, dia pasti di rumahnya sendiri sekarang."

"Ck, kenapa gak bilang daritadi sih?"

"Ya lagian kamu desak aku terus, akunya gak bisa mikir jernih."

Setelah beberapa waktu dan menghadapi segala drama, Samuel baru teringat jika Damian memiliki rumah pribadinya sendiri selain apartemen ataupun rumah kedua orang tuanya.

"Ya udah tunggu apa lagi? Kita pergi ke sana sekarang."

Di dalam mobil itu kegaduhan dengan segala debat dari kubu Clarissa juga Samuel tak ada henti. Di sepanjang perjalanan, keduanya saling mempertahankan argumennya masing-masing, terlebih Samuel yang tak merasa bersalah atas kejadian itu.

Sedangkan Ester saat ini tengah meringkuk di atas ranjang hotel sejak beberapa jam lalu diiringi tangisannya tiada henti. Ia sengaja untuk menghilang sejenak tanpa memberitahukan lokasi dan kondisinya saat ini kepada siapapun, terutama pada keluarganya sendiri. Pasti Bian masih marah besar akibat kejadian kemarin. Dan selain sengaja mematikan segala akses komunikasinya, ia juga memutuskan untuk pergi ke tempat di mana orang-orang terdekatnya tidak mengetahui, termasuk Clarissa. Jika biasanya Ester akan datang ke rumah sang puan setiap kali butuh pelarian, maka hari ini tidak akan terjadi.

Tak peduli jika rupiah yang sudah ditabung rapi dari hasil gajiannya harus terkuras atau bahkan habis untuk malam ini dengan mudah. Entah akan berapa lama ia berada di persembunyiannya itu, yang jelas Ester tak akan pulang atau pergi menemui siapapun untuk sementara waktu. Setidaknya sampai keputusan dan tekatnya sudah bulat, antara menggugurkan atau tidak soal anak itu.

[One Night Sleep]

Setibanya di area kompleks perumahan Damian yang tampak sepi dan sunyi itu langkah kaki Clarissa melenggang cepat turun dari mobil meninggalkan Samuel di belakang. Ia begitu marah besar dan ingin memberikan pelajaran pada pria itu sekarang juga, setidaknya agar Damian bisa segera tanggung jawab atas apa yang sudah ia lakukan pada sahabatnya, Ester.

"Sayang!"

Seakan angin lalu, Clarissa tak menghiraukan seruan dan panggilan apapun darinya. Justru yang ada kakinya semakin cepat memasuki area pintu utama setelah menerobos masuk meski belum diberikan akses oleh seorang satpam yang tengah berjaga. Mulanya ia memang tak diizinkan masuk lantaran perintah dari Damian sebelumnya, namun Clarissa tak tinggal diam dan malah membuat desakan dengan sengaja memanjat pagar rumah yang menjulang tinggi sampai membuatnya terpaksa berhasil dibukakan pintu gerbang.

One Night Sleep Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang