3. Just (One)

4.6K 56 3
                                    

Di saat yang bersamaan, Damian merobohkan dirinya di samping kanan Ester tanpa melepaskan penyatuan mereka. Untuk sejenak keduanya mengambil napas dalam-dalam dan mengistirahatkan diri sejenak. Dengan posisi berdampingan dan saling menatap, pria itu mengulurkan tangannya membelai surai rambut perempuan itu yang sudah tak gadis lagi.

"Kau benar-benar luar biasa," puji Ester seraya masuk ke dalam pelukan Damian hingga membuat yang di bawah sana jadi terusik karena pergerakan itu.

"Kau masih mabuk?"

Ester menggelengkan kepalanya dan mengeratkan pelukannya. Ia juga menyandarkan kepalanya di atas lengan Damian sebagai bantalannya. Tanpa sehelai benang pun keduanya berpelukan dengan kondisi naked.

"Tidurlah, kau pasti sangat lelah," titah Damian dengan berusaha melepaskan pelukannya.

Namun Ester menolak. Ia tak ingin melepaskan dan memberi jarak di antara mereka sampai dirinya benar-benar puas. Bahkan sangat dengan sengaja ia menggesekkan bagian bawahnya agar milik Damian terusik di dalam sana.

"Stop it, Ester. Kau bisa membangunkannya lagi jika seperti ini," peringat pria itu yang sama sekali tak digubris olehnya.

"Aku siap membantumu untuk menidurkannya," jawabnya tak lama kemudian.

Mungkin esok hari setelah ia benar-benar sadar pasti akan menyesali semua kalimatnya sendiri. Bahkan bisa lebih menyesal daripada kehilangan semua benda berharganya.

"No. Kau pasti akan menyesalinya setelah sepenuhnya sadar nanti."

Ia mendongakkan kepala dan menatap lekat ke arah manik mata Damian untuk memperhatikannya dengan seksama.

"Apa kau menyesalinya sekarang?" tanyanya.

"Mungkin."

Perempuan itu langsung mengerucutkan bibirnya dengan helaan napas kesal.

"Jadi semua yang kau lakukan tadi itu ternyata palsu?"

Detik itu juga Ester langsung melepaskan pelukannya. Ia juga memberi jarak dan membuat pria itu terlepas dari miliknya. Lantas ia berbalik badan dan membelakangi Damian dengan wajah kesalnya.

Tentu saja siapa yang tak kecewa dan sakit setelah diajak terbang tinggi namun langsung dihempaskan begitu saja. Bahkan itu bisa sangat menyakitkan lebih dari apa yang dibayangkan.

Tanpa kata dan suara, Damian mendekat dan melingkarkan tangannya di atas perut datar perempuan itu untuk memeluknya dari belakang. Lantas ia menyandarkan dagunya di atas bahu sang puan sembari berkata, "Aku lebih menyesalinya karena melakukan itu di saat kau tidak sepenuhnya sadar."

"Aku gak mabuk," bantahnya.

"Tapi aroma ini masih tercium kuat dari bibirmu," ujar Damian dengan mengusap bibir Ester.

Dengan disengajakan ia justru membuka mulutnya dan membiarkan jemari itu masuk ke dalamnya. Lantas ia menyesapnya seperti sebuah permen yang lezat.

"Kau sangat nakal, Ester!"

"Hanya berlaku saat denganmu," jawabnya begitu clingy.

Kali ini Ester yang lebih dulu mengambil kendali. Ia langsung mendekatkan wajahnya pada Damian dengan tangannya yang mendorong tengkuk pria itu pelan. Lantas dengan cepat sambaran itu berubah menjadi lumatan lembut di atas bibir Damian lebih dulu. Pria itu sempat tersenyum di antara ciuman mereka, karena merasa lucu bahwa Ester belum mahir untuk melakukannya. Sepertinya itu juga termasuk hitungan pertama baginya.

"Why? You don't like it?" tanyanya saat Damian melepaskan pagutannya begitu saja.

"Just one more time, Dear."

One Night Sleep Where stories live. Discover now