29

988 145 49
                                    

Petrichor
SIXTEENSEVEN


















Warning ⚠️ : Bab ini berisikan adegan kekerasan.




























"Maksudmu Win?"

Mungkin tidak ada pernyataan yang lebih jelas dari gambar yang diminta Tul dari korban. Pria yang lebih tua itu meletak piring nasi dan mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel adiknya. Tinh mengerutkan kening ketika dia melihat orang yang ditanyakan adiknya adalah orang yang sama dengan teman lamanya yang baru saja kembali ke Thailand belum lama ini.

"Benarkah?" Tul bertanya lagi untuk memastikan. Meski wajah putihnya tidak berubah dari masa kanak-kanak yang dia ketahui, tetapi akan lebih baik jika P'Tihn mengkonfirmasinya lagi.

"Um, dia temanku Win, kenapa? Apa yang dia lakukan?" Tihn menyerahkan kembali ponselnya pada adiknya. Wajahnya masih sedih karena apa yang diberitahukan Tul sebelumnya. Dan tentang Kawin, kedengarannya tidak bagus karena ini jelas bukan pertanyaan persoalan umum.

Tul menghela napas berat, menggunakan sendoknya untuk mendorong telur dadar ham di piringnya, tidak merasa lapar seperti yang seharusnya.

"Apakah Phi masih berhubungan dengannya? Phi tahu di mana dia belajar?"

"Dia belajar di Amerika dan baru kembali sekitar dua bulan lalu..." kata Tihn sambil mengamati ekspresi adiknya yang masih belum terlihat baik. "Jika kamu bertanya apakah aku masih berhubungan dengannya, aku hanya berbicara lebih banyak ketika dia kembali ke Thailand. Kami pertama kali bertemu di pesta reuni yang kudatangi hari itu, dan dia biasa mampir ke toko... Yah, tidak ada perbedaan ketika dia baru kembali."

Jawaban kakaknya tidak sesuai dengan harapan Tul. Dia mencoba menggali kenangan masa kecilnya dan samar-samar mengingat bahwa P'Tihn cukup dekat dengan temannya ini, hingga sering membawanya menjemput adiknya dari sekolah dasar atau mengundangnya ke rumah mereka. Namun, Tul ingat tidak terlalu menyukai teman Phi Tihn ini.  Dia tampak sombong, berbicara kasar, dan sering menyela ketika dia sedang berbicara dengan kakaknya dengan kata-kata menggoda yang terkesan lebih tidak sopan daripada bercanda. Sampai pada titik di mana dia harus memberi tahu P'Tihn bahwa dia tidak menyukainya.  Setelah itu, P'Tihn tidak pernah mengajak temannya lagi. Kemudian, dia mendengar tentang Kawin yang pergi ke luar negeri untuk belajar.

Tapi dia tidak menyangka begitu dia kembali, mereka akan tetap berhubungan seperti sebelumnya.

"Jadi, apa yang dia lakukan?"

"Seorang wanita datang untuk mengajukan laporan kekerasan pada tubuhnya saat berhubungan seks..."

"Seperti film Fifty Shade?"

"Tidak juga, seks BDSM harus didasari suka sama suka dari kedua belah pihak. Tapi teman Phi melakukannya pada wanita yang tidak menginginkan hal itu. Wanita tersebut dianiaya hingga seluruh tubuhnya memar. Phi mungkin tidak tahu kalau dia punya selera seperti itu, kan?" Tul mencoba mencerna apa yang dikatakan kakaknya. Bergaul dengan teman yang memiliki kepribadian seperti itu mungkin tidak bisa dilakukan. Tapi itu mungkin karena prasangkanya yang sudah mendarah daging sejak masa kecil Tul.

"Aku tidak tahu tentang hal itu..." Tihn sedikit mengernyit, berhenti sejenak untuk berpikir seolah-olah ada sesuatu yang baru saja terlintas di benaknya. "-Tapi dia sudah menikah, bukan? Jika kuingat dengan benar, dia mempostingnya di Facebook beberapa tahun yang lalu."

Tul hampir tersedak nasi setelah mendengar informasi baru itu, padahal tidak ada yang aneh jika seorang pria berusia akhir tiga puluhan pernah menikah sebelumnya. Berbeda dengan kakaknya yang tampak kesulitan mencari pasangan yang cocok. Tihn dengan cepat menelusuri akun pribadi temannya untuk menemukan foto terbaru dirinya dan istrinya, yang sepertinya diambil hampir setahun yang lalu.

PETRICHOR 2 (Terjemahan) Where stories live. Discover now