19.Kemarahan Reinald

32 1 0
                                    

Kemarin aku update part seru gak?

Aku harap part ini dapat memuaskan kalian🤗

***

Kelas sudah ramai oleh siswa-siswi. Syahira baru saja datang. Ia terpaksa melepas karena jalanan becek, akibat hujan. Di dalam Aletta duduk mempermantap hapalan. "Lo udah hapal kan Al Rahman?" tanya semakin Aletta mendekat.

"Kalau aku udah hapal, insyallah."

Bel masuk berbunyi. Semua murid masuk ke dalam kelas. Bu Evi yang mengajar langsung meminta murid menghapal setoran.

"SEKARANG KERJAKAN LKS HALAMAN TUJUH BELAS, SAYA MAU KE RUANG GURU DULU, AWAS JANGAN NYONTEK!" Suara lantang Bu Evi masuk ke kuping.

Selesai menghapal murid di suruh mengerjakan soal lks sementara Bu Evi ke ruang guru. Istirahat tiba keduanya makan di kantin. Syahira mengambil mie rebus sedangkan Aletta mencari gorengan.

Ditempat berbeda ada seorang gadis tengah memegang perutnya. Hari pertama halangan, dirinya mendapat musibah. Kedoknya terbongkar sudah tidak bisa berkutik jika dilaporkan guru.

Pandangan mata kosong. Dia menunduk dengan mata sembab di atas rooftop sekolah.

"Gue harus gimana guys?"

"Lo sih gak becus bawa sepupu, gak berhasil buat tuh cewek takut."

Ternyata diam-diam ada murid lain merekam kejadian pembullyan hingga masuk ke dalam sosmed. Sepertinya keadaan menjadi tidak aman.

Gadis itu memberegut kesal. Wajahnya kian masam memandang ponsel.

@NandaPratiwi Nyulik orang kok di sekolah kriminal nih yee...

@AlettaKanaya hahaha betul bgt @NandaPratiwi

@Ana17 Hush diem gak usah sok jadi orang

Ditambah bullyan yang masuk ke Instagram. Wajah semakin pucat membaca pesan bernada sindiran. Memang bukan di akunnya tetap saja semua orang melihat.

Ana, Bila sulit berkomentar banyak. Mereka diam. Larut dalam pikiran. Takut jika nama mereka di sangkut pautkan. Padahal urusan ini mereka tidak terlibat sama sekali.

"Mama pasti nyabut fasilitas gue..." Bila tersenyum kecut.

"Gimana kalau Papa ngamuk, gak bolehin keluar malam." Sedang Ana merasa miris. Pikiran buruk menghujani keduanya.

***

Azzim membaca surah Al Baqarah di dalam masjid. Sekalian mengajar murid kelas satu untuk taddaruz bersama. Biasanya ketika hari Sabtu ada beberapa murid mengambil ekskul mengaji. Kadang dilakukan pulang sekolah, kadang juga mengambil sedikit jam istirahat.

Decak kagum dilontarkan oleh siswi.

"Adem dengar suaranya."

"Jangan berisik, gak baik Kak Azzim nanti denger."

"Ada yang gak kamu mengerti?" Selesai membaca surat Azzim menghampiri siswi yang mengobrol.

"Gak kak, tenang aja...."

Mengerang perih ketika tangannya terluka. Tangan Jati masih diperban. Dia belum diperbolehkan pulang. Katanya harus rawat inap, sampai kondisinya pulih. Jati teringat masa lalunya di mana sang Ayah meninggal. Ibu menjadi singgel parent. Ibu bahkan sering menangis. "Keluarga gue hancur, lebih baik gue gak ada di dunia ini." Melepas impus di tangan. Suster panik memanggil Dr. Arif.

"Gak usah peduliin saya Sus," jawab Jati mulai frustasi. Mengetahui ibunya akan menikah lagi.

Gina masuk ke dalam menenangkan sang putra. Membiarkan anaknya tidak berteriak histeris. Sedangkan Reynand hanya bisa mengintip. Matanya sembab ternyata ada yang lebih pahit daripada dirinya.

Kini mematung menatap kaca. Akhirnya dokter masuk memberikan obat penenang pada pasien. "Anak anda mengalami depresi sehingga anak anda perlu banyak istirahat, jangan terlalu berpikir." Dokter Arif memberi jawaban sembari membacakan hasil data pasien.

***

Reinald sampai di rumah yang kosong. Cuma ada Bi Zumi. Pembantu membawa nampan dan juga roti bakar. Duduk di ruang tamu sambil menyesap kopi. Sambil menunggu Sakinah pulang. "Nyonya, di rumah sakit Pelita."

"Ngapain?"

"Mantau Den Reynand, dia baru mau pulang kalau aden ikut pulang." cakap Bi Zumi membawa nampan.

"Anak itu selalu menyusahkan saja, Sakinah sampe repot karena anak sialan itu." Lagi dan lagi Reinald menyumpahi sang anak. Sifat temperamen sulit hilang, itu semua juga trauma di masa lalu. Entah kapan Reinald akan memaafkan Reynand.

Reinald membawa power bank. Mencash ponsel. Secepat kilat menuju rumah sakit Pelita. Kini Reinald bisa menelepon istrinya. "Assalamualaikum halo?"

"Walaikumsalam, Mas kamu tadi ngechat, maaf baru baca tadi hape aku lowbat."

"Sama." ujar Reinald ringkas.

"Aku di rumah sakit Pelita."

"Tau." balas Reinald menutup telpon.

Turun di parkiran, Reinald menatap kaca spion. Dia melihat istrinya menghampiri. Niat membeli camilan di supermarket terpaksa Sakinah urungkan. Keringat dingin mengucur. Reinald berdiri menaruh ponselnya di mobil. Baterainya belum penuh.

Reinald bergerak menampar Sakinah. Lebam terkena di pipi kanan. Seseorang melihatnya. Kemudian orang tersebut berlari secepat kilat.

"Bokap lo dia nampar nyokap lo di parkiran." Tangan geram, Reynand benci kekerasan rumah tangga. Semua cerita harmonis dambaanya lenyap seketika. Reynand pergi meninggalkan ruang tunggu kamar anggrek. Tempat di mana sahabatnya pindah.

***

Tbc...

Aku rombak beberapa bagian di cerita ini doakan semoga bisa mencapai ending, setelah novel ini kelar aku ada rencana hiatus untuk membuat karya. Jadi tunggu terus kelanjutan novel ini ☺️.

Salam

Titin Kahar

REYNAND & SYAHIRAWhere stories live. Discover now