Fate & Chemistry

184 58 7
                                    

Early warning: mature content is available for this chapter. 

karena adanya konten dewasa dalam bab ini, aku harap kebijakan dari pembaca juga ya. Yuk, saling mengingatkan. ^^ 

last but not least, enjoy! 

[11.05.2024]

***

Engap.

Yayan berusaha mengatur napasnya yang tak beraturan setelah tarian usai. Walau tidak punya basic menari, tetapi dansanya dengan Alit tadi bisa dibilang menyenangkan. Sangat menyenangkan. Mereka bergerak mengikuti tempo musik yang mengalun. Gerakan Alit mengimbangi Yayan hingga entah gimana penampilan mereka sepertinya telah menarik perhatian banyak tamu.

Padahal semestinya Yayan dan Alit tidak menjadi pusat perhatian malam itu. Namun sepertinya, mereka telah terbawa suasana hingga semua mata tertuju kepada mereka alih-alih kepada pasangan yang sedang berbahagia.

Kendati demikian, Yayan menyukai pertunjukan kecilnya dengan Alit.

"Kayaknya, aku utang sama kamu," Alit muncul sambil menyodorkan segelas sampanye kepada Yayan. Perempuan itu sama terengahnya dengan Yayan. "Thanks, ya."

"Pleasure." Yayan melempar senyum. "Tapi kayaknya tadi kita terlalu jadi pusat perhatian nggak, sih?"

Alit meringis. "Aku nggak sadar soal itu. Kamu keren banget."

Mendengar itu, alis Yayan otomatis terangkat sebelah. Perempuan ini baru saja memujinya? Entah kenapa itu membuat dadanya sedikit membusung, bangga.

"Kamu juga keren," timpal Yayan akhirnya.

Dia memilih untuk tidak besar kepala dulu. Entah kenapa dia ingin menikmati kedekatan sementaranya dengan Alit tanpa membongkar identitas.

"Aku ikutan kelas menari intensif demi sepupuku," cerita Alit mengibaskan tangan. "Sebenarnya aku nggak bisa nari atau joget sama sekali."

"Really? Tapi tadi kamu nggak kelihatan kayak orang yang nggak bisa nari atau joget. Kamu luwes. Kupikir kamu emang udah bisa dan biasa gitu."

"Nah, itu aku juga nggak ngerti. Padahal aku perlu berminggu-minggu supaya terbiasa menari dengan partner-ku." Alit memiringkan kepalanya sedikit. Matanya memandang Yayan lurus-lurus. "Tapi sama kamu..."

Yayan balas melempar senyum. "Call it fate, I guess?"

"Kamu percaya takdir?" Alit tak melepaskan tatapannya.

Kepala Yayan langsung menggeleng. "Sebenarnya, nggak. Aku lebih percaya chemistry dan kecocokan."

"Terus, kamu pikir kita cocok atau punya chemistry?"

"Hm, saat menari tadi mungkin kita punya chemistry."

Yayan tak mau langsung berspekulasi. Meski tango butuh kepercayaan satu sama lain, dan Alit tadi tampak percaya padanya, tapi rasanya terlalu gegabah untuk memutuskan chemistry hanya berdasarkan tarian berdurasi tiga menitan.

Tiba-tiba Alit memupus jarak di antara mereka. Kepalanya agak sedikit menengadah.

Walau sering berdekat-dekatan dengan Alit, tapi entah kenapa kedekatan tubuhnya dengan Alit kali ini agak membuat Yayan sedikit kewalahan.

"Aku percaya takdir," kata Alit. Pelan-pelan senyum merekah di bibir perempuan itu. "Aku merasa ketemu kamu di sini adalah takdir."

Otomatis mata Yayan melebar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Teasing GameWhere stories live. Discover now