Dalam lubuk hatiku, Gadis putih itu mungkin memiliki kekuasaan yang kuat. Ayahku pernah bilang, jangan pernah terlihat lemah atau membuka diri pada musuhmu. Musuh? Dia terlihat kuat, siapapun yang terlihat kuat, akan kujadikan musuh bagiku. Namun, untuk kali ini aku tidak akan bertarung dengannya, hanya si gadis putih itu.

Dia tidak perlu mengerangkan kekuatan nya di hadapan ku untuk diriku mengetahui bahwa dirinya kuat, Pendirian karakter dia itu cukup kuat dibanding gadis-gadis yang ada di desa ini. Ia hidup di kota ini dengan cukup berat, walau memang dia menyandang kekuasaan yang besar sekalipun membuat para Luxurian takut terhadapnya.

Aku melihatnya, tidak sesekali saja. Gadis putih itu terus dirundung oleh beberapa kaum muda Fang dihadapanku, Aku memang ingin menolongnya. Tapi aku menganggapnya musuh, Dia kuat bukan? Setidaknya sampai ia terjatuh, tersungkur, dan diberi kekerasan fisik. Dia masih bisa berdiri tegak dihadapanku membersihkan sisa-sisa debu yang menempel pada bajunya itu, Ia masih mempunyai mata sorot yang tajam, tak ada rasa sakit yang tertunjuk pada wajahnya, Ia juga berjalan dengan gigih. Dan itu berjalan selama bertahun-tahun. Dia memang kuat, dia musuh. .

Awalnya, Aku terus melanjutkan latihan ku tanpa istirahat hingga selesai, tidak hingga gadis putih itu memilih duduk di depan teras rumahku menonton diriku berlatih tanpa henti dibanding dirinya memilih untuk ikut kemanapun adikku pergi dan berujung terundung kembali. Tapi mengapa padaku? Apakah dia ingin melihat seberapa kuat diriku? Akhirnya dia mau mencoba melawan ku dari mencari titik lemah dalam bagaimana aku bertarung?

Entah kenapa aku bisa membiarkan dia terus menerus melihatku berlatih, rasanya. . Nyaman. Seperti Ibu yang selalu menemani ku terus berlatih, Aku merasa tidak kesepian.

Hingga saat dimana, Ayah memutuskan menjadikan gadis putih itu sebagai manajer bagi kita. Itu demi kebaikan kita, katanya. Untuk sekarang gadis putih itu berbicara kepadaku.

"Farren, Aku Poebe. Untuk sekarang aku akan membatasimu berlatih, terus menerus berlatih mungkin membuatmu merasa kuat. Tapi juga membuatmu lemah, otot perlu mempelajari seutuhnya dan istirahat agar otot bisa rileks dan memproses. Jika kau tidak keberatan."

Aku hanya terdiam, Gadis ini pintar? apakah dia punya taktik? Aku akan belajar darinya. Setelah itu pun, Ia terus mengontrol diriku berlatih. Memberiku istirahat, dan terkejutnya diriku, aku semakin rileks dan aku semakin ringan dari sebelumnya. Mental ku jauh lebih nyaman dibanding sebelumnya, aku merasa lega tidak tertekan, otot-otot di seluruh tubuhku tidak terlalu tegang, jauh lebih bisa menopang tubuh ini lebih mudah.

Aku melihatnya menghitung diriku berproses, rambutnya yang menjuntai sangat halus, berkilau putihnya seperti menyandang kayu manis yang tumbuh dalam rambutnya. Kepalanya yang mungil yang mungkin bisa ku genggam hanya dengan telapak tanganku saja mungkin suatu saat nanti.

Baju yang selalu Ia kenakan tanpa harus melepas tradisi kaumnya, bagaimana ia juga dapat membuat Ayah terus tertawa disaat makan malam, dimana aku masih mengingat betapa kerasnya Ayah setelah kematian ibu. Dimana adikku yang semakin keras kepala dan sombong semakin sendu, semakin membuka mulutnya di hadapan Ayah, makan malam bersama yang jauh lebih meriah, bahkan aku tidak pernah tahu Adikku bisa kembali makan bersama kami.

Poebe semakin dalam kepada keluarga kami, entah kenapa aku mempercayainya. Ia benar-benar berbeda, seperti bintang hangat yang jatuh ke tempat hampaku. Dimana hanya diriku dan Bulan, yang sudah mati.

Aku terdiam, ketika aku berkali-kali terluka akibat latihan dan dia segera mengobatiku. Dia ahli, dan aku hanya diam menatap bibirnya yang terus bergerak. Ia menjelaskan beberapa kalimat tentang permasalahan mental, memastikan diriku menjalani Latihan dengan baik-baik saja. Ia bilang bahwa, Tujuan tanpa penderitaan memang tiada gunanya. tapi ketika kau melihat kebelakang disitulah kau mengerti mengapa menjalaninya itu sangat senang. Karena jauhnya jalanmu tidak akan membuatmu berhenti begitu saja, kau berhutang pada masa lalu. Kau harus memastikan bahwa masa depan masih terhitung, bersyukur bahwa dirimu masih menjalankan progress, kamu bisa mencicipi banyak percobaan baru, Hidup itu kamu temukan sendiri.

POEBE (Era Luxury)Where stories live. Discover now