CHAPTER 7

93 14 3
                                    

Hari Senin yang seharusnya jadi hari pertama ujian kenaikan kelas terpaksa harus diundur ke hari yang belum bisa dipastikan, bagaimana tidak, pagi hari saat aku sampai di sekolah. Mobil polisi, ambulance, mobil damkar,  polisi, dan tim medis sudah memenuhi seisi sekolah.

Kulihat tubuh Gito sudah tertancap di atas gedung sekolah yang terbilang tinggi dengan sebuah tombak menancap di perutnya, dan di atas kepala Gito tertulis dengan sangat jelas

WELCOME TO SCHOOL BITCH

Yang ditulis dengan darah karena tulisan itu berwarna merah, bukan di cat merah seperti jembatan merah seperti yang ada di FYP medsos kalian.

Bukan hanya itu saja, Pak Elion selaku penjaga sekolah tubuhnya ditemukan terbakar di tiang sekolah.

"Gito ga mungkin pergi huhuhu." isak tangis Kathrina yang melihat pacarnya menempel di gedung sekolah.

"Yang sabar ya Kath." ucap Fiony memeluk Kathrina guna menenangkannya yang masih syok dengan keadaan sang kekasih yang sudah pergi selamanya.

"SAYA GAMAU TAU, SELIDIKI SIAPA PELAKU PEMBUNUH ANAK SAYA. KALO TIDAK SAYA AKAN TUNTUT SEKOLAH INI." bentak ayah Gito pada pak Edi selaku kepala sekolah.

"Iya pak, kami pasti akan menyelidiki kasus ini tapi tolong jangan tuntut kami." ujar pak Edi memohon.

Tidak ada jawaban dari kedua orang tua Gito, mereka memilih menghampiri Kathrina selaku pacar dari anak mereka. Karena mereka tau bagaimana Kathrina dan Gito saling mencintai.

"Kath, udah ya jangan nangis. Mungkin ini sudah takdir yang tuhan berikan pada Gito." ucap ayah Gito menenangkan Kathrina, padahal ia sendiri menahan tangis sejak awal datang ke sekolah.

"Sekarang kita pulang yuk, nanti jenazah Gito dibawa ke rumah. Kita anter dia ke rumah terakhir dia ya." lanjut dari ibu Gito.

Kathrina hanya menururt tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, mungkin ia sudah lelah menangis jadi tidak ingin tambah cape.

Karena dirasa sudah cukup mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, aku memutuskan untuk pulang. Tapi saat aku berjalan beberapa langkah menuju gerbang, aku melihat Angel sedang berdiri di bawah pohon dekat pos satpam sambil tersenyum. Pandangannya melihat pada tubuh Gito yang tertancap di gedung sekolah.

Melihatnya bengong seperti biasanya, insting untuk mengejutkannya pun muncul. Dengan pelan aku menghampiri Angel.

"Woy ngapain??." tanyaku sedikit mengejutkannya tapi kali ini ia tidak terkejut sama sekali, sial sulit sekali memahami hantu yang satu ini.

"Ga lagi ngapa-ngapain." jawabnya santai tanpa mengalihkan pandangannya pada jasad Gito.

"Jangan bengong sendiri nanti kesambet loh." ucapku yang merasa Angel menghiraukanku.

"Aneh kamu Flo, masa hantu kesambet hantu." jawab Angel yang akhirnya berhadapan denganku.

"Taman yok." ajak aku menggenggam erat tangan Angel.

"Ayo."







"Huffttt tau ga Njel, semua yang terjadi kayak berurutan banget tau?." tanyaku menghembuskan napas berat.

"Berurutan?." tanya Angel heran.

"Iya, Marsha, Ashel, Adelio, dan sekarang Gito. Ada yang janggal tau." jawabku mengingat kejadian yang terjadi belakangan ini.

WHO'S?Where stories live. Discover now