Chapter Zerø

39 2 0
                                    

De javu Ex Praeterito

Sepasang netra keemasan menatap penuh kerinduan pada punggung seorang gadis dengan surai keemasan yang pendek bak seorang laki-laki

Surai berwarna keemasan bak seindah emas berhembus lembut seiring dengan angin, dengan suara langkah kaki pelan yang berjalan menjauh dari pandangan orang dibelakangnya.

.
.
.
.

"...Cintaku?.." Ucapnya dengan suara serak.

Ia seakan ingin berlari menggapai gadis itu, akan tetapi, belum selangkah ia berjalan. kakinya tertahan sesuatu.

Netra emas itu melihat kebawah, dan betapa terkejutnya ia dengan pemandangan yang ia temukan.

sebuah rantai emas yang mengunci salah satu kakinya, itupun tidak hanya satu kaki semata perutnya pun kini terlilit erat dengan rantai yang seindah emas tersebut.

Rantai yang seakan tidak ingin dirinya untuk pergi kearah gadis tersebut, netra emas itu pun melesat ke arah sosok didepannya.

Hanya untuk melihat sebuah adegan yang membuat hatinya seperti ditusuk dan disayat oleh sesuatu yang tak kasat mata, hati itu tenggelam kedalam jurang paling dalam.



























































Sosok gadis itu mulai menghilang.. sedikit demi sedikit.. menyatu dengan cahaya-cahaya biru yang berhembus dengan angin pelan.
















Semakin lama tubuh itu berjalan..











tubuh itu mulai terkikis, oleh cahaya biru kecil yang kini berubah seperti udara yang tak terlihat.








Sebelum tubuh itu menghilang, sosok gadis dengan surai keemasan itu pun menoleh tuk melihat ke belakang untuk terakhir kali sebelum tubuh itu menghilang sepenuhnya.


















Pupil emas pemuda itu bergetar ketakutan saat melihat bahwa sosok itu melihat dirinya dengan tatapan sendu dan air mata yang mengalir dari kelopak mata ke pipi gadis itu..

















Meskipun gadis itu terlihat berusaha tersenyum untuk menyakinkan dirinya

ia tahu bahwa itu hanyalah sebuah kebohongan..




"Tenanglah.. slime biru kecil ku
..ini..
..hanya perpisahan sementara.."

.
.
.
.
.
.
.

ucap gadis itu dengan lembut, seakan berusaha menyakinkan pemuda di depannya yang sekarang melihatnya dengan pupil emas yang sekarang menatapnya kini menajam dan dingin.

"...Pembohong.." ucapnya dengan pelan ke arah gadis itu

Gadis itu melihatnya dengan sayu. Ia tahu bahwa ini adalah konsekuensi yang ia dapat karena menjalin asmara dengan seseorang yang seharusnya tidak boleh dimiliki.

"Katakanlah padaku, berapa banyak lagi?" Surai panjang berwarna biru muda keperakan itu menutup pandangan pemuda itu, disaat ia melihat ke bawah

"...Ri-" gadis itu melihatnya dengan mata khawatir

"Diam Kau." Ucapannya sontak membuat gadis itu diam. Dada gadis itu terasa sesak dan seakan dihujani dengan beribu-ribu jarum dan dipotong-potong dengan bengis hanya dengan ucapan itu.

"....maaf.." ucapan singkat dengan suara yang serak keluar dari bibir gadis itu.

Amarah yang tadi pemuda bersurai biru keperakan itu pendam seakan mencapai titik maksimal, dan tanpa sadar suara penuh amarah pun keluar dari mulut yang dahulunya menghujani gadis itu dengan ucapan cinta tak berkesudahan serta ucapan selamat datang yang hangat. kini berteriak padanya seakan meminta penjelasan padanya.

"Katakan..

BERAPA BANYAK LAGI MULUT ITU AKAN MENGUCAPKAN KEBOHONGAN!!

BERAPA LAMA LAGI. KAU MEMBOHONGIKU!

JAWAB.

JAWAB! DASAR WANITA.

KAU PUNYA MULUT BUKAN?!"

.
.
.
.


"maaf ya?.. telah memberikan harapan.. hg.. ha..haha." tawa paksa keluar dari gadis itu disaat air matanya mengalir membuat pandangannya semakin kabur, kini cahaya biru itu telah hampir menggerogoti wajahnya tetapi gadis itu hanya bisa diam membiarkan dirinya menghilang menyatu dengan angin.

Akan tetapi disaat-saat terakhir, gadis itu hanya mengatakan satu kalimat lembut dengan bahasa dari negara pemuda itu.



"....Aishiteru yo, ..Danna-sama.."
[ ....Aku mencintaimu. ..Suamiku.. ]









"..."















"..Aishiteru..?
[ ..mencintai..? ]





















"Heh."



















































"Uso.."
[ Pembohong.. ]

︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

- 583 Kata

•°'『 System Rules 』Y̶͙̑a̴̟͑ǹ̸̩d̷̨͗e̸̝̚ṛ̷͊e̴̟͊ × Reader  '°•Where stories live. Discover now