Bagian 5. Asa Yang Redup

28 3 1
                                    



Drrt drrt

Arsen is calling

"Lo udah di mana? lama banget anjirr"

"Ck, sabar gue juga udah ngebut"

"Udah ditungguin anak-anak buruan

"Iya-iya"

Tut

Panggilan itu Ares matikan begitu saja tanpa mempedulikan Arsen yang belum sempat melanjutkan bicaranya. Benar-benar Arsen hanya bisa mengelus dada melihat kelakuan Ares yang tidak ada sopan-sopannya sama sekali, sahabatnya yang satu ini memang benar-benar luar biasa

"Sahabat laknat"

Umpat Arsen kesal

"Kenapa Bang?"

"Ck, kesel gue belum selesai gue ngomong udah di matiin aja sama tu bocah laknat"

"Hahaha sabar Bang, Bang Ares kan emang gitu orangnya sok jutek tapi diem-diem suka perhatian"

Arsen hanya menghela napas pasrah, ia kemudian menghempaskan tubuhnya ke sofa tepat di samping Julian

"Ar, Lo nggak lupa beli kan?"

Arsen kembali membuka suara ketika ia mengingat sesuatu apakah Arlan sudah membelikan sesuatu yang akan menjadi primadona kesenangan mereka malam ini

"Aman Bang, udah di kulkas"

Arlan menjawab tanpa menoleh pada Arsen karena mata itu sedari tadi sibuk menatap sesuatu yang menarik di ponselnya

"Siip"

"Lo yakin Gan? Lo liat kan tadi gimana anak-anak lebih suka Nathan ketimbang Alga?

Suara yang sedikit serius itu terdengar memecahkan keheningan antara Arsen, Arlan dan Julian yang sedang duduk di sofa ruang tamu

"Ini bukan masalah suka atau nggak suka Gar, akhh"

Regan menjawab dengan frustasi dan membawa langkahnya gontai ke arah ruang tamu di susul dengan Garda yang mengekor di belakangnya

"Kenapa sih baru dateng udah berantem aja?"

Julian bertanya pada dua yang lebih muda

"Yaa Lo pertimbangin juga masukan dari anak-anak"

Bukannya menjawab pertanyaan Julian, Garda justru menyambung lagi obroalnnya dengan Regan

"Pertimbangin Lo bilang? Lo liat sendiri kemampuan Nathan jauh banget di bawah Alga, anak itu juga beberapa kali gue liat suka main kasar di lapangan? Mau sehancur apa kalau Nathan yang jadi ketua?"

Garda bungkam, memang pernyataan sahabatnya barusan sangat lah benar, Nathan memiliki potensi namun tidak sehebat Alga pun sikapnya yang tempramen kadang kala membuat timnya sendiri kesusahan karena sering melakukan pelanggaran di lapangan

"Basket lagi?"

Kini Arsen yang bersuara mencoba masuk ke obrolan kedua adiknya yang terdengar serius dan memanas

Keduanya kemudian hanya bernapas lelah juga mengangguk sebagai jawaban

"Hh, kenapa lagi emangnya?"

Yang ditanya justru terdiam, padahal kini pusat atensi dari semua orang yang ada di ruang tamu sudah bertuju pada Garda dan Regan, bahkan Arlan yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya pun ikut menatap penasaran

"Nggak ada yang mau cerita?"

Arsen kembali membuka suara yang terkesan menuntut jawaban pada kedua yang lebih muda

Tidak Ada Yang Berhak Membunuh Satu Jiwa Sekalipun Itu Adalah Miliknya SendiriWhere stories live. Discover now