(Volume 2) Chapter 2.

29 6 0
                                    

Hari-hari berjalan pada umumnya, aku kembali ke Akademi dan belajar, tapi disisi lain aku masih memantau perkembangan proyek pembangunan di wilayahku.

Sekarang, aku hampir menghabiskan waktu hanya untuk itu, ini, dan itu. Proyek pembangunan ini ternyata tidak semulus yang aku pikirkan.

Pertama, banyak warga setempat yang tidak senang atas yang keputusan sepihak dan mendadak ini. Kedua, masalah internal —korupsi Viscount Gourmand yang belum bisa aku bongkar sampai saat ini. Dan yang ketiga, aku belum membuat rencana hidupku agar terhindar dari kematian.

"Hah..." Aku menghela nafas panjang. Di lorong yang sepi ini tidak mungkin ada orang yang melihat prilaku tak senonohku ini, jadi santai saja, lah.

Upayaku untuk mengindari kematian tragis malah berakhir masalah yang baru. Ya ampun ada-ada saja.

"Jika begini terus malah semakin menyimpang dari alur aslinya, donk. Bukan semakin mudah, aku malah mempersulit masalah."

Aku sedang berjalan di lorong untuk menikmati waktu refreshing ini, sesudah sekian lama aku tidak keluar dari kamar.

Kalau dipikir-pikir sekarang aku semakin jarang diluar selain untuk kelas. Saking jarangnya aku sampai pangling dengan suasana lorong yang berbeda terakhir kali aku kesini.

Tempat ini sekarang begitu sepi, biasanya akan ada murid-murid akademi yang mejeng di sepanjang jalan. Tapi kali ini bahkan tidak ada satupun orang terlihat sepanjang lorong.

Kalau dilihat dari alur novelnya, hari ini masih awal memasuki semester baru, dan juga banyak murid yang belum kembali ke Akademi. Ya, kerasa kurang lebih begitu.

Ouh iya, dalam novel Arion mengajak Duel dengan Alz diantara Minggu ini—aku tidak tahu kapan itu terjadi— dan Alz menyetujuinya.

Mereka berduel, kedua-duanya memberikan persyaratan jika mereka menang atau kalah; jika Arion menang, dia ingin Alz mengakui kekuatanya. Sementara itu jika Alz yang menang, maka Arion akan mengakui kekuatan Alz.

Alz tidak memberikan persyaratan menang-kalah, dia hanya ikut duel saja.

Pertarungan berlangsung, cukup lama dan sangat sengit duel mereka, sampai akhirnya duel dimenangkan oleh Alz.

Arion yang tidak terima kekalahannya langsung kabur tanpa mengatakan apapun, baru keesokan harinya baru dia menepati janjinya itu yaitu memuji kekuatan Alz, meski dengan sangat malu.

Lalu ada yang plot twist disini, dalam chapter berikutnya Arion ternyata membuat kontrak dengan seorang penyihir agar dia bisa menang. Ketika itu terungkap Arion ditangkap dan di skors selama beberapa hari.

"Plot twist pada bagian itu bahkan sampai sering dibahas dalam forum fanbase."

Disisi lain aku harus siap saat kejadian itu terjadi, jadi aku sudah meluangkan waktu saat libur untuk melatih fisikku. Meskipun aku tidak peduli dengan duel itu, tapi setidaknya aku tidak mau mempermalukan diriku sendiri saat itu terjadi.

Kembali ke alur novel, di bagian ini keberadaan Leoni tidak begitu dijelaskan. Kalau tidak salah disalah satu chapter Leoni sempat ditawari untuk lanjut lompat ke kelas lanjutan, dimana kelas itu adalah tempat  para murid-murid akademi yang sudah siap menjadi profesional. Namun Leoni menolak atas alasan dia belum yakin bisa berada di sana.

Padahal dia bohong, dia menolak karena adiknya yang didesak untuk tetap sekolah oleh Ayahnya, Tuan Beleric.

Hadeuh, nyusahin adiknya tuh. Siapa sih namanya, lupa lagi.

Cloe? Kloe? Sloe?

Ouh, Chloe.

Betul, itu namanya.

Chloe adiknya, dia tidak begitu dijelaskan secara mendetail di novel, tapi intinya dia cuma salah satu pembantu karakter antagonis yang digunain buat development antara Leoni dengan Alz, itu saja.

Kedirajaan AbadiWhere stories live. Discover now