Chapter 14.

192 19 0
                                    

"Apa, kerajaanku diserang?"

Baru saja aku mendapatkan kabar dari Mery kalau kerajaan diserang kemarin siang. Aku meminta penjelasan lebih lanjutnya kepadanya, namun dia malah.

"Tidak ada alasan aku harus menjelaskan kepadamu."

Aku baru menyadarinya, kalau aku mau berurusan dengan kakak kelas yang satu ini aku harus mengorbankan nyawaku untuknya.

"Aku akan mentraktir anda diistirahatkan kedua." Aku harus mentraktirnya, artinya aku harus menyisihkan—kurasa itu bukan uang yang sedikit untuk membelikan makanan untuknya.

Padahal badannya mungil, tapi kenapa dia begitu rakus akan makanan.

"Terima kasih."

Kini aku berada di kantin akademi, bersama gadis kecil berambut ungu sialan ini. Makanan yang dia pesan tidak kira-kira, bahkan satu makanan saja itu menghabiskan jatah makan Itharva selama seminggu.

"Kamu mau?" tawar dia, aku tahu dia cuma basa-basi.

"Tidak terimakasih, aku masih kenyang," tolakku halus. "Selama anda mau menjelaskan semuanya."

"Baiklah." Dia menelan makanannya. Lalu setelah itu dia menjelaskan semuanya selama makanya berlangsung.

Tragedi itu terjadi kemarin, seorang wanita tak dikenali mendatangi seorang pria paruh baya. Dia lalu mengutuk dan mengubah pria itu menjadi naga. Beruntung artileri Kerajaan berhasil mengatasinya.

Belum dapat dipastikan siapa wanita itu namun dari perawakan dan gayanya dia mirip dengan buronan Kekaisaran, Elia.

Aku tidak mengenalnya, siapa dia? Dia bahkan tidak ada dalam novel.

"Ngomong-ngomong, apa kau ingin tahu siapa pria yang berubah jadi naga itu."

Benar sekali, aku baru ingat. Dua tahun lalu aku melakukan kesalahan dengan mencabut segel last boss. Tempat, dan seorang pria, apakah mungkin itu adalah last boss? Bukankah memungkinkan dia dapat mengamuk dalam waktu dekat ini.

"Iya, bisa kamu beritahu siapa?"

"Permisi saya pesan makanan, paket A super jumbo, kentang goreng spesial, ayam goreng, dan bistik," ucapnya memesan kepada pelayan kantin.

"Hei, tunggu, bukankah aku sudah mentraktirmu?"

"Baiklah kalau begitu, perjanjian dibatalkan."

Sialan, kuharap aku tidak berurusan dengannya lagi. "Baiklah, baiklah, pesan sesukamu."

"Hehew!" Apaan coba dengan seringaian licik itu.

Dia lalu melanjutkan. "Pria itu bernama Laulan, 34 tahun, pekerjaannya seorang pemulung kayu, dan tinggal di wilayah Berdin."

Deg!

Dugaanku benar, dia adalah last boss. Itu artinya aku lah yang melakukan semua itu.

"Ada apa? Kau kehabisan uang? Ternyata pangeran ketiga tidak se-tajir itu."

Aku melakukannya. Ini semua karena ku. Karena ku nyawa orang lain dalam bahaya.

Kenapa? Kenapa aku malah membuat orang lain dalam bahaya. Semua yang aku lakukan bukankah demi diriku sendiri? Aku tidak berfikir lebih lanjut, yang aku lakukan begitu egois.

"Hei, kau baik-baik saja?"

~

Dari yang aku dapatkan setelah mencari tahu lebih lanjut tentang tragedi yang menimpa kerajaanku, katanya tidak ada korban jiwa, namun ada 32 orang terluka akibat dari kejadian tersebut.

Setelah aku mendengar kabar itu aku hanya bisa diam merenungi apa yang telah ku perbuat demi keinginan egoisku. Aku hanya ingin menghindari kematian ku, namun malah orang menjadi korban dari kelalaianku.

Kedirajaan AbadiWhere stories live. Discover now