Cafe

1 0 0
                                    

Ketenangan, betapa banyak orang yang mencarinya siapa sih yang tidak mendambakan ketenangan? Bahkan bagi beberapa orang ketenangan adalah teman terbaik, bahkan mereka bersedia menukarnya dengan jutaan uang. Tapi sejatinya ketenangan yang hakiki berasal dari dalam dirimu sendiri.

Sore ini aku memutuskan untuk pergi ke cafe yang tidak biasa aku datangi, sederhana alasannya aku ingin tenang, tenang dari gangguan kakakku yang lagi tantrum gara-gara tugas kuliah yang menumpuk.
Ku perhatikan interior cafe yang minimalis dengan tema alam, sepertinya aku tidak salah memilih tempat, selain itu diujung sana terdapat ruangan outdoor yang langsung menghadap ke sungai yang tak jauh dari cafe. Setelah memesan minuman dan makanan ringan langsung saja aku bergegas ke ruangan itu sambil celingukan mencari tempat yang view nya strategis "Yes, ketemu juga" di pojok sana aku melihat kursi dibawah pohon rindang tanpa pikir panjang aku melangkahkan kaki namun sontak saja langkah kakiku terhenti lantaran bukan aku satu-satunya orang yang ingin duduk disana dari arah berlawanan aku melihat seorang gadis yang tidak asing bagiku lebih duluan duduk di tempat itu.

"Duh sapa nggak ya, kayaknya itu Ratu" batinku ragu, namun entah kekuatan darimana yang mendorong kakiku untuk semakin mendekat kearahnya, kira-kira sekitar 2 meter aku sudah berada disampingnya dan sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku "Hello ini Ratu kan? Boleh gabung gak" mendengar suara yang menyapanya otomatis ia menoleh ke arah sumber suara "Reksa kan? Iya silahkan" mendengar ia menyebut namaku entah kenapa dalam lubuk hatiku aku merasa senang.

Hening, itulah yang terjadi beberapa menit setelah basa-basi tadi ia masih sibuk dengan hpnya sementara aku bingung bagaimana memulai pembicaraan sambil pura-pura sibuk main hp padahal yang dibuka cuma galeri, liat jam gitu-gitu aja terus.
"Sapa wei keburu negara api menyerang" suara-suara dalam pikiranku kian riuh "Mau nyapa gimana" jawab suara lainnya "Ya apa kek nanya umur, agama, alamat"
"Dih pertanyaan klise itu mah" bantah suara lainnya "Daripada gak nanya sama sekali?".

"Hmm Ratu kamu kesini sendirian?" "Pertanyaan bodoh" rutukku dalam hati jelas-jelas dia dari tadi sendirian dikira bawa khodam kali "Ohh iya aku emang suka sendirian kalo kesini" jawabnya, syukurlah ia hanya menjawab tidak meroasting pertanyaan bodohku "Btw kemarin kamu keren banget pas event" pujiku
"Enggak juga masih proses belajar" jawabnya merendah "Emang kamu dulu belajar tilawah dimana?"
"Aku belajarnya waktu di pondok" mendengarnya aku hanya manggut-manggut "Pantesan bagus banget alumni pesantren toh, keliatan sih" ucapku "Emang keliatan dari mananya?" Mendengar pertanyaannya juga membuatku tersadar iya juga ya "Eh gak tau juga sih pokoknya kalau alumni pesantren itu vibesnya beda gitu" aku pun hanya menjawabnya sambil garuk-garuk kepala yang tak gatal, tampaknya dia juga sedang berusaha menerima jawabanku "Setuju sih emang kayak beda gitu, coba aku tebak kamu pasti pernah nyantri juga kan?" Ia justru balik bertanya "Ya begitulah, eh tapi mungkin itu terjadi karena kita sama-sama pernah nyantri betul gak sih?" Tanyaku diplomatis, ia pun memicingkan matanya berusaha mencerna argumen yang aku katakan "Mungkin juga tapi temanku yang gak  mondok sama sekali bisa gitu juga loh" sanggahnya "Benar juga jadi kembali ke alasan tadi auranya beda kali".

Keheningan kembali tercipta setelah percakapan tadi, aku segera memutar otakku cepat berusaha mencari topik yang menarik "Tau konten plesetan di TT gak?" Tanyaku "Iya tau itu lucu banget loh" sambutnya.
"Makan pagi itu namanya harapan ya?" Dia terlihat berpikir sejenak "Sarapan dong sarapan" sambil tersenyum ia menjawabnya.
"Duh manis kali senyumannya Wak" batinku "Terus benua paling dingin itu namanya Antarakita kah?"
"Ehh Antartika dong, oke gantian aku ya, buah yang biasa dimakan saat berbuka namanya karma ya?"
"Karma? Eh kurma bak kurma". Kamipun terus bermain plesetan kata sambil sesekali ketawa bareng.

"Ehh udah mau petang aja nih" ia melirik jam tangannya, aku pun tersadar juga kalau kami telah lebih dari 1 jam ngobrol disini "Iya nih kita ternyata udah lebih dari 1 jam ngobrol, hmm lanjut kapan-kapan lagi ya, aku pulang duluan" aku pun berinisiatif untuk pulang karena memang sudah mulai petang "Oke kapan-kapan lagi lanjutnya" ia menjawabnya sambil tertawa-tawa.

Selama perjalanan pulang aku terus memikirkan kejadian tadi, semua kejadian indah tadi terekam dengan baik dalam memoriku, caranya berbicara, tertawa, membetulkan kerudung, pokoknya semua tentangnya membuatku senang sekali, rasa senang yang asing dan tak pernah kurasakan sebelumnya, perasaan senang yang aneh, rasa senang yang jauh lebih menyenangkan daripada saat mendapat nilai A+ atau mendapatkan uplose dari Dosen.
"Semoga ini berlanjut" batinku penuh harap.

AlloWhere stories live. Discover now