Event

1 0 0
                                    

Waktu, ia selalu setia menemani perjalanan hidup manusia, namun ia seringkali diabaikan, waktu juga tidak pernah gagal membuktikan bahwa manusia selalu berubah-ubah, ia begitu berharga bagi orang-orang yang memiliki integritas dan menjunjung tinggi moralitas. Tapi itu semua tidak berlaku bagi mahasiswa di Indonesia, yah meskipun tidak semuanya begitu sih.

"Shit kemana aja nih orang" umpat ku kesal, sudah lebih dari setengah jam aku menunggu kedatangan mereka tapi mereka tak kunjung menampakkan batang hidungnya "Al coba telpon lagi mereka" sudah kesekian kalinya aku meminta Ali untuk menghubungi mereka tapi hasilnya nihil "Udah tapi mereka gak ada yang aktif, santai aja kali, kan biasanya emang gini Ka, janjiannya jam 20.00 datangnya jam 21.00" jelasnya "Tapi ini sudah kelewatan, masa rapat event sepenting ini tetap aja ngaret" aku masih tidak terima dengan penjelasan yang diberikan Ali "Hey bro, di golongan kita molor satu jam itu belum dinamakan lambat" Ali mengatakannya sambil tertawa. Yah disinilah aku berada, setelah pelatihan kemarin aku resmi menjadi anggota, yah meskipun bukan anggota yang aktif banget di setiap kegiatan. Malam ini rencananya kami mau rapat tentang event besar yang akan diadakan di kampus dan pihak kampus mempercayakan event ini kepada kami.

"Selamat malam semuanya" sapa seseorang yang baru datang "Jam berapa sekarang kak" tanyaku ketus "Yeay santai dong dek aku kejebak macet tadi" alibinya "Kalau mau buat alibi yang logis dong kak, kita tinggal serumah loh, masa iya ketua panitia ngaret malu sama anggotanya" omelku dan emang kebetulan kakakku Yati yang menjadi ketua panitia di event ini "Iya deh iya ampun si paling disiplin" kekehnya sambil mengacak-acak rambutku. Akhirnya tak lama kemudian setelah kakakku datang satu persatu dari mereka mulai berdatangan dan seperti yang dikatakan Ali sejam kemudian mereka baru rampung.

"Oke guys jadi untuk pembukaan eventnya kita akan bikin acara seremonial dan untuk penanggung jawabnya saya pasrahkan sama Reksaka, gimana teman-teman setuju?" Tanyanya diplomatis, sialan mentang-mentang ketua panitia dia sengaja ngerjain aku "Maaf kenapa saya? Kan ada teman-teman lainnya yang memang sudah biasa jadi panitia" jawabku keberatan "Justru karena kamu belum pernah makanya biar belajar, kalau bukan sekarang kapan lagi? Lagian teman-teman lainnya tidak ada yang keberatan" jelas kakakku sambil tersenyum ganjil, pasti dia senang banget sekarang karena posisinya lebih kuat daripada ku "Gimana kok malah diam, bersedia kan? Ingat mundur satu langkah berarti bentuk pengkhianatan!" Ia mulai sedikit mengintimidasi diriku dengan jargon klise itu, padahal menurutku tidak semua mundur berarti berkhianat bukankah kadang kita sering dihadapkan di posisi dimana lebih baik mundur untuk menata rencana yang lebih baik daripada terus maju tanpa planning yang jitu? "Okelah" putus ku.

"Baik teman-teman karena semuanya sudah kita bahas dan saya kira tidak ada yang perlu dirapatkan lagi, maka rapat malam ini saya tutup terima kasih telah hadir sampai jumpa di gladi kotor nanti" akhirnya setelah satu jam lebih nih rapat kelar juga aku melirik jam dipergelangan tanganku ya ampun sudah hampir pukul 12 malam "Dek pulang bareng yuk" aku menatapnya jengah "pulang duluan gih aku belum selesai download film" sebenarnya itu cuma alasanku sih karena masih kesal sama dia "Oh ya udah aku pulang bareng Rendy sekalian nginap di rumahnya" ucapnya santai "Yok pulang, filmnya udah selesai didownload" reflek aja aku ngomong gitu padahal sebenarnya cuma bercanda "Cie perhatian banget sayang masih jomblo, kamu tuh sebenernya gak jelek-jelek amat loh dek kok masih belum punya gebetan ya?" Ia mulai menggodaku lagi karena sudah sepersekian kalinya berhasil menjebakku, sepertinya malam ini Dewi Fortuna tidak berpihak kepadaku "Jadi pulang gak kak? Kalau jadi, kakak jalan duluan" aku pun segera membalikkan tubuh menuju tempat parkir motorku sekali lagi aku tatap jam di pergelangan tangan "hmm hampir jam satu" gumanku.

"Kok malam banget pulangnya dek?" tanya mamaku ketika melihat kami baru sampai di rumah, ia sengaja menunggu di teras sampai kamu datang, sebenarnya inilah alasanku kenapa gak suka keluar malam mama bakal nungguin di teras tak peduli meskipun ia lelah bekerja seharian bahkan tak jarang ia ketiduran saat menunggu anak-anaknya jika lagi keluar malam "Tanya kakak aja ma gara-gara dia nih harus pulang sampai larut begini" jawabku asal "Enak aja, enggak kok bun emang tadi rapatnya selesainya malam" mama hanya tersenyum mendengarnya "Ya udah langsung tidur sana jangan lupa cuci kakinya" perintahnya "Oke ma" aku menjawabnya sembari mencium pipinya yang sudah mulai dimakan usia "aku gak dicium juga dek?" protes kakakku setelah mencium mama juga "gak sudi, bedakmu kek aspal gitu" aku menjawabnya sembari ngacir ke kamar "Dasar adik durhaka" umpat kakak ku kesal.

AlloWhere stories live. Discover now