R - 08

56 20 4
                                    

Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

.

.

.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Sheina pernah berpikir jika akan ada kebahagiaan yang disiapkan Tuhan setelah ia melalui kehidupan masa kecilnya yang amat berat. Namun sepertinya, Tuhan masih mau bermain-main dengan skenario yang tertulis untuknya.

Gadis itu tidak pernah menduga jika garis takdirnya akan seperti ini. Tak pernah mengenal arti ayah semasa hidupnya, pun setelah dewasa ia mesti kehilangan pria yang amat dicintainya. Tak sampai disitu, kebahagiaan seolah masih enggan berada dipihaknya tatakala dirinya diharuskan menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia cintai.

Pernikahan Sheina dan Alden akan diselenggarakan hari ini. Tidak banyak yang perlu disiapkan, sebab sejatinya pernikahan ini hanya meneruskan rencana yang telah ada sebelumnya. Sadar tak memiliki kuasa apapun untuk menolak, Sheina hanya bisa pasrah menerima ini semua.

Suasana gaduh kesibukan sangat terasa di dalam sebuah ruangan. Beberapa orang terlihat mondar-mandir dengan pekerjaan masing-masing. Tampak di tengah ruangan seorang gadis yang menjadi pusat perhatian. Duduk di depan meja rias, pasrah menerima setiap polesan yang tertoreh di wajahnya.

"Nah, selesai! Mbak Sheina, coba buka matanya. Kira-kira ada yang kurang cocok, nggak?" ucap sang penata rias tepat setelah ia menyelesaikan tugasnya.

Sheina membuka mata, menggeleng ke kanan dan ke kiri bermaksud meneliti hasil riasan yang telah diaplikasikan di wajahnya. Gadis itu terpana sesaat, tak menampik jika saat ini ia seolah tidak mengenali wajahnya sendiri. Dirinya benar-benar tampak berbeda.

"Sudah cukup, Mbak. Terima kasih, ya," jawab Sheina seraya tersenyum ramah.

"Oke, kalau gitu saya permisi dulu, ya. Mau ngerjain yang lain."

Sheina mengangguk, membiarkan penata rias itu undur diri dari hadapannya. Gadis itu kembali memaku dirinya di cermin. Menelisik tampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Melihat gaun pengantin yang ia kenakan saat ini, membuat memori Sheina kembali terlempar ke belakang. Sheina kembali teringat akan sosok Agam. Pria yang memilihkan gaun ini untuk ia kenakan di hari bahagia mereka.

Memang, gaun minimalis itu tetap membalut tubuh ramping Sheina di hari bahagianya. Namun, perih di hatinya seketika kembali mendominasi tatkala ia menyadari jika bukan Agam yang akan bersanding dengannya.

"Mama!"

Sheina tersentak saat ada seruan nyaring yang memanggilnya. Cepat-cepat ia mengusap air bening yang tanpa sadar meneters di ujung matanya. Sheina mengulas senyum seraya berbalik, menyambut gadis kecil yang datang padanya.

"Wow! Mama cantik banget!" puji Kayla tatkala menatap Sheina yang menurutnya tampak berbeda.

Sheina tersenyum, seraya mencubit gemas pipi gembil gadis kecil itu. Sejak pertemuan pertama mereka. Ah, tidak! Pertemuan kedua mereka, Kayla memaksa memanggil Sheina dengan sebutan Mama. Semenjak saat itu, binar bahagia jelas terpancar dari kedua manik Kayla. Mengetahui jika dirinya akan memiliki seorang ibu, seakan membuat keceriaan tak pernah luntur dari wajahnya.

Sheina jelas dapat merasakannya, bahkan atmosfer kebahagiaan yang Kayla pancarkan mampu membuat sisi hati Sheina menghangat. Gadis itu tidak tahu apa alasannya, namun yang jelas ia merasa seperti ada ikatan batin di antara mereka. Lantas, hal itulah yang membuat Sheina tergerak untuk menyetujui keinginan Alden. Hanya dengan menatap manik bening tanpa dosa itu. Agaknya, Sheina tidak sampai hati jika harus memupus binar bahagia itu. Kendatipun, sisi lain hatinya masih melawan keras apa yang ia lakukan.

RENJANA || MYGWhere stories live. Discover now